Liputan6.com, Jakarta -Â Perubahan budaya kerja menjadi work-from-home atau WFH telah membuat banyak perusahaan, dari UMKM hingga perusahaan multinasional, pusing bukan kepalang. Pasalnya, mereka harus memastikan bisnis tetap berjalan dengan normal selagi menjaga keamanan siber mereka tetap aman.
Meskipun sudah banyak perusahaan yang telah beralih ke layanan cloud dan mempraktikkan budaya bekerja dari jarak jauh atau remote working jauh hari sebelum pandemi, ini tetap saja merupakan sebuah proses yang memakan waktu dan membutuhkan investasi yang tidak murah. Setiap perusahaan memang memiliki tingkat kesiapan yang berbeda untuk itu, namun yang pasti keamanan siber merupakani kunci masa depan perusahaan agar bisnis tetap berjalan dengan efektif pasca pandemi.
Untuk memahami tantangan apa saja yang dihadapi oleh perusahaan di masa pandemi ini dan bagaimana mereka menyesuaikan strategi keamanan siber mereka, Cisco telah menyurvei lebih dari 3.000 pengambil keputusan IT di 21 negara di dunia dan membuat sebuah laporan berjudul ‘Future of Secure Remote Work’. Berikut adalah beberapa rangkumannya.
Advertisement
Baca Juga
Mempercepat persiapan infrastruktur keamanan siber
Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya kerja WFH tidak akan dengan mudah hilang pasca pandemi. Lebih dari dua pertiga (62%) perusahaan di dunia melakukannya sejak awal pandemi di bulan Maret 2020 lalu. Angka ini meningkat drastis dari masa sebelum pandemi yang hanya berkisar di 19%.
Namun yang memprihatinkan adalah hanya kurang dari setengahnya yang mengaku telah memiliki infrastruktur keamanan siber yang memadai. 53% merasa cukup siap dan 6% mengatakan bahwa infrastruktur keamanan siber mereka belum siap mengadopsi budaya kerja WFH.
Tidak heran jika hal ini sejalan dengan meningkatnya ancaman siber yang terjadi di masa pandemi. 61% perusahaan di dunia mengaku mengalami pelonjakan ancaman siber sebesar 25% atau lebih sejak awal masa pandemi.
Perlindungan untuk akses data perusahaan
Tidak sedikit karyawan yang terpaksa mengakses data perusahan menggunakan perlengkapan dan perangkat pribadi. Hal ini menjadi titik buta bagi tim keamanan siber perusahaan karena perlengkapan dan perangkat pribadi lebih sulit untuk dimonitor.
Tetapi yang menjadi tantangan terberat tim IT atau keamanan siber perusahaan sebenarnya adalah memastikan akses data perusahaan tetap aman selagi semua karyawan mengaksesnya, dari manapun, kapanpun, dan menggunakan perangkat apapun. 62% perusahaan dunia merasakan hal ini dan tuntutan tersebut menjadi tekanan yang sangat tinggi bagi praktisi IT. Hasilnya, banyak praktisi IT yang harus rela bekerja lebih lama atau lembur untuk memastikan itu semua.
Namun dengan adanya tantangan ini, hadir pula peluang untuk melakukan transformasi. 85% pemegang keputusan IT mengatakan bahwa keamanan siber kini menjadi sangat penting, jauh lebih penting dari masa sebelum pandemi bagi perusahaan mereka, dan dua pertiga darinya mengatakan bahwa hal ini mengakibatkan perusahaan mau tidak mau harus meningkatkan anggaran mereka untuk memperkuat infrastruktur keamanan siber mereka.
Persiapan untuk masa depan budaya kerja yang baru
Dengan lebih dari sepertiga perusahaan di dunia mengatakan akan terus melakukan WFH pasca pandemi, para praktisi dan pemegang keputusan IT dituntut untuk terus meningkatkan keamanan siber perusahaan guna mendukung masa depan bisnis yang lebih efektif, fleksibel, dan aman.
Cisco juga memberikan tiga rekomendasi bagi para praktisi dan pemegang keputusan IT yang bisa dilakukan dalam menghadapi kehidupan pasca pandemi:
1. Masa depan budaya kerja akan menjadi lebih dinamis: infrastruktur keamanan siber harus bisa melindungi semua karyawan yang terpencar di berbagai lokasiKebijakan dan pengawasan yang dulu hanya berlaku di kantor, sekarang harus mampu diadaptasikan ke seluruh karyawan di manapun dan kapanpun mereka membutuhkan akses ke data perusahaan.
Perusahaan harus membuat lingkungan kerja yang fleksibel dan aman dengan memberikan tingkat keamanan siber yang sama, baik saat mereka di dalam jaringan akses perusahaan ataupun tidak. Dengan Cisco Umbrella, misalnya, dapat membantu melindungi pengguna dari tujuan internet yang berbahaya, baik saat mereka ada di dalam atau di luar jaringan. Keamanan siber harus bisa menjadi jembatan yang memastikan perusahaan bisa mencapai potensi terbaiknya di masa pasca pandemi.
2. Kesuksesan fleksibilitas budaya kerja ada di persiapan, kolaborasi, dan edukasiPara praktisi dan tim IT harus bisa menyediakan akses yang aman ke seluruh aplikasi dan layanan perusahaan, di manapun dan kapanpun. Keamanan, jaringan, dan kolaborasi sudah tidak bisa lagi dipisahkan, mereka harus berjalan beriringan.
Perusahaan harus memiliki protokol dan kebijakan keamanan siber yang ketat. Menggunakan Cisco Duo contohnya dapat memperketat keamanan karena akan memaksa pengguna memverifikasi identitas mereka dan membangun kepercayaan perangkat sebelum memberikan akses ke aplikasi. Selain itu, program edukasi karyawan mengenai keamanan siber juga mengambil peran penting dalam membangun budaya kerja WFH yang aman.
3. Keamanan siber yang simpel dan efektif penting guna membangun ketahanan bisnisKeamanan siber tidak bisa lagi hanya menjadi sekedar wacana, keamanan siber harus menjadi fondasi atas proses digitalisasi bisnis dan budaya kerja perusahaan. Untuk mengurangi kemungkinan adanya pelanggaran keamaan siber secara internal maupun eksternal, perusahaan harus mencari cara mengurangi kompleksitas infrastruktur keamanan siber mereka.
Fungsi Cisco Advanced Malware Protection (AMP) sebagai endpoint misalnya bisa membantu hal tersebut dengan mencegah pelanggaran dan memblokir malware di titik masuk.
Masa depan budaya kerja baru telah tiba dan mungkin ini tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan sebelum pandemi menyerang, namun masih ada waktu untuk kita memperkuat keamanan siber guna keberlangsungan bisnis pasca pandemi.