Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, dunia dihadapkan pada kejadian yang mengerikan sekaligus memilukan. Bagaimana tidak, hutan Amazon yang menyimpan 20 persen oksigen dunia dan menjadi paru-paru dunia, terbakar hingga hitungan minggu.
Mirisnya lagi, menurut data dari pusat penelitian luar angkasa Brasil, INPE, diketahui ada 73 ribu kebakaran yang terjadi di hutan Amazon. Para ahli banyak yang mengatakan bahwa akan terjadi ketidakseimbangan keanekaragaman hayati di dunia karena puluhan ribu spesies tanaman dan hewan dari spesies dunia yang tinggal di hutan Amazon berkurang.
Baca Juga
Kebakaran juga terjadi di Indonesia, tepatnya di Kalimantan dan titik api meluas hingga ke Sumatera. Dampak asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ini dirasakan bukan hanya oleh warga Indonesia saja, tapi juga negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia.
Advertisement
Penyebab kebakaran tak lain karena upaya deforestasi ditambah suhu udara yang meningkat dalam empat tahun terakhir. Lalu jika kebakaran terjadi, apa dampaknya bagi kehidupan manusia di bumi?
Banyak! Salah satunya yang paling terlihat proses pemanasan global bisa semakin cepat. Pohon dan tanaman memiliki fungsi menyerap karbondioksida. Bayangkan, pohon dan tanaman di hutan Amazon melepaskan miliaran ton karbon yang disimpan selama bertahun-tahun.
Tersebar atau lepasnya emisi gas karbondioksida dan gas lain ke udara, dapat memperburuk kualitas udara. Masalah lingkungan yang juga berkaitan dengan emisi adalah penggunaan plastik.
Makin banyak Anda menggunakan plastik, makin sering pabrik membuat produk tersebut. Alhasil bahan bakar dari produksi dan transportasi bahan plastik menyebabkan emisi gas rumah kaca.
Nah salah satu penyumbang polusi adalah kendaraan, salah satunya adalah motor. Kendaraan yang Anda pakai, jika memiliki bahan bakar kualitas rendah dan knalpot yang tak sesuai pabrikan, ikut menjadi polutan.
Belum lagi tak sedikit pengguna kendaraan yang asal pakai, tanpa memperhatikan perawatan. Padahal perawatan kendaraan bermotor rutin dilakukan sesuai aturan. Jika semua hal itu tak dilakukan, lagi-lagi terjadi peningkatkan gas buang kendaraan bermotor yang membuat kondisi tanah dan air menjadi asam.
Lantas jika semua masalah lingkungan itu terus menerus terjadi, berapa lama lagi bumi ini bisa bertahan? Bagaimana nasib anak dan cucu nanti?
Maka dari itu, sudah saatnya ubah kebiasaan yang merugikan lingkungan. Caranya mulailah dari sendiri, seperti tak lagi menggunakan kantong sekali pakai, hemat energi, dan mulai bersepeda.
Bersepeda menjadi cara Anda untuk mengurangi emisi, misalnya dengan Jarvis. Ya, Jarvis merupakan sepeda inovasi karena mengombinasikan motor yang digerakkan dengan baterai.
Dengan kata lain, Jarvis adalah sepeda listrik atau e-bike yang hadir dengan tiga warna, yaitu hitam, merah, hijau, biru. Oh ya, ada tiga kelebihan Jarvis yang dijamin membuat Anda penasaran.
Pertama sudah pasti Jarvis ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar. Pengisian daya listrik memanfaatkan baterai yang di charge selama enam jam, dengan sekali recharge dapat menempih jarak sekitar 30 km/jam.
Kedua Jarvis ekonomis atau hemat secara jangka panjang. Lagi-lagi tak perlu bensin untuk menggerakkannya. Itu karena ada dua pilihan tenaga, listrik atau gowes dengan tenaga sendiri alias dikayuh. Ketiga, Jarvis minim perawatan tak seperti biaya pemeliharaan motor.
Soal harga, Jarvis kompetitif! Sekitar Rp4,5 juta di pasaran. Menariknya lagi, Jarvis bisa dicicil karena sudah bekerja sama dengan Home Credit dan garansi jelas selama enam bulan (untuk semua spare parts). Kecuali frame, Anda mendapat garansi lima tahun.
Untuk memudahkan garansi, pastikan Anda lebih dulu daftar atau registrasi dengan klaim yang jelas lewat aplikasi Jarvis di Play Store.
Dengan mengandalkan Jarvis untuk pergi jarak dekat atau melakukan aktivitas sehari-hari, artinya Anda turut menjaga bumi dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Klik di bawah ini jika Anda tertarik dengan Jarvis!
(*)