Pernah Mengungsi, Wanita Afganistan Sukses Jadi Pesepak Bola dan Calon Dokter Bedah

Dengan menjadi pesepak bola, Nadia melupakan nasibnya yang pernah jadi pengungsi karena peperangan.

oleh Henry diperbarui 08 Jul 2020, 09:41 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2020, 08:02 WIB
Pernah Jadi Pengungsi, Wanita Afganistan Jadi Pesepakbola dan Dokter Bedah
Pernah Jadi Pengungsi, Wanita Afganistan Jadi Pesepakbola dan Dokter Bedah. (dok.Instagram @nadi9nadim/https://www.instagram.com/p/B_Niq2EHeej/Henry)

Liputan6.com, Jakarta -  Menjalani profesi sebagai pesepak bola di Eropa dan menjadi calon dokter bedah mungkin tak pernah terbayangkan oleh Nadia Nadim saat masih kecil. Namun, jalan hidup seseorang memang tak bisa ditebak.

Hal itu dialami Nadia yang berasal dari Afganistan. Ia lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang juga asli dari Afganistan. Lahir di negeri yang mengalami perang, bisa dibilang sepak bola yang menyelamatkan kehidupannya saat tinggal di Eropa.

Untuk mengusir rasa takut dan jenuh karena harus terus berada di rumah, Nadia menyalurkannya dengan bermain sepak bola.

Saat mendengar kabar ayahnya tewas dalam peperangan, Nadia bersama ibu dan empat saudaranya, ia melarikan diri dari Afganistan saat masih berusia 10 tahun. "Kami tahu kami harus melarikan diri saat kami tahu ayah terbunuh," ungkapnya pada Dailymail, 4 Juli 2020.

Awalnya ia dan keluarga berencana pergi ke London, Inggris, karena ada kerabat mereka di sana. Namun, karena banyak halangan selama perjalanan, mereka justru menetap di Denmark karena dianggap lebih aman.

"Melarikan diri adalah pengalaman yang buruk. Kami harus naik truk dan itu sangat menakutkan karena harus menghindari penjagaan. Kami terus merasa lapar sepanjang perjalanan ke Eropa," kenang wanita berusia 32 tahun ini.

Meski tinggal di negara yang sangat asing baginya, Nadia mengaku sangat tenang dan merasa diterima dengan baik. Tinggal di daerah pedesaan Denmark bersama dengan para pengungsi dan pencari suaka yang lain, Nadia tidak tenggelam dan larut dalam trauma.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kuasai 10 Bahasa

Pernah Jadi Pengungsi, Wanita Afganistan Jadi Pesepakbola dan Dokter Bedah
Pernah Jadi Pengungsi, Wanita Afganistan Jadi Pesepakbola dan Dokter Bedah. (dok.Instagram @nadi9nadim/https://www.instagram.com/p/BjhvKXGAWss/Henry)

Bersama teman-teman yang ia temui di pengungsian, ia menemukan satu hal yang sudah ia kenal sejak ia masih kecil: sepak bola. Lewat sepak bola, Nadia mampu melupakan trauma yang menghantuinya semasa ia kecil.

Sepak bola menjadi pelarian yang manis bagi Nadia.  Kemampuannya di bidang lain juga maju pesat. Setelah tinggal di rumah sendiri dan sekolah, Nadia mampu menguasai 10 bahasa yaitu Denmark, Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Persia Dari, Hindi, Urdu, Latin dan Arab.

Selain itu, Nadia merintis jalannya menjadi seorang pesepak bola profesional. Setelah main di beberapa klub lokal di Denmark, ia kemudian bermain di Amerika Serikat sebelum kemudian dikontrak klub terkenal asal Inggris, Manchester City sejak 2018.

Pada 2019, ia memutuskan pindah ke klub asal Prancis, PSG yang masih dibelanya sampai sekarang. Nadia juga menjadi andalan tim nasional putri Denmark.

Namun Nadia tak mau berpuas diri. Ia tahu betul karier sebagai pesepakbola tak bisa bertahan lama. Ia menempuh pendidikan sebagai dokter bedah. Sebelumnya, ia pernah kuliah kedokteran di Aarhus University di Denmark tapi tidak tamat.

Ingin Membantu Pengungsi

Belanda, Denmark, Piala Eropa Wanita 2017
Ekspresi kecewa pemain Denmark, Nadia Nadim (kanan) usai laga final melawan Belanda pada Piala Eropa Wanita 2017 di FC Twente Stadium, Enschede, (6/8/2017). Belanda menang 4-1. (AFP/Tobias Schwarz)

Ia punya alasan khusus ingin menjadi dokter bedah. Selain karena tiga saudarinya adalah dokter dan perawat, Nadia juga ingin membantu para pengungsi.

"Banyak orang kehilangan banyak pemasukan atau pekerjaan di saat pandemi. Tapi menurutku itu belum sebanding dengan nasib para pengungsi. Mereka sangat rapuh karena tak punya apa-apa sejak awal," tuturnya.

"Mereka kini bahkan lebih kesulitan karena kelangkaan makanan, wabah penyakit, keluarga yang stres dan lebih rentan, nasib anak-anak juga mengenaskan karena kadang harus berkorban demi keluarga mereka," pungkas Nadia.

Lebih dari itu, lewat perjalanan hidupnya yang berwarna dan banyak terbantu oleh sepakbola Nada Nadim ingin menunjukkan kepada banyak orang bahwa semua bisa terjadi dalam hidup. Dengan kerja keras, semua bisa diraih asal kita pantang menyerah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya