Liputan6.com, Jakarta - Punya tendensi untuk disukai orang lain, terutama pasangan dan pihak-pihak terdekat, seperti keluarga dan sahabat, sebenarnya sah-sah saja. Yang keliru, dalam prosesnya, Anda bisa kehilangan diri sendiri.
Kalau sudah begitu, Anda cenderung meletakkan kebahagian pada orang lain dan sangat bergantung pada persetujuan mereka. Cemas berlebih, hingga merasa tak berharga, bukan tak mungkin menghantui seiring waktu berlalu.
Maka dari itu, penting untuk menakar seberapa keras upaya yang dilakukan dalam prosesnya. Bila tanda-tanda menurut penulis Ossiana Tepfenhart, seperti dilansir dari laman Your Tango, Senin, 24 Agustus 2020, muncul, Anda harus berpikir ulang.
Advertisement
Baca Juga
1. Secara regular 'beriklan' di media sosial bahwa Anda single dan siap nongkrong
Iklan 'single dan bebas' ini basisnya diterjermahkan ke 'Saya sendiri dan menyedihkan' dalam bahasan modern. Tak ada orang yang nyaman berada di dekat orang mendambakan interaksi secara berlebihan.
Sebagai ganti, Anda bisa menunjukkan bahwa Anda memang bersenang-senang. Caranya, lakukan hal-hal yang Anda sukai dan jadi diri sendiri saja. Bila ada orang lain yang menunjukkan ketertarikan pada apa yang Anda lakukan, Anda bisa menanggapi secara kasual dan mengundang mereka melakukan bersama di lain kesempatan.
2. Berbohong tentang ketertarikan hanya untuk menghidupkan percakapan
Masalah di sini bukan saja karena Anda berbohong, namun kebanyakan orang sadar bahwa Anda tak tahu apa yang Anda bicarakan. Pun Anda sangat baik memerankannya, mereka akan mengetahuinya cepat atau lambat.
Sebagai ganti, tanya saja pada mereka dengan berbagai pernyataan terkait. Dengan begitu, siapa tahu Anda jadi menambah ketertarikan baru ketimbang berusaha terlalu keras untuk disukai orang lain.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
3. Tak Suka Melihat Orang Lain Bahagia dengan Hubungannya
Secara sadar maupun tidak, Anda selalu berbicara atau bertindak kurang menyenangkan saat melihat orang lain berada dalam hubungan bahagia. Respons negatif ini merupakan tanda Anda sedang menyangkal bahwa sedang cemburu dengan keadaan, bukan orang tersebut.
Dalam posisi ini, sebaiknya Anda memproses rasa cemburu dengan menuliskannya di jurnal. Bisa juga dengan berbicara pada orang yang Anda percayai, entah orangtua, keluarga, atau teman. Mengakui perasaan tersebut merupakan langkah awal untuk menemukan solusi terbaik.
Advertisement
4. Menganggap Diri Lebih Baik dari Orang yang Berada dalam Sebuah Hubungan
"Saya tak percaya ia berada dalam sebuah hubungan, sedangkan saya tidak. Padahal, secara personal, kepribadiannya tak lebih baik," batin Anda. Bila sudah begini, sebenarnya sudah muncul tanda Anda berusaha terlalu keras untuk disukai sampai tak lagi objektif.
Apalagi, bila pemikiran ini sampai diutarakan ke orang lain. Sebagai ganti, Anda harus mempertimbangkan faktor lain dan menerima bahwa kepribadian, serta penerimaan setiap orang sangat mungkin berbeda.
5. Tak Bisa Berkata Tidak
Saat orang lain berlaku buruk pada Anda, sebenarnya kejadian ini bisa dilihat dari banyak perspektif. Mungkin saja karena Anda tak tegas dalam menggambar garis mana yang seharusnya tak dilewati.
Dalam hal ini, mengatakan tidak bila memang tak sesuai keinginan. Prinsip tidak enakan pada orang lain sebenarnya hanya alasan untuk tetap disukai orang lain. Padahal, Anda bisa mengomunikasikan kondisi dengan lebih baik dengan berbicara dari hati ke hati.
Advertisement
6. Tak Menghargai Penolakan
Kebalikan dari tak bisa mengatakan tidak, apakah Anda justru tak bisa menghargai penolakan? Anda langsung marah, hingga lebih parah memanipulasi keadaan, bila diharapkan dengan kondisi demikian.
Padahal, sadar bahwa Anda hanya memiliki diri sendiri dan tak berhak mengatur orang lain, termasuk pasangan, adalah pengetahuan dasar yang harus diingatkan, lagi dan lagi. Dengan menghargainya sebagai individu tunggal yang punya pemikiran sendiri, Anda sebenarnya menciptakan lingkungan sehat untuk diri sendiri.