Cerita Akhir Pekan: Mengulik Sejarah Lipstik, Ternyata Sempat Lekat dengan Prostitusi

Lipstik dulunya merupakan simbol status sosial, baik bagi lelaki maupun perempuan.

oleh Asnida Riani diperbarui 31 Agu 2019, 10:03 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2019, 10:03 WIB
ilustrasi lipstick
Ilustrasi lipstik. (Istock)

Liputan6.com, Jakarta - Ragam produk dan teknik boleh saja bermunculan, tapi pemakaian lipstik tetap jadi kebiasaan konstan bagi tak sedikit perempuan. Coco Channel bahkan sempat mengatakan, "Bila Anda sedih, tambahkan sedikit lebih banyak lipstik.".

Ya, beauty item satu ini memang telah mencatat sejarah panjang, begitu panjang, sampai sekarang sudah tersedia dalam beragam varian dan label. Fakta tersebut membuat perjalanan lipstik menarik untuk ditelusuri.

Melansir dari Style Craze, Jumat, 30 Agustus 2019, orang-orang Sumeria tercatat sebagai pemakai lipstik pertama. Warna yang dihasilkan lipstik kala itu berasal dari ragam bahan natural, termasuk buah, henna, dan serangga.

Sementara, para perempuan Mesopotamia membuat lipstik dari bahan sedikit mewah, yakni menambahkanya dengan material pembuat perhiasan untuk menambah warna sekaligus kesan berkilau di bibir mereka. Warga Mesir sendiri mengklaim sebagai pecinta lipstik sesungguhnya.

Warna gelap, seperti ungu dan hitam, sangat umum mereka pulaskan. Sebagian besar lipstik yang dipakai dibuat dari serangga. Seiring waktu, beberapa dari mereka memakai bahan terbilang berbahaya demi mendapat warna lebih bagus.

Alhasil, tak sedikit dari para pemakai lipstik yang menderita penyakit serius, bahkan sampai meninggal dunia. Terlepas dari bahan baku yang digunakan, lipstik di peradaban kuno menandakan status sosial, baik perempuan maupun lelaki.

Perempuan Jepang kala itu tercatat memakai makeup tebal dan lipstik berwarna gelap. Hanya di masa Yunani kuno lipstik berwarna gelap diasosiasikan dengan prostitusi karena hukum yang berlaku di masa tersebut.

Sekitar tahun 9 masehi, ilmuwan asal Arab, Abulcasis, membuat lipstik solid untuk kali pertama. Cara pembuatannya dianggap Abulcasis tak jauh berbeda dari parfum.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lipstik dan Anggapan Lekat dengan Penyembah Setan

[Fimela] Ilustrasi lipstik merah
Ilustrasi lipstik merah | unsplash.com

Di abad pertengahan, lipstik merah acap kali dihubungkan dengan penyembah setan. Perempuan yang kedapatan memakai lipstik sering dianggap sebagai penyihir. Kala itu, perempuan dengan strata sosial tinggi tak akan memakai lipstik.

Dipercaya, perempuan di masa itu menambah warna dengan cara mencubit, mengigit, atau menggosok bibir dengan ragam meterial.

Lipstik kembali muncul di era pemerintahan Ratu Elizabeth I di Inggris. Ia mempopulerkan tampilan berupa kulit putih pucat dan lipstik merah. Demi memakai lipstik ini, penguasa Kerajaan Inggris itu 'menggadaikan' kesehatannya.

Livingly menulis, sayangnya bagi Ratu Elizabeth I, pewarna bibir merah memiliki kekuatan magis yang menyembuhkan dan melindunginya dari kematian.

Karena itu, Ratu Elizabeth I mengenakan lipstik merah setiap hari. Bahkan, saat sedang sakit, ia bisa mengaplikasikan pewarna bibir tersebut secara berlapis untuk mendapatkan warna merah seperi saat sedang sehat.

Sayang, lipstik merah yang diagungkan justru jadi salah satu penyebab banyaknya perempuan sakit dan meninggal, tidak terkecuali Ratu Elizabeth I, pada masa itu.

Bustle menulis, lipstik pada zaman itu, bahkan sejak masa Mesir Kuno, terbuat dari berbagai zat berbahaya, seperti timah putih yang dapat meracuni pengguna lipstik secara perlahan, hingga maut menjemput. 

Dilansir dari MedicalBag, lipstik merah beracun itu jadi salah satu penyebab kematian Ratu Elizabeth I, selain beragam makeup lain yang juga berbahaya untuk kesehatan, seperti pemutih wajah dan leher mengandung timah putih.

Lipstik Pertama Kali Dikomersilkan

kepribadian
ilustrasi lipstik/Photo by KAL VISUALS on Unsplash

Dilaporkan Style Craze, pada 1884, perusahaan parfum asal Prancis, Guerlain, jadi produsen pertama yang membuat lipstik dijual secara komersial. Lipstik mereka terbuat tadi kandungan madu dan minyak castor dan dibungkus dengan kertas sutra.

Hingga pada 1920, lipstik telah jadi bagian permanen keseharian para perempuan. Dorongan ini berasal dari banyak pihak, termasuk deretan majalah yang encourage orang untuk memanfaatkan warna-warna cantik dalam berpenampilan.

Di tahun ini juga muncul gerakan feminis, di mana para perempuan menuntut disetarakan dengan para lelaki, termasuk hak untuk memilih. Dalam gerakan ini, lipstik sering dianggap sebagai simbol feminisme.

Tahun 50-an adalah waktu semua orang ingin meniru penampilan para aktris Hollywood. Wajar bila popularitas lipstik kian menjanjikan di masa ini. Kebiasaan memakainya pun terus langgeng sampai sekarang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya