Liputan6.com, Jakarta - Indonesia punya banyak tempat wisata yang unik dan menarik. Tak hanya wisata alam, sebuah bendungan pun bisa menjadi tempat wisata. Yang dimaksud adalah Bendungan Ciawi di Jawa Barat. Tempat ini pun menjadi objek pemotretan yang menarik.
Untuk itu, Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA) menyelenggarakan kegiatan KAGAMA Yuk Motret II, di Bendungan Ciawi, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Kegiatan ini diikuti 51 peserta yang terdiri atas alumni UGM dan penghobi fotografi yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
Para peserta sebelumnya berkumpul di Kantor Pusat PT Brantas Abipraya, Jakarta, sejak pagi hari dan kemudian naik bus bersama menuju Bendungan Ciawi. Kegiatan yang mengambil topik “Story Telling in Travel Photography” ini dimulai tepat pukul 09.00 WIB dan berakhir pukul 17.00 WIB.
Advertisement
Baca Juga
Bertindak selaku narasumber: Arbain Rambey (fotografer profesional), Marrysa Tunjung Sari (fotografer professional & travel writer), Raiyani Muharramah (travel photographer & writer).
Direktur Utama PT Brantas Abipraya, Bambang E Marsono, dalam sambutannya mengatakan bahwa Bendungan Ciawi ini merupakan bendungan kering pertama di Indonesia, yang dibangun oleh PT Brantas Abipraya.
“Bendungan ini mulai dibangun pada Desember 2016. Diharapkan akhir tahun 2020 secara keseluruhan bendungan ini sudah dapat berfungsi ikut mengendalikan debit Ciliwung yang menuju Jakarta, walaupun secara kontraktual baru akan berakhir pada Mei 2021” terang Bambang.
“Realisasi pekerjaan sampai dengan 7 Februari 2020 ini sudah 45,02 persen. Bendungan Ciawi dibangun dalam rangka pengendalian banjir di wilayah hulu, DKI Jakarta,” sambungnya.
Ketua PP KAGAMA Bidang Fasilitasi Alumni UGM ini juga menjelaskan, luas lahan yang dibebaskan guna membangun bendungan dengan kapasitas tampung air 6 juta m3 ini adalah 78 ha. Sementara itu, area konstruksinya seluas 20 ha. Dalam area konstruksi tersebut, kata Bambang, ada tiga bangunan utama: bangunan pengelak, spillway, dan bendungan utama.
Secara sederhana, bendungan kering yg memiliki konsep baru ini akan berfungsi ketika curah hujan tinggi sehingga debit sungai melampaui based flow atau debit normal. Saat musim kering atau hujan normal, debit sungai mengalir seperti biasa tanpa ada aliran yang tertahan.
Selain itu, Bambang menerangkan bahwa bendungan kering tetap harus memenuhi standar keselamatan tinggi kendati tidak memiliki tampungan air seperti bendungan pada umumnya.
“Oleh sebab itu bendungan ini tetap dilengkapi spillway untuk menghindari terjadinya over topping. Bendungan ini berfungsi menahan air selama 4 sampai dengan 6 jam sebelum dirilis ke hilir menuju Jakarta,” jelas Bambang.
Lulusan Teknik Sipil UGM ini menyebut, setelah kelak beroperasi, Bendungan Ciawi ini dapat dikembangkan sebagai objek pariwisata.
Hal itu bisa membawa manfaat ekonomi bagi penduduk setempat. Bambang pun menilai kunjungan peserta kegiatan KAGAMA YUK MOTRET ke Bendungan Ciawi merupakan hal positif.
“Kegiatan ini akan menambah pemberitaan dan jejak digital bagi Bendungan Ciawi. Peserta Kagama Yuk Motret juga dapat mengenal lebih dekat bendungan kering (dry dam) pertama di Indonesia ini” tutur Bambang.
“Sebaliknya, bagi pihak bendungan Ciawi, kegiatan ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan keterampilan pegawai dalam hal kemampuan fotografi untuk mengabadikan proses pembangunan bendungan,” pungkasnya.