Jakarta - Pendiri OranutanDay, pengelola tur ekowisata yang berbasis di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Yomie Kamale menyebut kunjungan turis ke Tanjung Puting makin meningkat setiap tahunnya. Tanjung Puting merupakan tempat konservasi orangutan sebelum bisa dilepasliarkan ke hutan.
Ia menilai peningkatan jumlah pengunjung ke sana menimbulkan tekanan tersendiri. Selain mendatangkan ketidaknyamanan bagi pengunjung, kehadiran turis dalam jumlah besar dikhawatirkan akan mengubah perilaku satwa.
Kedatangan turis juga berdampak pada meningkatnya jumlah klotok, kapal tradisional warga Kalimantan, meningkatkan beban sungai. Suaranya yang nyaring juga bisa menciptakan polusi suara.
Advertisement
Baca Juga
"Akibat suara knalpot klotok, maupun pencemaran air akibat limbah yang terbuang ke sungai," kata Yomie dikutip dari Antara, Jumat (30/8/2019).
Maka itu, ia menekankan pentingnya pendistribusian wisatawan ke beberapa spot lain di dalam kawasan. Ia bersama pelaku usaha ekowisata dan pengelola kawasan Tanjung Puting kini tengah merancang pengaturan tata kelola wisata.
Aturan itu demi menekan dampak kunjungan wisatawan tidak makin meluas dan dapat diminimalkan. Ia menyatakan para pelaku ekowisata wajib memahami pengelolaan wisata yang berkelanjutan, termasuk pemahaman tentang pengelolaan sampah, penggunaan air, dan pentingnya habitat orangutan dan hutan dalam kehidupan.
OrangutanDays sendiri menyediakan paket tur menjelajah Tanjung Puting dengan menumpang kapal klotok. Selain tempat konservasi itu, tur menjangkau Taman Wisata Alam Tanjung Keluang, Senggora Marine Park, jelajah desa suku Dayak, dengan membawa misi konservasi dan edukasi.
Sesuai dengan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, OrangutanDays membangun kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan lingkungan dalam setiap paket perjalanannya, dengan tetap melibatkan komunitas lokal.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tekankan Pelestarian Alam
Yomie mengatakan Tanjung puting merupakan destinasi wisata minat khusus. Maka itu, edukasi kepada para wisatawan sangat penting. Mereka harus mendapat pengetahuan dan bisa mengubah perilaku, terutama dalam memperlakukan alam dengan bijak.
Maka itu, OrangutanDays selalu mengajak setiap peserta tur menanam pohon, yang menjadi cara untuk penghijauan kembali dan turut mencegah pemanasan global.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) I TNC, Rizal Algamar. Ia menyebut tren ekowisata secara global yang makin berkembang, adalah salah satu langkah untuk mengedukasi masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian alam.
"Berwisata, sejatinya tidak hanya untuk menjelajah dan mencari petualangan, tetapi juga untuk membangun kesadaran akan pentingnya keselarasan hubungan antara manusia dengan alam dan ekosistem yang ada di dalamnya," katanya.
Penerapan praktik pariwisata berkelanjutan yang dikemas dalam ekowisata dalam hal ini menjadi amat penting. Setiap wisatawan, operator wisata, maupun pihak taman nasional memiliki peranan tersendiri dalam menjaga kelestarian ekosistem orangutan ini.
Advertisement