Majalah Marie Claire Inggris Berhenti Terbit Setelah 31 Tahun Beroperasi

Persaingan dengan dunia digital yang ketat membuat majalah Marie Claire Inggris harus menghentikan penerbitannya.

oleh Henry diperbarui 12 Sep 2019, 10:05 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2019, 10:05 WIB
Majalah Marie Claire Inggris Berhenti Terbit Setelah 31 Tahun
Majalah Marie Claire Inggris Tutup. (dok. marieclaire.co.uk/Novi Thedora)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi saat ini memengaruhi banyak aspek, salah satunya adalah media. Media dalam bentuk konvensional seperti majalah dan koran kini mulai beralih ke bentuk digital. Salah satu yang ikut serta dalam perubahan ini adalah majalah Marie Claire.

Melansir dari BBC, Rabu, 11 September 2019, Marie Claire Inggris memberhentikan penerbitan majalahnya setelah 31 tahun tersebar ke publik. Majalah kecantikan yang pertama kali terbit di Inggris pada 1988 mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan penyebaran konten mereka melalui publikasi digital.

Marcus Rich, CEO dari TI Media yang merupakan penerbit dari majalah ini memberikan dukungan dan pujian atas upaya Marie Claire untuk meningkatkan kesadaran akan isu sosial ke publik, terutama wanita.

"Untuk lebih dari tiga dekade, Marie Claire Inggris telah membawa percakapan tentang isu yang penting bagi wanita, mulai dari kampanye tentang pemberdayaan wanita hingga ke perubahan iklim, dan juga masih melakukan pemberitaan fesyen dan kecantikan yang merefleksikan kehidupan sehari-hari mereka," ucap Marcus.

Penghentian penerbitan ini disinyalir karena penjualan majalah yang sudah menurun. Harga majalah juga sempat naik pada Februari 2018, dari 3,9 euro yang setara dengan Rp60,5 ribu menjadi 4,2 euro atau setara dengan Rp65 ribu. 

Jika dibandingkan dengan laman resminya, pengunjung dan pelanggan bulanannya mencapai dua juta pengguna. TI Media menyatakan bahwa perubahan juga dikarenakan penyesuaian kebutuhan audiens yang kini lebih menggunakan sesuatu dengan mobilitas yang cepat.

Hal ini juga didukung oleh pihak Marie Claire. Mereka menyatakan bahwa dunia kecantikan dan fesyen kini menghadapi tantangan di mana pelanggan dan pengiklan berpindah ke dunia digital. 

"Ada dampak signifikan untuk periklanan di majalah. Untuk sektor fesyen dan kecantikan, iklan pada majalah menurun hingga 25 persen pada 2018 dan terus berkelanjutan hingga 30 persen pada 2019. Strategi dengan memfokuskan bisnis digital Marie Claire Inggris akan memberikan kesempatan terbaik untuk menjaga keuntungan dan keberlangsungannya" ungkap juru bicara Marie Claire.

Penutupan di Inggris ini tidak memengaruhi penerbitan di negara lain.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penutupan Majalah Lain

Majalah Marie Claire bukan majalah satu-satunya yang ditutup. TI Media yang diketahui menjadi penerbit untuk lebih dari 40 brand baik dalam digital dan cetak juga menutup beberapa majalah lain.

Majalah musik NME pada Maret 2018 juga dihentikan penerbitannya. Padahal, majalah ini telah menemani pencinta musik selama 66 tahun. Majalah ini pernah mencoba untuk bertahan dengan menjadikan majalahnya gratis, namun tampaknya kekuatan dunia digital tak terelakkan. NME akhirnya juga memaksimalkan usahanya di bidang digital.

Awal tahun ini, TI Media juga menutup majalah gosip selebriti, Now. Majalah ini juga sudah terbit sejak 1996 secara mingguan.

Hal ini karena bertolak belakang dengan publikasi Woman's Weekly, Cycling Weekly, Horse & Hound and What's On TV yang juga diproduksi TI Media. Publikasi ini mendapatkan engagement sebesar 11,7 juta oleh penduduk Inggris per akhir Maret 2019. (Novi Thedora)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya