Strategi Banyuwangi Bangkitkan Kembali Pariwisata Usai Pandemi

Wisata alam dan budaya bersih jadi bagian dari rencana Bupati Banyuwangi untuk membangkitkan kembali pariwisata mereka saat pandemi corona berakhir.

oleh Henry diperbarui 05 Mei 2020, 18:01 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 18:01 WIB
Edukasi Masyarakat, PLTB dan Wisata Energi di Banyuwangi Dibangun Berdampingan
Bupati Anas dan Bob Saril (udeng hijau) saat peresmian jaringan listrik di TN Alas Purwo beberapa hari lalu. (Foto:©2020 Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata Indonesia, sebagaimana banyak negara di dunia, mengalami keterpurukan di masa pandemi corona COVID-19. Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara maupun lokal tercatat secara konstan.

Dalam kondisi seperti sekarang, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam batas kewenangannya telah berupaya memutus rantai penyebaran virus corona baru, salah satunya dengan menyediakan fasilitas transportasi dan akomodasi bagi tenaga kesehatan.

Menparekraf Wishnutama mengajak partisipasi aktif para pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif untuk sama-sama berjuang dan tetap optimis guna bangkit pascapandemi. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga memperkirakan akan terjadi booming pariwisata usai pandemi COVID-19.

Karenanya, berbagai persiapan pun dilakukan, termasuk oleh Banyuwangi yang selama ini banyak mendapat pemasukan dari sektor pariwisata.

Mereka mengantisipasi tren dan paradigma baru pariwisata atau dikenal sebagai new normal yang lebih peduli pada masalah sanitasi dan higienitas. Hal itu dituturkan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, dalam diskui virtual Ngabuburit Pariwisata Nasional pada Senin, 4 Mei 2020.

Dalam diskusi bertajuk "Peran Sentral Sustainable Tourism pada Paradigma Baru Pariwisata Pascacovid-19", Anas membeberkan beberapa rencana dan strategi Kabupaten Banyuwangi untuk membangun kembali pariwisata mereka.

"Kami sudah ada recovery anggaran untuk pariwisata, termasuk untuk insentif MICE dan yang bergerak di sektor pariwisata. Kami juga sudah siapkan skenario pelatihan di bidang pariwisata dan UMKM," terang Anas yang didampingi Kadispar Banyuwangi dalam diskusi tersebut.

"Yang jelas, kebijakan yang diambil harus berdasarkan data, bukan perasaan. Kebetulan ada survei tentang milenial dan hasilnya kami akan lebih fokus ke wisata alam atau outdoor," imbuhnya.

Sekarang, kata Anas, masih banyak yang mau masuk ke Kawah Ijen. Tapi, tik bisa karena sementara tutup dulu. "Kami berharap wisata alam lebih dapat banyak perhatian, tapi tidak selalu harus uang, bisa dengan hal lain yang lebih berkelanjutan," sambungnya.

Anas juga setuju dengan pendapat Frans Teguh selaku Deputi Kemenparekraf yang dalam diskusi tersebut mengatakan akan lebih mengedepankan wisata berkelanjutan.

Sistem itu tidak membutuhkan dana besar untuk membangun tempat atau fasilitas baru, tapi cukup menggugah kesadaran wisata banyak orang sehingga akan banyak yang datang ke tempat wisata menarik di berbagai daerah di Indonesia.

Siapkan Tenaga Medis

Panorama dari Puncak Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur.
Pemandangan indah dari Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. (Liputan6.com/Hotnida Novita Sary)

Anas menambahkan, pihaknya akan lebih memperkuat budaya dan mempersiapkan SDM dengan lebih baik untuk siap menghadapi wisatawan.

"Kita siapkan budaya baru, budaya bersih, mulai dari sekarang masyarakat harus kita edukasi untuk berbudaya bersih. Seperti hand sanitizer dan sabun harus disiapkan untuk cuci tangan," tutur lelaki yang menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia ini.

Mereka juga akan membentuk nursing tourism, yaitu tenaga medis yang akan ditempatkan secara mobile di destinasi wisata. Hal ini diyakini akan jadi SOP baru di pariwisata.

"Jadi, nanti akan ada tenaga medis yang siap mengecek kesehatan, tes suhu badan, dan tensi. Hal itu akan diterapkan untuk wisman maupun wisatawan lokal, yang terpenting kita harus menciptakan dan membiasakan budaya bersih," tutur Anas dalam diskusi yang diprakarsai GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) dan Masata (Masyarakat Sadar Wisata) tersebut.

"Yang pasti, kita tak mungkin mengandalkan APBD untuk bangkit. Kekuatan pariwisata kita adalah di wisata alam dan budaya. Itu akan jadi kekuatan kami saat pandemi selesai," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya