Selamat Tinggal Fesyen Plus Size

Busana plus size dinilai belum bisa mengakomodir kebutuhan lebih banyak perempuan.

oleh Asnida Riani diperbarui 11 Sep 2020, 09:02 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2020, 09:02 WIB
Dolce & Gabbana, Brand Fesyen Ternama Pertama yang Keluarkan Baju Plus Size
Koleksi pakaian Dolce & Gabbana untuk koleksi pra musim gugur 2019. (dok. Dolce & Gabbana/Novi Thedora)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah bertahun-tahun sejak para pelaku dunia fesyen memuji busana plus size sebagai peluang bisnis besar berikutnya. Padahal sebelum 2017, hanya segelintir merek dan desainer yang bersedia mengambil lompatan ini. Namun, kondisinya berubah setelah 11 Honoré, pengecer daring yang menawarkan mode mewah dalam ukuran inklusif, memulai debutnya.

Pendirinya, mantan eksekutif pemasaran Patrick Herning, melansir laman South China Morning Post, Kamis, 10 September 2020, berhasil mencapai apa yang dianggap tidak mungkin oleh banyak orang. Ia meyakinkan sekelompok kecil desainer Amerika berpengaruh memperluas rentang ukuran busana buatan mereka hingga US24.

Herning mungkin belum menyadarinya saat itu, tapi industri ini mengalami momen penting saat ukuran inklusif, kategori dengan potensi menutupi segmen plus size, mulai berkembang.

Tidak seperti plus size yang hanya menawarkan ukuran di atas kisaran US0 hingga 12 dalam pengukuran tradisional, merek ukuran inklusif menawarkan size tradisional dan plus yang bisa melayani lebih banyak perempuan.

"11 Honoré berangkat untuk menciptakan keseimbangan dalam kategori tersebut," kata Herning. "Untuk pertama kalinya kami bekerja dengan desainer untuk memperluas rentang ukuran mereka agar lebih inklusif. Saya pikir Gen Z pada akhirnya akan mengubah cara merek mendekati ukuran karena mereka berharap lebih banyak. Inklusivitas ukuran adalah yang terpenting."

Mode ukuran inklusif diklaim sedang mengalami momennya. Merek terkenal, termasuk label denim Good American yang didirikan bersama Khloe Kardashian, dan merek Universal Standard dan Everybody & Everyone pun mengadopsi konsep ini.

Nama-nama populer, dari desainer New York Mara Hoffman hingga label trendi Reformation, juga ikut serta meluncurkan rentang ukuran yang diperluas. Bahkan, Shopbop.com milik Amazon diam-diam meluncurkan ukuran yang diperluas dari kategori busana plus size konvensional pada awal tahun ini. Koleksinya menampilkan gaya pilihan dari beberapa merek paling populer dalam ukuran hingga US24.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Alasan Busana Ukuran Inklusif Lebih Menarik ketimbang Plus Size

Dolce & Gabbana, Brand Fesyen Ternama Pertama yang Keluarkan Baju Plus Size
Koleksi pakaian Dolce & Gabbana untuk koleksi pra musim gugur 2019. (dok. Dolce & Gabbana/Novi Thedora)

"Menurut pengalaman saya, penawaran dari merek plus size tidak menarik, dan sisi fesyennya sangat menjemukan," kata eksekutif hotel dan pencinta mode Alice Dupont yang menggunakan busana ukuran 16 AS.

"Tidak peduli seberapa keras (merek-merek ini) mencoba, tidak pernah terasa trendi dan keren. Merek ukuran inklusif memberi lebih banyak ruang dan pilihan bagi perempuan. Mereka tampaknya mendesain dengan lebih banyak kebebasan, jadi pemilihannya condong ke mode," imbuhnya.

Namun, tidak semua merek berkonsep ukuran inklusif disambut dengan tangan terbuka. Beberapa di antaranya dikritik karena dituding hanya memanfaatkan tren jangka pendek, daripada berfokus pada pembuatan pakaian untuk basis pelanggan lebih luas. Banyak dari merek ini juga tidak mencapai ukuran US16 atau 18 yang dianggap sebagai ukuran rata-rata di banyak negara.

"Orang-orang melakukan inklusivitas ukuran dalam hal yang menurut saya salah," kata Alexandra Waldman, salah satu pendiri Universal Standard, rangkaian produk penting yang menawarkan salah satu rentang ukuran terbesar di pasar dengan ukuran mulai US0 hingga 40.

"Merek mainstream yang biasanya melayani perempuan (berukuran busana) lebih kecil melihat potensi basis pelanggan lebih besar sehingga mereka memilih beberapa hal dari koleksi yang sudah ada sebelumnya, membuat beberapa ukuran lebih besar dan menawarkannya secara daring," imbuhnya.

"Jika membuat merek yang menurut Anda harus mencakup banyak ukuran, Anda harus menawarkan berbagai ukuran yang lengkap di setiap koleksi. Keputusan tentang apa yang ingin dibeli seorang perempuan harus datang darinya sendiri, dan tidak boleh ditentukan merek yang membatasi ukuran," tutup Waldman.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya