Batik Marunda, Karya Apik dari Utara Jakarta

Batik Marunda memberdayakan ibu-ibu rusun yang menghasilkan batik berbagai motif khas dan unik.

oleh Putu Elmira diperbarui 27 Okt 2019, 13:30 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2019, 13:30 WIB
Batik Marunda
"Membatik untuk Jakarta" talkshow dengan Veronica Tan, Wendy Sibrani, dan Irma G Sinurat di Fashionlink Showroom and Market, Senayan City, Jumat (25/10/2019). (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan di Jakarta tumbuh beriringan dengan keberagaman. Ada begitu banyak hal menarik yang hadir dan tercipta di dalamnya. Satu di antaranya kelahiran Batik Marunda, sebuah karya apik dari Utara Jakarta.

Kegiatan membatik dikembangkan oleh Veronica Tan yang sempat menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta. Ada pun pebatik memberdayakan para ibu yang tinggal di Rusunawa Marunda.

"Waktu itu sebagai Dekranasda official, (mencari) apa kegiatan kreatif dan akhirnya memilih belajar membatik supaya Jakarta punya ikon," kata Veronica Tan di Senayan City, Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019.

Bukan tanpa alasan kegiatan ini dilaksanakan mengingat adanya shock rusun ketika pindah dari bantaran ke Marunda. Rusun kemudian dijadikan tempat untuk mengeksplorasi kemandirian para ibu pebatik agar dapat swadaya dan usaha.

"Saya selalu bilang, yuk ajarin ibu-ibu bukan karena hanya ada sponsor dan CSR tetapi saya mau sustainable program. Visi misinya agar ibu-ibu bisa tampil dengan dan bisa ambil kesempatan ini," lanjutnya.

Irma G. Sinurat, pembina Batik Marunda menyebut Dekranasda menugaskan untuk membuat pemberdayaan perempuan di rusun dan mencari CSR. Pada batch pertama pelatihan ada sekitar 100 orang yang ikut, namun yang bertahan hanya dua orang.

"Sekarang hanya terdapat 18 orang pebatik di Batik Marunda, hanya 10 persen dari tiga kali pelatihan. Buka lagi di Rusun Rawa Bebek 22 orang. Di Pesakih melatih sulam karena buat sulam saja susah dijual," ungkap Irma.

Proses pengerjaan Batik Marunda pun tersebar di tiga rusun tersebut. Batuk ini menghadirkan motif yang khas dengan tahapan satu rusun mencanting, pencelupan di Marunda, dan tahap finishing dilakukan di Pesakih.

Di Rusun Marunda sendiri terdapat 30 kepala keluarga dengan 11 ribu orang. Rusun bagian atas sebagai tempat tinggal dan di bawah untuk kegiatan pemberdayaan kegiatan termasuk membatik.

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Motif-Motif Batik Marunda

Batik Marunda
"Membatik untuk Jakarta" talkshow dengan Veronica Tan, Wendy Sibrani, dan Irma G Sinurat di Fashionlink Showroom and Market, Senayan City, Jumat (25/10/2019). (Liputan6.com/Putu Elmira)

Wendy Sibarani, desainer Batik Marunda pertama kali diajak ambil bagian dalam kegiatan membatik ini oleh Irma. Wendy memang jatuh cinta pada menggambar dan melukis, namun ia mengakui dirinya bukan seorang desainer.

"Waktu diminta, saya senang sekali sudah lama melihat batik rakyat yang baru yang dikembangkan desainnya. Pertama terpengaruh sama Batik Jawa namun ibu-ibu di Marunda menjerit karena motifnya kecil," jelas Wendy di kesempatan yang sama.

Karena kondisi itu, akhirnya Wendy menyesuaikan gambarnya dengan kemampuan membatik para ibu rusun. Kolaborasi ini lantas menghasilkan sesuatu yang menarik yang dapat dikenakan.

"Desain menggambarkan Jakarta selain ondel-ondel. Kami punya ikon melati gambir, flamboyan. Saya dari kecil tinggal di Jakarta dan tahu kembang kelapa yang biasanya ada di delman," tambahnya.

Meski begitu, Wendy tetap memegang teguh pakem batik yang ada kepala yang memiliki filosofi. Kepala itu pagar, gigi buata dari ragam hiasan rumah Betawi. Motif-motif yang agak kuno ia tarik agar dapat lebih modern.

"Ada juga burung endemik di Pulau Seribu khasnya burung kipasan belang yang ada kumis dan alisnya. Khasnya juga burung ini senang membuat sayap dibuka. Ada juga motif kupu-kupu dan daun lee kwan yew," kata Wendy.

Perkembangan baru di mana ibu-ibu rusun menyulam untuk finishing. Menyadari sulaman sulit dijual, pilihan memadukan membatuk dan sulam seperti motif serangga yang disulam. Flora fauna juga menjadi buah dari ide motif-motif Batik Marunda.

"Batik Marunda dijual mulai Rp1,5 juta hingga Rp3 juta. Yang paling mahal outer. Untuk yang Rp1,5 juta itu ada cotton dan sulam kalau yang Rp3 juta sudah jadi outer atau sutra halus," jelas Irma.

Pendistribusian Batik Marunda pun dilakukan lewat beberapa cara mulai dari Alun-Alun Indonesia, Kunstkring. Batik Marunda juga punya galeri kecil di Lebak Bulus, Taman SPBU. Batik Marunda juga ikut serta dalam ragam pameran dan dijual secara online di akun Instagram dan website Batik Marunda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya