Ragam Kolaborasi Apik E-commerce dan Pengusaha Fesyen demi Bertahan di Masa Pandemi Corona

Usaha fesyen biasanya sangat bergeliat dalam musim lebaran, tapi kali ini semua berbeda karena pandemi corona Covid-19.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 14 Mei 2020, 12:06 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2020, 12:02 WIB
Ragam Kolaborasi Apik E-commerce dan Pengusaha Fesyen demi Bertahan di Masa Pandemi Corona
Ilustrasi fesyen muslim. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum pandemi corona, biasanya mereka yang hendak berlebaran sudah sibuk mencari-cari referensi busana baru untuk dipakai di Hari Raya. Sejumlah desainer sudah jauh hari berlomba-lomba memamerkan koleksi terbaru mereka dan biasanya laris manis dibeli konsumen. Bahkan, banyak yang mendadak jadi pengusaha fesyen saat lebaran tiba.

Namun, semua berbeda setelah corona menyerang dunia. Nyaris semua aspek ekonomi goyang. Tradisi membeli baju baru pun memudar. Mereka yang bekerja di industri fesyen turut goyah sehingga solusi jangka pendek dibutuhkan agar tak sampai runtuh. Kolaborasi menjadi salah satu jalan keluar. 

Beragam inisiatif diluncurkan bersama antara e-commerce dan dunia fesyen. Salah satunya adalah kampanye #RamadanBanggaLokal yang merupakan hasil kolaborasi antara Tokopedia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian, serta pelaku industri fesyen muslim lokal.

Kampanye nasional yang diadakan pada 13--17 Mei 2020 di Tokopedia itu menggandeng sejumlah brand fesyen lokal, seperti Aleza, Nadjani, Kami, Ghaisani, Irsalina, Buttonscarves, RA Hijab, Duha Muslimwear, dan Ederra. Menurut CEO dan founder Tokopedia, William Tanuwijaya, kampanye tersebut bertujuan untuk menjaga perputaran ekonomi Indonesia di tengah pandemi ini.

"Kolaborasi antara Tokopedia dengan Kemenparekraf, Kemenperin dan pelaku industri fesyen muslim lokal ini adalah upaya bersama dalam memastikan pertumbuhan industri fesyen muslim tetap terjaga dengan memungkinkan para pebisnis lokal dapat terus berbisnis daring lewat Tokopedia," katanya dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 13 Mei 2020.

Ia menyatakan dalam kampanye tersebut, para pebisnis fesyen muslim lokal akan difasilitasi dengan pendampingan, akses, serta edukasi, meliputi peningkatan kualitas produksi hingga pemasaran, serta penyediaan fitur-fitur yang dapat membantu penjual menjangkau lebih banyak pembeli. Chanel online kini memang menjadi andalan bagi para pebisnis, termasuk pendiri brand ZytaDelia.

Zyta Delia, pendiri brand tersebut mengaku pandemi menyebabkan penjualan busananya menurun sampai 40 persen. Setelah membuka official store di e-commerce tersebut, omzetnya mulai naik.

"Semenjak itu, omzet kami dapat kembali stabil secara perlahan dan hal ini menjadi titik terang untuk usaha juga pegawai kami," ujar dia.

 

Nada Optimistis

Ragam Kolaborasi Apik E-commerce dan Pengusaha Fesyen demi Bertahan di Masa Pandemi Corona
Ilustrasi fesyen muslim. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Dinny Mutiah)

Kolaborasi yang sama juga dilakoni Blibli.com. Bahkan sebelum memasuki Ramadan, e-commerce tersebut sudah menggandeng 12 brand fesyen muslim lokal maupun non-lokal.

Sembilan brand lokal modest wear itu di antaranya adalah label Buttonscarves, KAMI, Puru Kambera, dan Vivi Zubedi. Sementara, tiga brand lokal umum adalah ATS the Label, Calla the Label, dan Kala Studio.

Proses kurasi didasarkan pada brand-brand yang paling diminati dan terpercaya oleh pelanggan di Indonesia saat ini karena desain trendi dan bahan yang nyaman dipakai dengan detail yang sesuai dengan trend fesyen saat ini.

"Karena kami ingin lebih banyak memberikan pilihan produk yang lebih bervariasi dan berkualitas untuk seluruh pelanggan loyal Blibli serta mendukung brand lokal atau creativepreneur lokal untuk terus bertumbuh dengan menggunakan ekosistem yang tersedia dalam platform Blibli," kata Desey Muharlina Bungsu, VP of Trade Partnership Blibli Fashion, kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan meski pandemi, permintaan pelangan untuk produk fesyen di Ramadan ini kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya. "Modest wear, hijab, fashion apparel, jam tangan, tas dan sepatu serta perhiasan emas berlian masih diminati," ia menerangkan.

Bahkan, sambung dia, beberapa produk kategori yang sebelumnya kurang diminati pada masa promo Ramadan, ternyata meningkat. Peningkatan terlihat di kategori pakaian intimate, baju tidur, t-shirt dan short. "Secara target Ramadan tahun ini, naik di atas 50 persen dibandingkan dengan actual sales tahun 2019," sambungnya.

Persembahan Desainer

Ragam Kolaborasi Apik E-commerce dan Pengusaha Fesyen demi Bertahan di Masa Pandemi Corona
JD.ID X Indonesian Designers. (dok. JD.ID/Dinny Mutiah)

Sementara, inisiatif berbeda dilakoni JD.id. E-commerce itu menggandeng sembilan desainer Indonesia untuk berkolaborasi dalam aksi kemanusiaan bertajuk 'Designers Give Back'. Aksi tersebut dibuat untuk membantu para tenaga medis dan relawan kesehatan sebagai garda terdepan, dengan menyumbangkan APD (Alat Pelindung Diri), masker, cairan antiseptik, dan berbagai alat kesehatan lainnya.

Sembilan label fesyen ternama yang bergabung terdiri dari Studio 133 Biyan, Sapto Djojokartiko, Aidan & Ice, Artkea Stripes, Lace by Artkea, Denny Wirawan, Ghea Panggabean, Sejauh Mata Memandang, dan Ikat Indonesia by Didiet Maulana. Mereka diminta merancang dan memproduksi beberapa produk fesyen edisi khusus.

Seratus persen keuntungan dari penjualan produk ini akan didonasikan kepada Yayasan KitaBisa.com. Donasi tersebut untuk membeli alat-alat kesehatan dan selanjutnya disalurkan ke beberapa rumah sakit rujukan COVID-19. Hingga saat ini, JD.id telah berhasil mengumpulkan lebih dari 100 buah produk fashion edisi khusus, yang setiap produk akan dihargai Rp1 juta per buah.

Per Selasa, 12 Mei 2020, seluruh produk tersebut akan tersedia secara eksklusif di JD.id. Saat mengunjungi laman JD.id, baik di website maupun mobile apps, para pelanggan hanya perlu memilih kategori fashion, klik banner 'Designers Give Back', kemudian pilih produk kesukaan, dan selesaikan pembayaran.

Head of Fashion Category JD.id, Stephanie Susilo mengungkapkan antusiasmenya terkait aksi 'Designers Give Back' bersama dengan para perancang busana ini. Dalam kesempatan itu, Stephanie menjelaskan cerita di balik aksi kemanusiaan ini. Ia mengatakan fesyen termasuk salah satu industri yang paling terdampak wabah corona.

"Namun, melalui aksi "Designers Give Back", JD.id ingin menyampaikan pesan kepada seluruh masyarakat bahwa fashion tidak hanya soal berjualan pakaian dan memperoleh keuntungan. Fashion juga merupakan sarana bagi kita untuk peduli dan berbagi dengan sesama," kata dia dalam rilis yang diterima.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya