Liputan6.com, Jakarta - Sampah plastik menjadi salah satu masalah lingkungan yang belum bisa dikendalikan Indonesia. Berdasarkan Data World Economic Forum 2020, Indonesia menghasilkan sekitar 13 ton sampah plastik dalam satu menit selama pandemi Covid-19.
Sebagian besar sampah plastik tersebut berakhir di laut. Tanpa tindakan agresif untuk menanggulanginya dari sekarang, jumlah sampah plastik yang berakhir di lautan itu diprediksi pada 2025 akan mencapai 780.000 ton per tahun.
Advertisement
Baca Juga
Berpartisipasi menanggulangi masalah tersebut, Garnier menginisiasi gerakan peduli lingkungan bertajuk #OneGreenStep for Kindness jelang Ramadan. "One Green Step ini adalah sebuah ajakan kepada seluruh masyarakat untuk bisa memulai satu langkah hijau atau satu langkah yang kecil, yang jika dilakukan secara kolektif, impact-nya bisa besar sekali," ujar Brand General Manager Garnier Indonesia Pandu Brodjonegoro dalam webinar Garnier Green Beauty, Kamis, 8 April 2021.
Ada lima pilar keberlanjutan yang diusung produsen produk kecantikan itu. Pertama, penggunaan lebih banyak formula yang lebih ramah lingkungan. Menurut dia, Garnier berkomitmen menggunakan formula yang bisa terurai dan melindungi keanekaragaman hayati lewat penggunaan bahan baku tersebut.
Kedua, more eco designed atau kemasan yang ramah lingkungan. Garnier, sebut dia, tidak lagi menggunakan plastik yang transparan pada kemasannya sehingga diklaim dapat mengurangi penggunaan plastik hingga 36 ton, khususnya pada 2021 ini.
"Bahkan jika banyak orang yang bilang, yah..Garnier banyak menggunakan plastik, tapi plastik yang kami gunakan pun kami pilih-pilih supaya kami bisa pastikan plastik yang kami produksi itu tidak menggunakan plastik baru dan juga bisa di-recycle," jelas Pandu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tiga Pilar Lainnya
Berikutnya adalah menggunakan lebih banyak sumber energi terbarukan. Pandemi mengklaim seluruh proses produksi Garnier di berbagai negara berupaya menurunkan emisi karbon dan air dengan cara meningkatkan efisiensi energi menggunakan teknologi hemat energi untuk proses industri.
Keempat, more solidarity sourcing dalam proses produksi, yakni dengan cara melibatkan beberapa komunitas petani kecil sebagai pemasok bahan baku. Komunitas ini juga dipilih berdasarkan dampak lingkungan, etika, dan faktor sosial.
Kelima, approve by cruelty free International. Hal itu merupakan sebuah persetujuan dari hasil audit yang menyatakan bahwa Garnier secara global untuk tidak ada menyiksa hewan atau tidak menguji produk kepada hewan.
"Garnier juga telah melakukan kemasan yang lebih ramah lingkungan yakni terdapat dua produk, pertama adalah Sakura White yang 100 persennya sudah recycle plastic, dan kedua, yaitu micellar water, yang 25 persen juga sudah recycle plastic," ucap Pandu. (Melia Setiawati)
Advertisement