Liputan6.com, Jakarta - Air bersih tidak digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, tetapi bukan berarti tidak dapat habis. Semakin ke sini kuantitasnya semakin menipis yang berdampak pada kualitas hidup manusia. Maka, pelestarian air bersih menjadi kunci menjaga keberlangsungannya.
Kepedulian terhadap pelestarian lingkungan, khususnya air bersih, wajib ditanamkan kepada anak sejak dini. Selain dalam lingkungan keluarga, sekolah sebagai institusi resmi juga memiliki peran penting dalam menanamkan kesadaran tersebut pada anak didik, salah satunya melalui para guru.
Berkaitan dengan hal itu, PT Suntory Garuda Beverage (SGB) mengadakan program Mizuiku di Indonesia sejak 2019 yang berfokus kepada pelestarian lingkungan untuk air bersih. Program yang berarti 'Aku Cinta Air Bersih' itu merupakan kelanjutan dari program yang digelar Suntory Jepang pada 2004 untuk mempromosikan kesadaran dan pentingnya air bersih kepada anak-anak. Tujuannya agar mereka dapat menjadi agen-agen perubahan dalam usaha pelestarian air bersih.
Advertisement
Baca Juga
Program ini selaras dengan pilar Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (GPBLHS) atau dikenal dengan penghargaan Adiwiyata yang menekankan pentingnya edukasi dan praktik konservasi air dan pengolahan sampah untuk menjaga air bersih. Pada tahun ini, program ini kembali diadakan dengan melibatkan peserta didik serta pendidik di sekolah-sekolah Adiwiyata di enam area utama, yakni Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Gowa, Banjar, Tangerang, dan Sidoarjo.
Evelyn Indriani, Head of Corporate Relation and Communications, Suntory Garuda Beverage, meyakini bahwa salah satu cara terbaik untuk menghargai berkah air bersih adalah dengan menjaga dan melestarikannya melalui edukasi kepada anak-anak Indonesia, salah satunya melalui peran guru di institusi pendidikan resmi.
"Kami menyadari betapa krusialnya peran para guru sebagai garda depan pendidikan di sekolah. Para guru benar-benar menjadi kunci keberhasilan dan kesinambungan pelaksanaan program Mizuiku," ujar Evelyn dalam diskusi media virtual, Rabu, 21 Oktober 2020.
SGB juga menyelenggarakan pelatihan kompetensi guru “Train The Trainer” melalui kelas virtual yang baru saja rampung pada Oktober 2020 ini. Sepanjang pelatihan, para guru yang berpartisipasi ditantang untuk membuat Identifikasi Potensi dan Masalah Lingkungan Hidup (IPMLH) di Sekolah dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) untuk mengintegrasikan modul-modul pelajaran Mizuiku ke dalam mata pelajaran sehari-hari di sekolah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Implementasi di Sekolah Adiwiyata Binaan
Implementasi pelatihan guru tersebut dapat ditemukan pada implementasi Rancangan Program Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh dua sekolah binaan Mizuiku, yaitu SD Tarakanita 2 Jakarta Selatan (Sekolah Adiwiyata Nasional) dan SDN Wijaya Kusuma 05 Jakarta Barat (Sekolah Adiwiyata Provinsi). Pihak SGB berharap kedua sekolah binaan ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lainnya dalam menjalankan program keberlanjutan Mizuiku.
Salah satu RPP dari SD Tarakanita 2 adalah menjadikan Mizuiku sebagai edukasi resmi bagi Kader Adiwiyata dalam konservasi air, penanaman pohon dan pemeliharaan biopori, serta terintegrasi di mapel IPA dan IPS terkait pelestarian dan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA).
Agustinus Kristiyanta, Wakil Kepala Sekolah SD Tarakanita 2, menyampaikan bahwa RPP akan diintegrasikan secara harmonis dalam kegiatan belajar mengajar siswa. "Salah satu visi misi sekolah kami adalah mengembangkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan, di mana seluruh kegiatan itu terintegrasi dalam proses pembelajaran," ungkapnya.
Sementara itu, RPP dari SDN Wijaya Kusuma 05 meliputi inovasi air dalam bentuk Panen Air Hujan dan konsep Green House atau cagar air mini sebagai sumber belajar siswa untuk penggunaan ulang dan konservasi air. Mizuiku juga berperan sebagai edukasi resmi pemilahan sampah dan operasional Bank Sampah Sekolah.
Subekhi, Kepala SDN Wijaya Kusuma 05, juga mengatakan bahwa program Mizuiku telah mencakup seluruh aspek ramah lingkungan hidup, sehingga modul Mizuiku dapat diimplementasikan dalam proses belajar di sekolah. "Budaya dan peduli lingkungan sekolah ini tentunya harus berkelanjutan menjadi spirit bersama seluruh warga sekolah," imbuhnya.
Advertisement
Dorongan Pemerintah
Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, Cicilia Sulastri, menyampaikan bahwa KLHK ikut mendukung terwujudnya program Mizuiku di sekolah-sekolah Indonesia. Terlebih karena tujuannya sama dengan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup Sekolah (PBLHS) yang dicanangkan pemerintah.
“Kami sangat senang mendengar bahwa beberapa RPP sekolah Adiwiyata telah mengadopsi modul pelajaran Mizuiku menjadi edukasi resmi bagi program konservasi air di sekolah-sekolah. Hal ini tidak lepas dari peran para guru-guru sekolah Adiwiyata yang memiliki kompetensi ajar pendidikan lingkungan dan air bersih yang sangat baik, sehingga dapat secara kreati memperkaya materi-materi pelajaran mereka,” katanya.
Ia berharap bahwa program serupa dapat berkelanjutan di sekolah-sekolah binaan di kemudian hari, karena sebelumnya, tidak sedikit sekolah-sekolah Adiwiyata yang ternyata tidak melanjutkan program pelestarian lingkungan setelah berhasil meraih penghargaan.
“Semoga program ini dapat menjadi gerakan yang masif, kontinu, dan betul-betul akan mewujudkan perilaku yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup, di mana sekolah adalah sebagai pelaku utamanya,” tuturnya.
(Brigitta Valencia Bellion)