Luar Biasa, 30 Ribu Wisatawan Saksikan Tari Bali Padma Bhuwana

Para wisatawam menikmati cerita, dialek, gerak tari, dan kostum unik. Mereka bertahan hingga acara selesai.

oleh Fitri.Syarifah diperbarui 17 Jun 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2019, 20:00 WIB
Tari Bali Padma Bhuwana
Tari Bali Padma Bhuwana

Liputan6.com, Denpasar Kemeriahan benar-benar tercipta di Pesta Kesenian Bali 2019. Berbagai atraksi diserbu pengunjung. Salah satunya Oratorium Tari Bali Padma Bhuwana, Sabtu (15/6).

Para wisatawam menikmati cerita, dialek, gerak tari, dan kostum unik. Mereka bertahan hingga acara selesai. Pagelaran Oratorium Tari Bali Padma Bhuwana digelar di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar.

Sekitar 30 Ribu memadati venue. Dari jumlah itu, 10% diantaranya merupakan wisman. Mereka datang dari berbagai negara dengan beragam warna kulit dan style. “Jumlah wisatawan yang hadir di Taman Budaya itu luar biasa. Mereka sangat antusias sekali.

Di tribun atas dan bawah berjubel, bahkan hingga meluber ke luar. Mereka tertarik dengan beragam pentas seni dan budaya yang ditampilkan di sini,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Bali Kasi Seni Pertunjukan Ida Bagus Wiswabajra, Minggu (16/6).

Untuk memberi kenyamanan, big screen dipasang pada salah satu sisi Taman Budaya Provinsi Bali. Para wisatawan yang tidak bisa masuk pun terlihat nyaman menikmati alur cerita pertunjukan. Pagelaran Oratorium Tari Padma Bhuwana digelar kolosal. Event ini ditampilkan oleh Institut Seni Indonesia Denpasar. Mereka mengambil cerita masa kerajaan Bali lampau.

“Panggung ini menampilkan beragam pagelaran di setiap malamnya. Ada banyak cerita menarik yang akan ditampilkan. Kami yakin, anemo publik akan besar seperti untuk malam-malam berikutnya. Sebab, ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan selain menikmati pagelaran,” ujar Ida Bagus lagi.

Oratorium Tari Padma Bhuwana menceritakan kejayaan Bali pada masa silam. Backgroundnya masa kepemimpinan Dalem Waturenggong. Kilas baliknya kepemimpinan Raja Jayapangus dan Sri Astasura Ratna Bhumi Banten.

Ketua Tim Pelaksana CoE Esthy Reko Astuty menerangkan, kebesaran Bali masa lampau menjadi semangat untuk membangun daerah.

“Publik di Bali memang luar biasa. Mereka sangat mengapresiasi berbagai warna budaya di sana. Angka pengunjung besar juga tersaji saat Pawai Pesta Kesenian Bali. Animo ini ternyata berlanjut pada malam hari di Taman Budaya. Rapor tersebut tentu menjadi start positif event secara keseluruhan. Apalagi, ada penyemangat dari cermin kebesaran Bali di masa lampau. Ini jadi semangat bagi daerah,” terang Esthy.

Cerita kisah oratorium kejayaan Bali masa lampau pun mencapai pucak. Pengakuan diberikan pun pada Dalem Waturenggong oleh Bharmana Keling. Gelar Dalem Sidha Karya yang awalnya ditolak, akhirnya diterima.

Esthy menambahkan, masyarakat Bali sangat menghormati para leluhurnya. Mereka ini selalu dikenang dan beragam tradisi dilestarikan. “Bali memiliki banyak history besar. Semuanya tetap terpelihara dengan baik lintas generasi. Generasi-generasi selanjutnya sangat menghormati para leluhurnya. Dan, kebesaran Dalem Waturenggong ini bisa dinikmati hingga saat ini. Hanya kemasannya yang berbeda, tapi inti cerita dan alurnya otentik,” jelas Esthy lagi.

Dalem Waturenggong memimpin Bali pada abad ke-16. Tangan dinginnya mengantar era keemasan Kerajaan Gelgel Bali. Karya besarnya ekspansi politik hingga renovasi budaya. Para fase berikutnya, Dalem Waturenggong dijadikan prototype bagi pemimpin Bali berikutnya.

Asisten Depduti Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenar Muh. Ricky Fauziyani mengatakan, semangat Dalem Waturenggong terus mengalir. “Dengan besarnya anemo publik di Bali, kami optimistis penyelenggaraan event akan sukses besar. Ada banyak inspirasi besar di sana. Visi Dalem Waturenggong juga tetap tertanam kuat dalam masyarakat Bali. Artinya, mereka akan terus gigih guna mengembangkan pariwisata sebagai leading sector di sana,” tegas Ricky.

Digelar epic, persiapan panjang dilakukan Pagelaran Oratorium Tari Bali Padma Bhuwana. Pagelaran ini melibatkan mahasiswa ISI Denpasar lintas jurusan. Ada jurusan Seni Karawitan, Seni Musik, Seni Tari, juga Seni Pedalangan. Durasi latihannya, sekitar 8 Jam sehari selama 3 pekan.

Apresiasi diberikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. “Budaya dan beragam tradisi di Bali akan tetap lestari. Kepedulian luar biasa diberikan para milenialnya. Dengan dukungan besar ini, pariwisata di Bali akan terus berkembang. Mengacu respon wisatawan di awal penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali, akan ada value ekonomi besar yang dinikmati masyarakat. Bali punya segalanya. Atraksi, aksesibilitas, dan amenitasnya luar biasa,” tutup Arief yang juga Menpar Terbaik Asia Pasifik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya