Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Dubai, Uni Emirat Arab, tidak lagi mewajibkan restoran untuk memasang tirai di siang hari selama bulan Ramadan. Penutupan tirai sebelumnya bertujuan menghalangi pandangan orang yang lewat dari dalam restoran yang menawarkan makanan.
"Restoran di emirat dapat memilih apakah akan memasang tirai atau tidak tempat mereka untuk menyajikan makanan selama jam berpuasa," kata Departemen Pembangunan Ekonomi dalam sebuah pernyataan, dilansir laman The Economic Times, Kamis (15/4/2021).
Advertisement
Baca Juga
Kebijakan itu mengubah praktis berusaha restoran sebelumnya di Dubai. Para pengelola restoran diwajibkan untuk menutup tempat usaha mereka dengan tirai selama jam puasa.
Kebijakan baru yang diumumkan pada Senin, 12 April 2021 itu bertujuan untuk memberi energi terhadap perekonomian mereka yang sangat tergantung kepada pariwisata dan bisnis akomodasi. Sekitar 90 persen pelancong adalah warga asing yang mayoritas dari mereka adalah non-Muslim.
Kedua sektor tersebut terimbas pandemi Covid-19. Mereka mengandalkan pemasukan dari kehadiran warga asing yang hendak menikmati berbagai objek wisata, termasuk di dalamnya pulau berbentuk pohon palem, deretan hotel-hotel mewah, dan tempat pesta yang Instagramable.
Dubai bahkan menjadi satu dari sederet destinasi wisata yang membuka kembali pintunya bagi turis sejak tahun lalu. Kota tersebut menjadi magnet para pengunjung yang ingin melarikan diri dari aturan pembatasan ketat akibat Covid-19 di negara lain.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bukan Pelonggaran Pertama
Uni Emirat Arab menjadi salah satu negara di Timur Tengah yang dianggap berpikiran terbuka. Sejak akhir tahun lalu, mereka mengubah serangkaian aturan demi menyesuaikan dengan kebutuhan warga asing yang non-Muslim, termasuk di dalamnya mencabut larangan menginap bersama bagi pasangan yang belum menikah, melonggarkan batas konsumsi alkohol, dan tidak mengkriminalkan tindakan bunuh diri.
Pemerintah UEA juga mengumumkan akan menindak tegas mereka yang membunuh atas nama kehormatan. Kebanyak korban merupakan perempuan yang dipandang berhak dibunuh karena dianggap membuat malu keluarga.
Saat kejahatan atas nama kehormatan sangat jarang terjadi dan tingkat kriminal atas kejahatan tinggal bersama bukan muhrim dan minum alkohol tanpa izin juga rendah, langkah yang diambil UEA dipandang sedikit demi sedikit menjadikan negara Teluk itu menjadi lebih liberal secara sosial. (Muhammad Thoifur)
Advertisement