Liputan6.com, Jakarta - Hujan masih berbondong-bondong melebur dengan legam aspal di jalan kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, ketika Liputan6.com tiba di Pho Saigon. Harum aroma kaldu berpadu ragam rempah langsung berlomba memenuhi hidung dan menggelitik perut yang keroncongan. Semangkuk pho adalah ide cermerlang di awal musim penghujan seperti sekarang.
Dengan dekorasi sederhana, tapi to the poin, kedai yang berlokasi tak jauh dari Stasiun KRL Mangga Besar ini telah selama dua tahun menyajikan macam-macam kuliner khas Vitnam. Primadonanya tentu saja pho, sajian yang sudah termasyhur ke berbagai belahan dunia.
Advertisement
Baca Juga
"Favoritnya di sini juga ada kwetiau sapi pedas, lumpia sayur, dan roti namanya banh mi," kata Pemilik Pho Saigon Tran Nhat Ngoc Tram atau Kelly saat ditemui di kedainya di bilangan Jakarta Barat, Jumat, 27 Desember 2019.
Pho Saigon sendiri merupakan perpanjangan tangan bisnis kuliner keluarga Kelly di Ho Chi Minh, Vietnam. Memboyong hanya beberapa menu favorit, canangan membuka usaha kuliner khas Vietnam dilatarbelakangi kerinduan Kelly akan rumah.
Sejak menikah dengan suaminya, Christopher Halim, lebih dari delapan tahun lalu, Kelly meninggalkan kota kelahiran dan ikut tinggal di Jakarta. "Dia (Kelly) suka cari-cari makanan khas sana (Vietnam) dan belum ada yang pas di lidah. Akhirnya buka sendiri," ucap Chris di kesempatan yang sama.
Memboyong langsung resep keluarga, chef dari Vietnam sengaja didatangkan untuk memberi pelatihan selama sebulan. Beracuan pada resep membuat Pho Saigon berhasil menjaga cita rasa dan autentikasinya.
"Saya juga masih coba (pho dan menu lain) setiap hari buat mastiin rasanya masih sama," imbuh ibu anak dua tersebut.
Keaslian ini juga didukung dengan mendatangkan bumbu-bumbu, kopi, dan teh langsung dari Vietnam. Hanya sayur, kwetiau, dan daging yang sengaja mengambil dari supplier dalam negeri dengan standar mutu sesuai.
"Salah satu daun yang jadi pendamping pho ini, khas banget, kami tanam sendiri akhirnya. Ada di depan (kedai Pho Saigon), ada juga di belakang. Setiap hari dipetik, jadi segar," tutur Chris.
Soal menu, tambah Chris, mereka masih akan melakukan banyak penambahan. "Yang paling dekat, kami akan coba keluarin pancake ala Vietnam. Isiannya nanti ada banyak, terutama sayur yang identik dengan makanan Vietnam," ujar Chris.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Proses Panjang Pembuatan Kaldu Pho
Rasa kuah jadi kunci dalam penyajian pho di Pho Saigon. Tak tanggung-tanggung, per tiga hari, kaldu pho ini dibuat selama sembilan jam non-stop. "Pakai api besar selama tiga jam, disambung api kecil selama enam jam," jelas Chris.
Proses ini membuat batang sumsum yang digunakan sebagai bahan dasar benar-benar cair. Setelah kaldu selesai, setiap harinya racikan kuah akan memanfaatkan kaldu yang dicampurkan berbagai macam rempah.
"Tidak bisa itu diangetin langsung karena rasanya akan berubah. Rempahnya banyak banget dan ada triknya sendri supaya rasa (kuah pho) tidak berubah jadi asin dan malah tidak enak," paparnya.
Setelahnya, kuah tersebut masih harus dipanaskan dengan panci kecil sesuai kebutuhan ketika hendak dihidangkan bersama topping lengkap dari pho. "Dimakan dengan saus warna hitam yang langsung dibawa dari Vietnam," sambung Kelly.
Mengingat proses panjang dan penggunaan bumbu tak bisa dikatakan murah, Chris berkomitmen menjaga harga pho di kedainya cukup terjangkau. "Saya mau memasarkan, memperkenalkan, dan betul-betul jual rasa makanan, tidak hanya tempat," ucapnya.
Pasal, makanan khas Vietnam di Indonesia selama ini identik dengan restoran mewah di mal dengan harga cukup tinggi. Berangkat dari fakta itu, Chris mau kedainya menyajikan kuliner Vietnam tak kalah enak, punya rasa autentik, dan mematok harga lebih terjangkau.
Sudah cukup ramai sejak kali pertama buka, setiap hari setidaknya 180 porsi berbagai menu di Pho Saigon berhasil terjual. "Paling ramai di hari Rabu sampai Minggu. Waktunya di jam makan siang dan malam," kata Kelly.
Makanan di sini bisa dinikmati mulai Rp25 ribu dan start Rp6 ribu untuk minuman. Tapi, lantaran akan didaftarkan jadi PT dan memberlakukan pajak, bakal ada penyesuaian harga per 1 Januari 2020.
"Harganya saya turunin sebenarnya. Dari (Rp)57 ribu jadi (Rp)55 ribu, pajak jadi (Rp)60,5 ribu. Itu kan sebenarnya pajak kami subsidi karena harga makanan diturunkan dulu," ucap Chris.
Buka mulai pukul 10.00--22,00, last order pukul 21.00 saat weekday dan 21.30 ketika weekend, selain di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, Pho Saigon juga bisa disambangi di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
"Hanya saja menunya (di cabang Sunter) baru ada pho, kwetiau sapi pedas, lumpia sayur, dan banh mi," terang Kelly. Pada 2020, rencananya Pho Saigon akan menambah cabang di Solo dan Surabaya. Simak ulasan cita rasa sajian lebih lanjut tentang Pho Saigon di video berikut.
Â
Â
Kami menerima kontribusi konten untuk rubrik Kuliner Malam Jumat, yaitu tempat kuliner yang cukup dikenal, punya ciri khas, dan masih buka pada malam hari. Konten harus berupa tulisan, foto dan video berdurasi sekitar 3 menit.
Tulisan berupa cerita mendalam tentang tempat kuliner malam yang diangkat sekitar 1.000 sampai 1.500 kata, foto minimal lima buah, dan video. Format konten video bisa dilihat dari video Kuliner Malam Jumat yang sudah ditayangkan.
Hasil liputan dikirim ke email: dinny.mutiah@kly.id. Tersedia hadiah menarik bagi yang karya terpilih. Untuk pertanyaan lebih detil tentang konten liputan Kuliner Malam Jumat, bisa ditanyakan melalui alamat e-mail yang sama.
Advertisement