Liputan6.com, Jakarta - Indonesia boleh berbangga hati memiliki segudang penerus bangsa bertalenta, termasuk di industri mode. Mereka adalah para desainer muda yang turut menghiasi runway pekan mode bergengsi Tanah Air dengan deretan karya yang menginspirasi dan penuh inovasi.
Di Jakarta Fashion Week (JFW) salah satunya. Pekan mode tahunan ini tak hanya menyuguhkan koleksi desainer ternama Indonesia, tetapi juga mewadahi para desainer muda untuk unjuk gigi di skala yang lebih luas.
Sebut saja kompetisi yang berada di bawah naungan JFW, yakni Lomba Perancang Mode (LPM) Menswear. Seperti di ajang tahun ini yang diikuti sekitar 300 desainer yang kemudian disaring jadi 40 semifinalis.
Advertisement
Baca Juga
Setelah melewati tahap penilaian, akhirnya terpilih 10 finalis desainer muda berbakat yang mengusung ciri khas dari masing-masing karya. Ai Syarif, salah seorang juri LPM Menswear 2020, menyebut para juri melihat keunggulan dari desain serta fabric yang digunakan para peserta.
"Kriterianya pasti mereka sudah punya motivasi, visi, misi produk yang mau dijual ke mana, target market, paham sizing, pricing itu yang kita cari. Enggak cuma desain, gambar, dan produksi," kata Ai saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 25 November 2020.
Ai yang juga Creative Advisor Jakarta Fashion Week ini sangat mengapresiasi hasil karya para finalis. Dikatakannya, para finalis mampu mengolah dan mengeksplorasi fabric hingga menggunakan bahan-bahan alam.
"Mereka juga harus tahu, setelah ini, mereka siap memproduksi dan menjual konsep karena kami lebih pada ready-to-wear jadi punya ciri untuk menjual itu. Setelah jadi finalis dan pemenang jangan sampai setop," tambahnya.
"Yang membanggakan, sampai dalam jahitan itu sudah mereka perhatikan, detail, kerapian dijaga sekali. Menurut kami, kalau nanti ada investor, mereka sudah siap go global," kata Ai soal para desainer muda di ajang ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tampil di Runway JFW 2021
Ai menyampaikan, salah satu tugas para desainer muda ini adalah berkomitmen melanjutkan tugas sebagai fashion desainer. Para finalis didominasi oleh mereka yang telah bergelut di dunia desain dan tekstil.
"Ada salah satu finalis yang bekerja di tekstil, kuliahnya pertekstilan dan mencoba menjadi fashion desainer. Makanya mereka paham sekali fabric yang dipakai," ungkap Ai.
Selain itu, ada pula finalis yang belum lulus dari studi fashion design, tetapi telah berbekal kemampuan yang apik. "Waktu presentasi mereka bisa mempertahankan karyanya di depan juri," tuturnya.
Ke-10 finalis LPM Menswear 2020 akan mempresentasikan karyanya di runway JFW 2021 pada gelaran virtual pada Sabtu (28/11/2020) pukul 16.00--16.30 WIB. Tampilan ini dapat disaksikan melalui JFW.TV.
Pemenang untuk LPM Menswear 2020 akan diumumkan setelah peragaan busana usai. Untuk yang meraih juara pertama akan mendapatkan fashion short course di Istituto Marangoni, Italia.
Advertisement
Perjalanan Seorang Finalis
Ada begitu banyak pintu bagi para desainer muda untuk dapat menembus beragam pencapaian di industri mode Tanah Air. Salah satunya dengan ikut kompetisi mode dan berkesempatan memperagakan karya di pekan mode, seperti di runway JFW 2021.
Salah seorang finalis LPM Menswear 2020, A. Y Sekar Fardhani, menantang diri dengan melahirkan karya yang sukses melirik perhatian juri. Di ajang ini, ia menyuguhkan balutan aksen tie-dye juga pewarnaan alam lewat koleksi bertajuk "Alienated by Nature".
"Kebetulan aku baru pertama kali ikut LPM Menswear, tapi sebelumnya sering lihat finalis dan desainnya dari dulu dan waktu itu belum berniat ikut," kata Sekar kepada Liputan6.com, Kamis, 26 November 2020.
Di masa pandemi ini, perempuan asal Pekalongan tersebut memiliki banyak waktu luang dan iseng membuat desain. Ia pun memberanikan diri untuk mendaftarkan karyanya di LPM Menswear 2020.
"Sampai di situ enggak menyangka bisa masuk karena baru pertama. Untuk masalah desain, aku sudah lama (berkecimpung) karena (kuliah) jurusan fashion dan seni rupa, punya fashion brand dan enggak asing dengan desain," tambahnya.
Sekar menyampaikan, dengan mengikuti ajang ini, ia mendapatkan pengalaman baru di masa pandemi. Lantas, bagaimana perjalanannya hingga berhasil lolos 10 besar?
"Di Instagram di share formulir dan bisa di-download. Formulir lalu diisi lengkap dengan persyaratan yang harus dibuat untuk desain, jumlah desain berapa, dan diinfo kalau masuk semifinalis harus mewujudkan dua koleksi. Formulir diisi dan dikirim beserta desainnya," jelas Sekar.
Ia melanjutkan, desain itu meliputi gambar, konsep, dan sampel kain. Kala itu, ia mengirim berkas hardcopy, namun sekaligus mengirimkan lewat email.
Syarat untuk mengikuti ajang ini antara lain membuat 10 desain, konsep dan penjelasannya, swatch kain, serta harus mengetahui harga dari koleksi ketika akan dijual.
Usung Pewarnaan Manual
LPM Menswear 2020 memberikan tema besar bertajuk "Daily Dapper" yang kemudian diterjemahkan Sekar lewat daily wear yang menarik. Hal ini terinspirasi dari pengalamannya di masa pandemi yang harus keluar memakai masker hingga face shield.
"Akhirnya menerjemahkannya, di masa ini merasa aman keluar dengan serba tertutup menutupi muka, pakaiannya pasti pakai outer, aku ambil rancangan busana seperti itu. Cuma gimana caranya supaya enggak bosan, aku mengolah pewarnaan manual, kayak tie-dye, ombre, ada motif pakai screen printing, jadi aku tambahkan sisi kerajinan," ungkapnya.
Sekar sendiri menggunakan material serat organik dan tidak memakai serat sintetis karena pewarnaannya manual. "Jadi akan lebih mudah seratnya organik, kayak katun, rami, linen, jadi warnanya lebih keluar kalau pakai pewarna manual," tambahnya.
"Total ada lima look di fashion show. Kalau berapa lama, aku mengikuti jadwal. Semifinalis dua baju dulu sekitar dua minggu lebih sedikit. Ketika diumumkan masuk finalis tambah tiga baju, waktunya dua minggu, kalau dihitung sebulan untuk lima baju dari head-to-toe, enggak cuma bajunya, ada aksesori topi, sandal, tas yang aku buat, jadi komplit satu look," kata Sekar.
Sementara, Sekar juga menjalankan label fashion-nya yang bernama Meraki Studio yang didirikan pada 2019 lalu. Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini menyebutkan, ia melihat peluang di Pekalongan, di mana ada teknik yang digunakan para perajin di sana tak sebatas teknik batik konvensional.
"Aku sering main sama para perajin dan belajar teknik pewarnaan manual sama mereka juga. Aku ingin mengembangkan lagi, ada peluang baru untuk teknik pewarnaan ini," jelas Sekar.
Lewat label fashion-nya, Sekar ingin menyuguhkan karya tersebut dengan desain yang lebih modern. "Ingin kerja sama dengan perajin lokal di Pekalongan dan aku juga mengerjakannya di Bandung," tutupnya.
Advertisement