Liputan6.com, Jakarta – Tahun ajaran baru dimulai dengan kondisi yang benar-benar berbeda secara drastis dari tahun-tahun sebelumnya, dan menjadi yang pertama kali dalam sejarah dunia pendidikan. Kombinasi metode pembelajaran diterapkan sebagai solusi menghadapi dampak dari pandemi Covid-19 di kawasan Asia Tenggara.
Para tenaga pendidik telah beradaptasi dengan cepat menyesuaikan kondisi yang dihadapi melalui cara-cara baru dalam menyampaikan materi pelajaran serta memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaan peserta didik secara virtual dan jarak jauh.
Menurut Jack Brazel, Head of Business Partnership Asia Tenggara dari perusahaan teknologi digital berbasis di Amerika yang menawarkan solusi untuk mendeteksi plagiarisme, Turnitin, banyak hal yang harus diperhatikan terkait bagaimana mempertahankan integritas akademik dengan kondisi interaksi pertemuan tatap muka yang jauh lebih sedikit.
Advertisement
Baca Juga
“Pengurangan kelas fisik tidak menjadi alasan untuk meniadakan integritas akademik, karena teknologi terkini bisa memungkinkan guru mengajarkan peserta didik secara langsung sehingga mereka bisa menyampaikan pemikiran orisinil serta ide-ide yang mereka miliki secara tepat. Dan para siswa pun bisa memanfaatkan teknologi untuk melakukan pengecekan ulang terhadap karya mereka sebelum diserahkan. Ini demi menjaga integritas akademik yang mereka miliki,” ungkapnya.
Terlepas dari perubahan metode belajar yang terjadi secara tiba-tiba di masa pandemi ini, Brazel menegaskan bahwa integritas akademik tetaplah harus diterapkan oleh seluruh peserta didik. Para guru bisa mendefinisikan apa itu integritas akademik dan menegaskan konsekuensi yang akan diterima apabila peserta didik menyerahkan tugasnya dari hasil plagiarisme.
“Tanpa punya landasan integritas akademik seperti ini, peserta didik akan terbiasa melakukan kecurangan seperti penjiplakan, atau membayar orang lain untuk mengerjakan tugas-tugasnya alias contract cheating. Nantinya akan lebih sulit untuk dicegah di luar kelas.”
Teknologi mendukung upaya lembaga pendidikan untuk menggabungkan aspek pembelajaran di kelas maupun virtual, mengizinkan pendidik untuk mendeteksi karya tulis yang tidak orisinal secara cepat dan mengubahnya menjadi pengalaman belajar untuk siswa. Teknologi untuk penilaian secara digital dan umpan balik juga memberdayakan para pendidik untuk meningkatkan interaksi dengan siswa yang menyesuaikan diri dengan ruang kelas virtual.
“Plagiarisme dapat dimulai dari hal-hal sepeerti mengambil kutipan dari sumber yang tidak tepat, atau terbiasa untuk tidak menulis kutipan pada saat menyerahkan draf pertama dari tugas menulis. Pemahaman yang tidak lengkap tentang integritas akademik ini dapat mendorong perilaku tidak etis jika tidak segera terdeteksi dan diperbaiki sejak dini,” tegasnya.
Pembelajaran jarak jauh dapat membuat siswa merasa lebih anonim dibanding tatap muka, dan dapat meningkatkan godaan untuk mengambil jalan pintas saat mereka mereferensikan gagasan. “Bisa juga berpartisipasi dalam kolusi, di mana siswa mendapatkan bantuan dari keluarga, teman atau orang lain untuk mengerjakan tugas-tugas mereka.”
Menurut Brazel, siswa yang stress lebih rentan untuk berbuat curang, dan lingkungan belajar saat ini tanpa diragukan turut berkontribusi pada kondisi mereka.
“Integritas akademis adalah kunci untuk menanamkan kemampuan ini dan mengajarkan keterampilan dasar seumur hidup yang akan dibawa siswa dalam jangka panjang setelah lulus nanti untuk diterapkan di masyarakat maupun lingkungan kerja.”
Saat siswa memasuki tahun ajaran baru yang penuh dengan tantangan yang tidak terduga, lembaga pendidikan harus menggunakan kesempatan ini untuk memperkuat integritas akademik sebagai bagian dari nilai-nilai mereka. Bahkan sebelum mereka duduk di bangku kuliah, para siswa dapat belajar mengekspresikan ide orisinal mereka sendiri dan memahami bagaimana melakukan kutipan yang tepat.
“Pembelajaran daring dan ruang kelas virtual akan menjadi modul pendidikan utama berjangka panjang setelah pandemik ini usai, dan kelas virtual sama pentingnya dengan lingkungan belajar tatap muka dalam hal memperkuat integritas akademik. Langkah-langkah ini untuk memastikan bahwa setiap institusi pendidikan tetap mempertahankan reputasi positif dan para siswa tetap menerima pendidikan berkualitas tinggi di masa-masa yang tidak pernah diduga ini,” tutupnya.
Saat ini Turnitin telah digunakan oleh 15.000 institusi perguruan tinggi dan 30 juta mahasiswa. Sederet beberapa lembaga pendidikan di Indonesia sudah menggunakan Turnitin antara lain Universitas Indonesia, Universitas Negeri Malang, Universitas Pelita Harapan, Universitas Pendidikan Indonesia dan Universitas Trisakti.