Bantuan Pengembangan untuk Pendidikan Seni dan Budaya

Seni dan budaya juga bisa menjadi aset berharga dari sebuah bangsa.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2020, 22:18 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2020, 15:12 WIB
Seniman Sinau membantu siswa merakit material untuk instalasi saringan air.
Seniman Sinau membantu siswa merakit material untuk instalasi saringan air. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta – Pendidikan seni dan budaya ODA 2020 Indonesia merupakan bagian dari proyek Official Development Assistance (ODA) yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Republik Korea (Ministry of Culture, Sports and Tourism of Republic of Korea/MCST) dan Korea Arts and Culture Education Services (KACES). Mereka berkolaborasi dengan PT Ki Kunci Komunikasi, ARCOLABS, Pemerintah Kota Cirebon, dan Sinau Art.

Acara ini telah berjalan sejak Mei hingga September 2020. Upaya kolaboratif ini merupakan tahun pertama yang melibatkan pemerintah, seniman dan sekolah. Proyek ODA bertujuan untuk membangun dan merevitalisasi sistem pendidikan seni dan budaya secara berkelanjutan di Indonesia yang sesuai dengan kondisi dan kebudayaan lokal di saat ini.

Kepala Tim Hubungan Internasional KACES, Serin Kim Hong menyatakan pihaknya percaya seni dan budaya sangatlah penting untuk keseluruhan kualitas hidup masyarakat. Seni dan budaya juga bisa menjadi aset berharga dari sebuah bangsa.

"Karena itu pendidikan seni dan budaya harus selalu inovatif supaya relevan dan bisa dinikmati oleh masyarakat luas di hari ini. Pilihan Cirebon yang bagian dari Indonesia sebagai tuan rumah proyek ini karena kekayaan budaya kotanya," kata dia saat penutupan Made In Cirebon secara virtual, Jumat (25/9/2020).

“Akan sangat menarik melihat kemungkinan konten pendidikan seni dan budaya yang bisa dikembangkan dari kota yang sangat multikultural dan memilki akar tradisi yang kuat,” tambahnya.

Dalam proyek ini KACES bekerja sama dengan ARCOLABS (Center for Art and Community Management), yang berfungsi sebagai mitra yang mengorganisir dan mengeksekusi proyek ini. Sehubungan dengan pandemi Covid-19, rencana awal untuk melakukan program pertukaran ini secara fisik harus dipindahkan menjadi program online.

Direktur ARCOLABS, Jeong Ok Jeon melihat ini sebagai tantangan untuk metode kolaborasi baru. Baginya hal ini menjadi pertama kalinya bekerja dengan orang-orang dan mitra baru yang ditemui melalui layar virtual. "Tetapi kami pun belajar bahwa dalam keterbatasan. Ternyata program ini bisa tetap berjalan lancar dan efektif,” ujar Jeon.

Sejak Juli hingga September terdapat 4 kegiatan yang melibatkan berbagai peserta.

1. Lokakarya Seniman Pengajar: 25-26 Juli 2020

Lokakarya ini bertujuan memberikan seniman pengajar dan seniman lokal dengan informasi tentang program, masyarakat Indonesia dan Cirebon serta kiat menggabungkan praktik artistik mereka dengan audiens yang berbeda.

Seniman pengajar merupakan seniman Korea dan Indonesia dari berbagai dispilin: Boo Ji Hyun (seniman media, Korea), Fransisca Retno (seniman performans, Indonesia), Alfi Zachkyelle (animator, Indonesia)

2. Lokakarya Seniman Lokal: 5-10 Agustus 2020

Lokakarya oleh seniman pengajar kepada seniman lokal di Cirebon, untuk mengembangkan materi pelatihan dan konten kreatif kepada guru, siswa, dan masyarakat Cirebon.

Seniman lokal dipilih dari kolektif seniman Sinau Art yang berbasis di Cirebon: Agoest Purnomo (film), Suryono (karawitan dan wayang), Viera Yulia (tari), Mamat Nurachmat (karawitan), Danny Roza (fotografi), Saiful Hadi (literatur), Zainal Abidin (desain grafis), Mulyana (karawitan), Daniel Adenis (seni lukis dan pendidikan seni), Nicco Suparta (seni kriya).

Seniman Sinau menunjukkan karya animasi mereka melalui Zoom pada sesi lokakarya Animasi Stop Motion Bersama Alfi Zachkyelle sebagai bagian dari Lokakarya Seniman Lokal pada 8 Agustus.
Seniman Sinau menunjukkan karya animasi mereka melalui Zoom pada sesi lokakarya Animasi Stop Motion Bersama Alfi Zachkyelle sebagai bagian dari Lokakarya Seniman Lokal pada 8 Agustus. foto: istimewa

3. Lokakarya dan Pelatihan Untuk Guru dan Siswa: 7-11 September 2020

Dipandu oleh para seniman Sinau Art, workshop ini bertujuan untuk membantu guru dan siswa di Cirebon menggunakan seni dan teknologi sebagai alat belajar, komunikasi, dan berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global. Untuk proyek tahun pertama di 2020 ini, SMP Negeri 1 Kota Cirebon dipilih sebagai mitra sekolah.

Dengan protokol kesehatan yang ketat, total ada 82 siswa dan 10 guru yang berpartisipasi dalam 5 lokakarya yang menggabungkan unsur budaya, sains, alam, dan seni media.

4. Presentasi Akhir: 25 September 2020

Presentasi akhir berupa pameran kecil yang menampilkan hasil belajar siswa dan presentasi dari para seniman yang terlibat. Acara ini juga akan menjadi penutupan dari proyek Made in Cirebon tahun 2020.

Presentasi ini disiarkan melalui Zoom, YouTube, dan Instagram ARCOLABS dengan acara yang meliputi launching video dokumenter, presentasi siswa dan diskusi bersama seniman.

Seniman Fransisca Retno yang juga sebagai edukator mengatakan program pertukaran ini memberikan perspektif baru mengenai praktik artistik di luar Jakarta.

“Saya pribadi kagum dan terinspirasi dari dedikasi para seniman di Sinau, yang menggunakan keahlian mereka untuk mengkomunikasikan permasalahan sosial dan lingkungan di Cirebon. Menurut saya ini betul-betul memperlihatkan bagaimana pendekatan seni dan artistik bisa berdampak lebih luas dari seni itu sendiri dan berfungsi lebih besar bagi komunitas,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan oleh Koordinator Sinau Art, Nico Broer. Berkegiatan online sebetulnya adalah pengalaman baru baginya bersama teman-teman.

"Tetapi di sini kami belajar bagaimana mengeksplorasi pendekatan seni lebih jauh lagi ke dalam beragam metode yang menyenangkan dan dapat dilakukan oleh siswa sekolah. Mudah-mudahan ini juga membuat seni lebih bisa diakses oleh masyarakat,” jelasnya.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kota Cirebon, Lilik Agus Darmawan berharap sesi pelatihan di sekolah dapat menginspirasi guru untuk mengembangkan metode pengajaran dan pembelajaran yang inovatif.

“Tujuan pendidikan adalah menumbuhkan pola pikir kreatif, artinya kita tidak bisa terus-menerus menggunakan metode belajar yang sama. Lokakarya semacam ini adalah awal dari pengembangan selanjutnya untuk membuat modul pengajaran yang terintegrasi, menggabungkan seni, budaya, sejarah, sains berikut dengan isu-isu keseharian yang kita hadapi,” terang dia.

Wali Kota Cirebon, Nasrudin Azis, S. H, sepenuhnya mendukung proyek government-to government ini. Ia menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.

“Sepanjang sejarah Cirebon selalu menjadi tempat meleburnya beragam kebudayaan dan tradisi. Kita sudah terbiasa dengan kolaborasi, kita semua adalah bagian dari masyarakat sehingga kita harus bekerja sama sesuai kapasitas kita demi menciptakan masa depan yang lebih baik untuk semua," tutup dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya