Cerita Akhir Pekan: Melanggengkan Eksistensi Kuliner Nusantara Lewat Kursus Masak

Dengan tak sedikit orang kembali ke dapur selama pandemi COVID-19, apakah itu memengaruhi minat kursus masak kuliner nusantara?

oleh Asnida Riani diperbarui 14 Mar 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi memasak | Martin Lopez dari Pexels
Ilustrasi memasak | Martin Lopez dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Anda jadi satu dari sekian banyak orang yang kembali ke dapur selama pandemi COVID-19? Entah sebagai tindakan waspada karena tidak ingin jajan sembarangan maupun menyalurkan hobi memasak selama tinggal di rumah, semua sah-sah saja.

Kondisi belakangan pun memengaruhi tren kuliner 2021. Melansir laman National Geographic, Jumat, 12 Maret 2021, salah satu yang masih masuk daftar tersebut adalah kursus masak. Tawaran kelasnya, entah daring maupun tatap muka dengan kuota terbatas, kian beragam, dan tidak sedikit yang didominasi ragam sajian tradisional dari berbagai negara. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Ayu Hartati Datmiko, pemilik Catering & Lembaga Kursus Cindelaras, mencatat bahwa minat kursus masak selama pandemi tetap ada. "Tapi, kalau di lembaga kursus saya, biasanya ditanya dulu tujuan kursusnya apa. Mau jualan, buat (masak) sendiri, atau bertalian dengan hobi?" katanya saat dihubungi Liputan6.com, melalui sambungan telepon, Kamis, 11 Maret 2021.

Narasi serupa juga diutarakan Fatmah Bahalwan, owner Natural Cooking Club (NCC). "Kalau awalnya relatif sepi, itu (kursus masak tatap muka) karena mengikuti imbauan tidak boleh berkumpul. Tapi, minat belajar masak masih sangat tinggi," ujarnya, juga lewat sambungan telepon, Sabtu, 13 Maret 2021.

Indikasi itu, sambung Fatmah, terlihat dari melonjaknya penonton sederet video tutorial memasak di jagat maya. "Kebetulan sebelum pandemi, NCC memang sudah punya kursus online. Pandemi datang, kegiatan ini jadi lebih rutin," ucap perempuan yang setiap pagi rutin membuat video inspirasi menu harian di akun Instagram-nya tersebut.

Lebih spesifik soal kuliner nusantara, Fatmah mengatakan, kebanyakan orang mengambil kursus dalam kategori itu untuk membuka usaha. "Jadi, peminat kursus yang cenderung stabil itu, misalnya, membuat siomai, batagor, pempek, bakso malang, dan mi ayam," katanya.

Narasi soal kursus masak kuliner nusantara pun diaminkan Ayu. "Misal, satai maranggi. Itu akhirnya buat usaha nasi boks. Lalu, tumpeng untuk menerima pesanan," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Melanggengkan Budaya Makan

satai maranggi
Satai Maranggi. (Abramena/Liputan6.com)

Namun, di balik itu, kursus masak kuliner nusantara secara otomatis juga menjelma jadi upaya kolektif menjaga eksistensi sajian lokal. "Saya setuju ini jadi bagian dalam melanggengkan budaya makan kita yang luar biasa. Indonesia, dari Sabang sampai Marauke, memang sangat diverse," tutur Fatmah.

Ayu menambahkan bahwa tugas secara tak langsung dari tokoh-tokoh boga lokal juga adalah soal melestarikan budaya. Tapi, mengeloborasinya, mengingat satu kuliner, seperti soto, bisa disajikan menyesuaikan bahan baku lokal, "orang boga harus menggali dan mengembangkan secara penyajian," ucap Ayu.

Sementara, soal pengakuan internasional akan sebuah kuliner nusantara, Ayu mencatat, itu bisa memengaruhi minat untuk mempelajari cara memasak sajian tersebut. Tapi, narasi berbeda justru diungkap Fatmah.

"Mungkin karena resep kuliner tradisional itu biasanya turun-menurun, jadi lebih sulit kalau diadopsi ke kursus memasak," katanya. Ketimbang makanan berat, minat kursus memasak kue justru lebih tinggi. Ini, menurut Fatmah, disebabkan ada semacam tantangan dalam membuat kudapan tersebut.

"Kalau buka kursus membuat roti unyil, roti tawar, dan donat, itu ramai sekali. Baking itu kayaknya membuat orang merasa punya gol. Beda dari kuliner, misalnya rendang, yang koreksinya lebih gampang. Apalagi, sekarang bumbunya banyak dijual," katanya.

"Kue nusantara itu memang banyak sekali peminatnya," kata Ayu, menambahkan bahwa kelas membuat cenil masuk dalam kategori itu.

 

Mulai Ikut Kursus Masak

Ilustrasi memasak kue
Ilustrasi kursus membuat kue. (Photo by congerdesign on Pixabay)

Bagi Anda yang ingin belajar memasak dengan ikut kurus, tapi tidak tahu mau mulai dari mana, Fatmah menyarankan untuk lebih dulu berselancar di media sosial. "Banyak banget (orang memasak) yang memotivasi sampai akhirnya bikin ingin tahu bagaimana cara membuatnya," tuturnya.

Kemudian, mengikuti diskusi dengan komunitas memasak juga bisa membantu mengidentifikasi minat. "NCC punya ruang diskusi semacam itu. Dari sana, biasanya orang akan paham apa keinginan mereka," imbuh Fatmah.

Sementara, Ayu menawarkan untuk konsultasi lebih dulu dengan dirinya. Anda bisa mengontak narahubung Catering & Lembaga Kursus dan Pendidikan Cindelaras di nomor yang tertera di akun Instagram mereka. "Kebanyakan yang datang memang mau buka usaha, termasuk catering karena saya memang lama menangani bidang itu, tapi ada juga private class," tuturnya.

Selain kursus virtual maupun mengunggah tips melalui akun media sosial, keduanya juga sekarang sudah membuka kursus tatap muka. Tapi, praktiknya dilakukan secara terbatas sehingga tidak melanggar regulasi yang berlaku di masa pandemi COVID-19.

8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah COVID-19

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19
Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya