Mencintai Diri Sendiri Bukan Sikap Egois

Ada miskonsepsi yang berkembang soal mencintai diri sendiri sehingga tindakan tersebut sering dianggap tidak penting. Padahal, kurang mencintai diri sendiri bisa menyebabkan jerawatan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 08 Nov 2019, 05:03 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 05:03 WIB
mencintai diri sendiri
ilustrasi bahagia/Photo by Raychan on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Sudahkah Anda mencintai diri sendiri? Kemampuan itu nyatanya tak dimiliki semua orang. Bila hal itu menimpa Anda, jangan dibiarkan terlalu lama karena bakal memengaruhi kondisi fisik dan mental.

Psikolog klinis Felicia Maukar sekaligus co-founder Skin Dewi mengungkapkan, mencintai diri sendiri adalah kemampuan menghargai diri. Sikap itu sama sekali berbeda dari egois. Meski sama-sama memenuhi kebutuhan diri, tujuannya berbeda.

"Egois itu sifatnya, keuntungan yang diperoleh hanya untuk diri sendiri terus-menerus. Tidak ada kaitan dengan kebutuhan orang lain. Tapi, kalau mencintai diri sendiri, end product-nya untuk berkontribusi bagi orang lain," tuturnya dalam jumpa pers Soul Dewi di Jakarta, Rabu, 6 November 2019.

Banyak faktor yang bisa membuat seseorang kurang mencintai diri sendiri. Khusus di Asia, didikan masa kecil dinilai paling berpengaruh. Norma yang menganggap sikap mencintai diri sendiri sebagai tindakan egois, mendorong seseorang selalu berusaha mendahulukan kepentingan orang lain.

"Kita jadi berpikir bahwa dengan baik sama orang, kita akan diperlakukan baik juga oleh orang lain. Akhirnya, kita akan selalu berusaha melayani orang lain sebelum mencintai diri sendiri," kata Felicia.

Padahal, perasaan mencintai diri sendiri semestinya tidak tergantung pada orang lain. Bila dibiarkan, Anda akan tiba pada titik jenuh dan merasa ada sesuatu yang hilang atau kosong.

"Ibarat kita terus-menerus menuangkan air ke gelas orang lain, tapi gelas kita tidak diisi, lama-lama akan habis juga," ujarnya.

Manifestasi kekosongan itu bisa muncul dalam bentuk penyakit, baik mental maupun fisik. Penyakit mental, misalnya depresi, sedangkan fisik bisa timbul dari gangguan pencernaan hingga masalah jerawat yang tak berkesudahan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pendekatan Holistik

Mencintai Diri Sendiri Bukan Sikap Egois
Psikolog klinis Felicia Maukar dalam jumpa pers Soul Dewi di Jakarta, Rabu (6/11/2019). (dok. Soul Dewi/Dinny Mutiah)

Untuk itu, Feli mengajukan pendekatan holistik untuk membangun keterampilan mencintai diri sendiri yang meliputi fisik, emosi, dan pola pikir.

Namun, langkah pertama yang harus dilakukan untuk bisa mencintai diri sendiri adalah memahami diri, menyadari apa yang jadi kekuatan dan kelemahan

Setelahnya, belajar untuk menerima semua kondisi diri tanpa syarat. Tanpa itu, seseorang akan kehilangan arah.

Feli juga mengingatkan untuk belajar berkata tidak. Lantaran tidak enak pada orang lain, seseorang seringkali melewati batas yang berujung menumpuk emosi negatif.

"Tipsnya ya berani ngomong tidak. Itu langkah pertama. Mulai dari menolak hal-hal kecil, lalu negosiasi. Belajar bagaimana berkata tidak, tapi dengan tidak langsung berkata tidak," jelasnya.

Kelemahan yang dimiliki kemudian dicari solusi. Caranya beragam, tergantung minat dan kebutuhan. Di dalamnya termasuk merawat diri secara rutin. Bila bingung melakukan apa, itu tanda Anda memerlukan bantuan dari luar.

"Self-love itu bicara journey. Kalau bicara journey, sangat individual sekali. Tiga bulan saja sudah sangat hebat karena ada saatnya mentok," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya