Qantas Sukses Uji Coba Rute Penerbangan Terpanjang di Dunia

Penerbangan uji coba yang dilakukan Qantas memakan waktu hampir 20 jam, dari New York menuju Sidney.

oleh Putu Elmira diperbarui 21 Okt 2019, 18:02 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2019, 18:02 WIB
Ilustrasi pesawat (Pixabay)
Ilustrasi pesawat (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan dunia penerbangan berlangsung cukup pesat. Salah satu yang terbaru adalah maskapai asal Australia, Qantas yang berhasil melakukan uji coba penerbangan dari New York ke Sydney tanpa henti pada Minggu, 20 Oktober 2019.

Dilansir dari South China Morning Post dan Reuters, 21 Oktober 2019, pesawat ini melakukan percobaan untuk mengetahui dampak pada pilot, kru kabin dan penumpang karena melakukan penerbangan selama hampir 20 jam tanpa henti. Hal ini menandakan penerbangan tersebut akan menjadi perjalanan pesawat komersil terlama dan terpanjang di dunia.

Dalam uji cobanya, Qantas membawa 50 penumpang serta awak kabin. Pesawat yang digunakan berjenis Boeing 789-9 Dreamliner. Total jarak yang ditempuh adalah 16.200 kilometer.

"Ini adalah momen bersejarah bagi Qantas, bagi dunia penerbangan Australia dan dunia," ujar Alan Joyce, CEO Qantas yang turut ikut dalam penerbangan tersebut.

Rencananya, penerbangan langsung New York ke Sydney akan dilakukan mulai 2022. Uji coba ini dimaksudkan untuk meriset tentang jet lag hingga makanan yang harus disajikan.

Hasilnya, Qantas akan membuat seluruh penumpang bangun selama enam jam terlebih dahulu. Mereka akan menyediakan makanan yang mengandung paprika pedas dan rempah lainnya. Berbeda dari pemberian makan biasanya yakni saat sudah di udara, mereka akan memberikan makanan tersebut di awal penerbangan.

"Cara tradisional yang selama ini diterapkan mungkin bukan menjadi cara yang cocok untuk membuat tubuh tidak mengalami jet lag," kata Alan lagi.

Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mematangkan penerbangan ini. Nantinya, enam penumpang akan mengikuti jadwal yang telah ditentukan dari sebelum penerbangan hingga setelahnya. Mereka akan dibuatkan jadwal terkait waktu makan, minum dan tidur sebelum penerbangan. Lalu, akan diawasi pula selama penerbangan hingga dua minggu setelahnya untuk melihat apa yang mereka rasakan.

Para pilot juga akan dipasangkan peralatan yang dapat memantau kinerja otak. Alat ini akan melihat kesadaran pilot serta menyediakan sampel urin untuk melacak kadar melatonin (zat kimia alami yang mendorong manusia untuk tidur).

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Permintaan Pasar Tinggi

Ilustrasi pesawat (iStock)
Ilustrasi pesawat (iStock)

Permintaan dalam dunia penerbangan juga meningkat pesat. Berdasarkan data dari The International Air Transport Association (IATA), perkiraan penumpang pesawat pada 2019 adalah 4,6 miliar orang. Pada 2037, perkiraannya meningkat menjadi 8,2 miliar orang.

Sebelum Qantas, terdapat dua maskapai lain yang telah menyediakan penerbangan jarak jauh tanpa henti. Kedua maskapai itu adalah Singapore Airlines yang melakukan penerbangan tanpa henti dari Singapura ke New York dan Qatar Airways dari Auckland ke Doha.

Melihat ada pasar yang bisa disasar, Alan juga mencoba melakukannya. Sebelumnya, Qantas akan melakukan penerbangan ke New York dengan transit di Los Angeles terlebih dahulu.

"Kami tahu ada permintaan di sini (penerbangan Sydney-New York)," tukasnya lagi.

Penerbangan langsung jarak jauh ini juga memberikan kesempatan bagi para maskapai agar dapat menciptakan penerbangan yang aerodinamis serta efektif bahan bakar. Dalam penerbangan New York ke Sydney dibutuhkan kurang lebih 101 ton bahan bakar. Ke depannya, Qantas juga berencana untuk mengadakan penerbangan tanpa henti dari London ke Sydney pada 2022 atau 2023. (Novi Thedora)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya