Fadjriah Nurdiarsih Ungkap Proses Kreatif Menulis Cerpen Saat Peluncuran Karya Perdana

Fadjriah Nurdiarsih membagikan proses kreatifnya dalam menulis cerpen kepada para guru.

oleh Komarudin diperbarui 23 Jan 2021, 22:55 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2021, 13:31 WIB
Fadjriah Nurdiarsih
Fadjriah Nurdiarsih membagikan proses kreatifnya dalam menulis cerpen kepada para guru (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah menjalani proses pembuatan cerita pendek selama lima tahun, Fadjriah Nurdiarsih akhirnya meluncurkan karya perdana kumpulan cerpen Rumah Ini Punya Siapa? Ia mengaku belajar menulis cerpen sejak 2014 lalu.

"Meski lulusan sastra dan mempelajari teori-teori sastra, itu tak membuat saya lihai membuat cerpen. Seperti ilmu lain, ternyata menulis itu ada tekniknya," ujar Fadjriah Nurdiarsih saat memberi sambutan saat peluncuran kumpulan cerpennya secara daring yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Betawi Kita bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Jumat, 22 Januari 2021.

Perempuan yang akrab disapa Mpok Iyah ini mengatakan, semua orang bisa menulis asalkan mau berlatih. Bagi dia, menulis itu 10 persen bakat, sedangkan 90 persennya adalah latihan.

"Saya juga belajar di kelas-kelas latihan menulis. Saya juga banyak membaca cerita pendek para sastrawan Indonesia dan kemudian membedahnya. Di situ saya meniru cara mereka menulis dan menjadikannya itu sebagai cara saya," ungkap Fadjriah dalam peluncuran bukunya yang banyak diikuti para guru bahasa Indonesia ini.

Perempuan yang juga Editor Bahasa di Liputan6.com ini mengatakan, setelah lima tahun dia berhasil membuat 25 cerita pendek. Ia berpikir sayang jika karya-karyanya itu tidak dibukukan.

"Seorang penulis tentu ingin karyanya dibaca, maka akhirnya saya bukukan. Tentu saya berdebar-debar apa yang akan dibicarakan kritikus, karena ketika saya sudah menulis, maka semua orang berhak untuk berkomentar. Semua orang berhak untuk berpendapat terhadap karya saya. Jadi, saya hanya berusaha menuliskan apa yang saya tahu dan apa yang dekat dengan saya. Saya tidak berusaha menuliskan hal-hal yang saya tidak tahu," ujar Fadjriah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Potret Orang Betawi

Zen Hae
Zen Hae menilai Fadjriah Nurdiarsih menggunakan teknik bercerita realisme dalam kumpulan cerpennya (Liputan6.com/Komarudin)

Buku kumpulan cerpen Rumah Ini Punya Siapa? ini terdiri atas 20 cerita pendek dengan tema yang beragam. Ada cerita tentang konflik batin yang dialami oleh seorang ustazah yang dirongrong oleh anaknya yang sudah menikah.

Ada pula cerita tentang penolakan seorang mahasiswi yang dijodohkan oleh orangtuanya dan ada juga cerita tentang Udin, anak seorang broken home. Kehadiran Fadjriah lewat karyanya ini menambah daftar nama sastrawan Betawi.

Menurut kritikus Yahya Andi Syahputra, selama ini sulit sekali mendapatkan nama sastrawan perempuan dari Betawi. Hal itu berbeda dengan tukang sahibul hikayat. Anggota Lembaga Kebudyaan Betawi ini baru mendapatkan nama sastrawan asal Betawi itu setelah 1950-an.

"Saya baru mendapatkan nama setelah tahun 1950-an, yaitu N. Susi Aminah Aziz yang menerbitkan tiga kumpulan puisi. Setelah dia, enggak ada lagi kita dapatkan nama sastrawan Betawi. Baru pada 1999 muncul nama ustazah Tuty Alawiyah. Setelah itu muncul nama Jaronah Abdullah. Mereka semua penulis. Sekarang kita bertemu dengan Fadjriah Nurdiarsih," ujar lelaki yang juga Ketua Asosiasi Tradisi Lisan DKI Jakarta itu.

Sementara itu, kritikus sastra Zen Hae menilai Fadjriah membagi fokus cerita dalam bukunya sebagian besar kepada kehidupan orang Betawi yang mengalami kegagalan modernisasi Kota Jakarta. Penulis kumpulan cerpen Rumah Kawin ini juga mengatakan, Fadjriah juga menulis kisah-kisah lain di luar kehidupan orang Betawi.

"Bagi saya, secara umum dalam kumpulan cerpen Fadjriah ini adalah warna murung kekalahan manusia dalam mengalami pergulatan hidup, tidak ada pilihan orang-orang yang menang. Jadi, kalau kita baca 20 cerpen itu hampir seluruhnya memotret kekalahan manusia dalam memperjuangkan apa-apa menjadi yang terbaik," jelas mantan Ketua Komisi Kajian Kritik Dewan Kesenian Jakarta itu.

Zen menambahkan, Fadjriah mengolah kembali cerita-cerita yang sudah menjadi ciri atau watak umum atau juga situasi yang tipikal dalam kehidupan orang Betawi. Dengan begitu, Fadjriah menggunakan cara bercerita realisme.

"Realisme itu adalah bagaimana karya sastra berkesesuaian dengan peristiwa atau kehidupan kita sehari-hari. Dengan gaya bercerita realis itu, Fadjriah ingin pembaca selalu kalau bisa mengembalikan cerita itu atau mengambil cerita itu sebagai bagian dari kehidupan mereka juga. Dia ingin menjaga sesuatu yang sifatnya akrab," kata Zen.

 

 

Fakta Nobel Sastra

Infografis Nobel Sastra
Infografis Nobel Sastra (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya