Filosofi 4 Monumen Bersejarah di Jakarta yang Jarang Diingat Warga

Ada banyak monumen dibangun di Jakarta. Mana yang menjadi favoritmu?

oleh Putu Elmira diperbarui 27 Okt 2019, 11:31 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2019, 11:31 WIB
Monumen Nasional (Monas)
Monumen Nasional (Monas) ramai dikunjungi warga saat libur sekolah (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta kaya dengan cagar budaya. Ada bangunan dari era Belanda hingga keberadaan monumen bersejarah yang tersebar di penjuru kota. 

Meski sering dilalui, tak semua peristiwa di balik pendirian monumen itu diketahui oleh masyarakat, khususnya yang tinggal di Ibu Kota. Cerita-cerita menarik monumen-monumen itu bisa diketahui bila datang ke Pameran Ssegar Bugar yang berlangsung di Museum Bank Indonesia mulai 24 Oktober 2019 hingga sebulan ke depan.

Sebelum pergi, Anda bisa membaca rangkuman kisah filosofis dari empat monumen paling terkenal di Jakartaberikut ini.

1. Monumen Nasional

Monumen ini lebih dikenal orang dengan singkatannya, Monas. Arsitek dari monumen ini adalah Frederich Silaban dan R M Soedarsono. Tugu ini merupakan tugu peringatan kegigihan rakyat Indonesia melawan penjajahan Pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa ratusan tahun.

Pembangunan tugu ini lahir dari pemikiran Presiden Ir Soekarno pada 1949 yang pada saat itu Indonesia sudah menyatakan merdeka, tapi Belanda masih terus bernafsu menguasai kembali Indonesia. Oleh sebab itu, Presiden Ir Soekarno bermaksud menjunjung kebesaran negara dengan simbol yaitu monumen.

Pada 1961, Monumen Nasional mulai didirikan di Gambir, Jakarta Pusat, dan selesai pada 12 Juli 1975. Kini, Monas telah menjadi salah satu ikon Jakarta, dan tempat rekreasi hingga wisata edukasi masyarakat lokal maupun luar daerah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2. Monumen Selamat Datang

Kondisi Jalur Hijau di kawasan Bundaran HI
Kondisi jalur hijau setelah pembongkaran instalasi bambu Getah Getih di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (18/7/2019). Masyarakat kini bisa melihat jelas Monumen Selamat Datang dari halte transjakarta Bundaran HI tanpa terhalang karya seni bernilai Rp550 juta itu. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Walaupun hanya patung yang tidak terlalu besar, karena tempat berdirinya di Bundaran HI ini membuatnya jadi yang paling terkenal di Jakarta. Monumen ini dibuat atas perintah Presiden Ir Soekarno untuk mempercantik wajah Jakarta dalam rangka persiapan Asian Games ke-4. Saat itu, Indonesia menjadi tuan rumah.

Sketsa dasar monumen ini dibuat oleh seniman Henk Ngantung dan dikerjakan oleh pematung Edhi Soenarso. Monumen ini selesai dibangun pada tahun 1962. Bentuk monumennya yaitu terdapat muda mudi yang tengah berdiri melambaikan tangan sambil membawa buket bunga.

Patung ini mencirikan bahwa Indonesia memiliki keramahtamahan dalam menyambut tamu. Kalau dilihat, monumen ini memang sedikit mirip dengan rancangan monumen Vera Mukhina untuk Pavilium Uni Soviet di Expo pada 1937. Tapi

3. Monumen Patung Dirgantara

Pesan Lingkungan untuk Jokowi Membentang di Patung Dirgantara Pancoran
Sejumlah orang membentangkan spanduk di Patung Dirgantara Pancoran, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Aksi tersebut dilakukan untuk mendapat perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan para menteri barunya untuk memukul mundur krisis iklim. (merdeka.com/Imam Buhori)

Karena didirikan di sekitar daerah Pancoran, Jakarta Selatan, orang-orang sering menyebutnya patung Pancoran. Padahal, patung ini dibangun karena ingin memberi penghormatan terhadap Angkatan Udara yang gugur dalam perang Kemerdekaan Indonesia. Itulah sebabnya patung ini memiliki nama asli Patung Dirgantara.

Lagi-lagi, monumen ini adalah karya seniman patung Edhi Soenarso. Patung ini dibuat oleh Edhi dengan bentuk seseorang yang mengacungkan tangannya ke udara. Acungan tangannya itu mengarah ke Bandar Udara Internasional Kemayoran, yang saat itu adalah bandara yang melayani seluruh rute penerbangan.

Saat ini bandara itu sudah pindah menjadi ke Bandara Internasional Soekarno Hatta di Cengkareng. Proses pembuatan patung ini sedikit tersendat karena peristiwa G30SPKI pada tahun 1965. Monumen akhirnya selesai dibangun pada 1966.

4. Monumen Pembebasan Irian Barat

Lapangan Banteng
Pemandangan revitalisasi Monumen Pembebasan Irian Barat dari ketinggian di Lapangan Banteng, Jakarta Rabu, (11/4). Revitalisasi ini ditargetkan selesai akhir April 2018. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Patung ini berbentuk seorang laki-laki yang mematahkan rantai dengan kedua tangannya dan kakinya yang menghadap ke arah Barat. Ini menggambarkan alasan dinamakan Monumen Pembebasan Irian Barat yaitu karena Irian Barat telah lepas dari belenggu kekejaman Belanda.

Patung setinggi 9 meter ini lagi-lagi adalah karya dari pematung Edhi Soenarso yang sketsanya dibuat dari seniman Henk Ngantung. Diresmikan pada 1963 oleh Presiden Ir Soekarno, monumen ini juga memiliki filosofi lain yaitu pecahnya demonstrasi massa di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, tempat berdirinya monumen tersebut.

Monumen ini menampilkan orang dengan otot menonjol dimaksudkan pematung sebagai simbol tekad masyarakat Indonesia untuk lepas dari belenggu Belanda. Kala itu, Belanda berkeras tak mau melepaskan Papua dari tanggannya. Hingga kini, monumen ini masih berdiri kokoh di Lapangan Banteng. Lapangan Banteng juga sering dijadikan tempat olahraga santai di pagi maupun sore hari. (Ossid Duha Jussas Salma)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya