Hujan Tidak Jadi Penghalang Kemeriahan Opening Festival Crossborder Keerom 2019 

Pengunjung tetap menikmati hari pertama event. Festival Crossborder Keerom 2019 digelar di Lapangan Swakarsa, Arso, Keerom, Papua. Ribuan pengunjung hadir dalam pembukaan.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 04 Mei 2019, 12:10 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2019, 12:10 WIB
Hujan Tidak Jadi Penghalang Kemeriahan Opening Festival Crossborder Keerom 2019 
Festival Crossborder Keerom 2019 jadi branding destinasi dan merangsang kreativitas generasi muda.
 
Liputan6.com, Keerom
Keseruan terjadi di pembukaan Festival Crossborder Keerom 2019, Jumat (3/5). Bahkan, hujan yang turun tidak mampu menghentikan keseruan tersebut.  Pengunjung tetap menikmati hari pertama event. Festival Crossborder Keerom 2019 digelar di Lapangan Swakarsa, Arso, Keerom, Papua. Ribuan pengunjung hadir dalam pembukaan.
 
Tercatat sekitar 2.000 pengunjung yang hadir dalam pembukaan. Rangkaian opening diawali Band TNI dari Satgas Pamtas RI-PNG, Yonif Para Raider 328/Dirgahayu. Beberapa lagu yang dibawakan diantaranya Surga Yang Tersembunyi, Terlalu Manis, Sajojo, juga Tanah Papua.
 
“Festival Crossborder Keerom 2019 jadi branding destinasi dan merangsang kreativitas generasi muda. Sebab, event ini mengajak mereka untuk memahami budaya-budaya yang ada di Keerom. Apabila terus dikembangkan, akan menghasilkan ekonomi kreatif dan otomatis mendukung pariwisata. Kami ucapkan terima kasih Kemenpar atas beragam dukungan,” ungkap Bupati Keerom Muhammad Markum.
 
Acara lalu dilanjutkan dengan Tari Penyambutan dari Sanggar Sundi Yendi dan IPDN Marching Band. IPDN menampilkan beberapa lagu, diantaranya Happy Day dan Maju Tak Gentar. Selain dinamisasi dari musiknya, mereka menampilkan berbagai aksi akrobatik yang memukau. Usai mengekplorasi adrenalin, Karnaval dari Gerakan Seni Masuk Sekolah (GSMS) ditampilkan oleh sekitar 120 siswa.
 
“Penyelenggaraan Festival Crossborder 2019 sangat menarik. Event ini meriah. Keerom memiliki 9 pilar dan potensial berkembang di perbatasan. Selain menarik kunjungan wisatawan, Festival Crossborder Keerom ini potensial sebagai media branding. Kami optimistis, pariwisata di Keerom akan terus maju,” papar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Keerom Jaswadi.
 
Pembukaan Festival Crossborder Keerom 2019 dilakukan dengan pemukulan tifa. Berikutnya, Tari Selamat Datang pun ditampilkan oleh Sanggar Sundi Yendi dari Arso 4. Konsep yang ditampilkan opera dengan latar budaya keseharian masyarakat Keerom. Penampilan mereka memukau pengunjung meski hujan turun mengguyur venue.
 
“Kemeriahan selalu ditunjukan Festival Crossborder Keerom 2019. Antuasiasme publik positif di hari pertama. Mereka tetap bergembira meski cuaca berubah. Saat konser Gorby-The Comen Rasta, mereka tetap bergembira mengikuti musik,” terang Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
 
Terlebih, energi positif ditiupkan band reggae Gorby-The Comen Rasta. Pengunjung merangsek maju dan berjingkrak sambil berhujan ria. Gorby-The Comen Rasta yang sangat interaktif dari atas panggung, membuat penonton kian semangat. Total ada sekitar 15 lagu yang dibawakan oleh Gorby-The Comen Rasta. Mengawali aksinya, lagu Make it Bundem pun dilempar.
 
Selain Make it Bundem, ada juga lagu Take Me Back to The Island, Reggaeman, First True Love, dan The Comen Rasta yang menjadi identitas Papua. Ada juga lagu Reggae Style, Welcome to My Paradise, juga Jerusalem. Memberi warna berbeda, lagu Bebas Lepas milik Iwa K pun disajikan. Aksi atraktif dari atas panggung Gorby-The Comen Rasta selalu disambut dengan acungan tangan.
 
“Publik Keerom dan sekitarnya memang penikmat musik Reggae. Dan, mereka selalu menari dan ikut bernyanyi. Kami tentu gembira karena penyelenggaraan hari pertama festival berjalan mulus. Meski ikut berjingkrak, para pengunjung tetap menjaga ketertibannya. Budaya seperti ini diperbatasan tentu sangat membanggakan,” terang Ricky lagi.
 
Gorby-The Comen Rasta menutup konsernya dengan lagu Pantai Base G. Lagu ini seolah ingin mengingatkan publik akan keindahan Pantai Base G di Jayapura, Papua. Pantai tersebut adalah salah satu ikon dari pariwisata Jayapura. Selain eksotis, Pantai Base G pun sarat sejarah. Sebab, Base G pada awalnya menjadi homebase Sekutu pada Perang Dunia II.
 
Huruf G pada nama pantai menjadi tanda urutan ke-7. Dan, konon pantai ini menjadi homebase ke-7 Sekutu. Dari pantai ini pula, Jenderal McArthur menyusun strategi untuk menggempur pasukan Jepang di wilayah Filipina. 
 
Kabid Area IV Pemasaran I Regional III Syukurni menjelaskan, Papua punya potensi besar untuk berkembang karena posisinya strategis.
 
“Posisi Papua sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Kemenpar saat ini juga sedang mengejar target melalui Border Tourism. Papua otomatis akan menjadi salah satu basis untuk branding demi menarik wisman dari. Dengan beragam keunggulannya, kawasan ini pun akan terus tumbuh sebagai destinasi pariwisata,” jelas Syukurni.
 
Secara geografis, Papua memiliki 15 spot batas potensial dengan Papua Nugini. Spot-spot ini memiliki potensi wisman yang menjanjikan. Dan, target besar tahun 2019 juga sudah dipancang Kemenpar dengan angka 20 Juta kunjungan wisman. Dari pergerakan tersebut, diperkirakan memberikan inkam devisa maksimal hingga Rp250 Triliun atau sekitar USD17 Miliar.
 
“Kalau cuaca bersahabat, anemo publik pasti akan lebih besar. Yang jelas, kami gembira karena hari pertama Festival Crossborder Keerom 2019 sukses digelar. Masih ada banyak konten menarik yang akan disajikan dalam event ini, seperti aksi Ras Muhammad. Kami optimistis, Keerom dan Papua akan jadi pintu masuk wisman yang potensial. Sebab, destinasi ini menawarkan experience luar biasa,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
 
 
(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya