Liputan6.com, Jakarta - Klaten merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini terletak di antara Solo dan Yogyakarta. Pada 2019, jumlah penduduknya mencapai 1.174.986 jiwa.
Mayoritas penduduk di kabupaten ini adalah etnis Jawa. Salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia juga berada di kabupaten ini. Secara administrasi Gunung Merapi juga berada di Klaten.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu masih banyak fakta menarik lainnya seputar Klaten. Berikut enam fakta menarik Klaten yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
1. Asal-usul Nama
Asal usul nama kabupaten ini mempunyai dua versi berbeda. Versi pertama mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata 'kelathi' atau 'buah bibir'. Kata kelathi ini kemudian mengalami perubahan menjadi Klaten. Buah bibir tersebut mengacu terhadap Klaten sebagai daerah yang amat subur sampai menjadi buah bibir.
Versi kedua ini berdasarkan kata-kata orang tua. Versi ini menyebutkan Klaten berasal dari kata 'melati' atau 'Mlathi' dalam Bahasa Jawa. Kemudian kata itu berubah menjadi Klathi.
Untuk memudahkan ucapan Klathi, maka berubah menjadi kata Klathen. Melati sendiri adalah nama seorang kyai yang menginjakkan kaki di sebuah wilayah yang masih berupa hutan belantara dan menetap di wilayah itu. Hutan inilah yang kemudian disebut Klaten.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
2. Tradisi Sebar Apem
Di Klaten tepatnya di Jatinom ada tradisi sebar apem atau biasa disebut Yaqowiyu. Tradisi ini biasa dilakukan pada setiap bulan Sapar, bulan kedua penanggalan Jawa. Apem sendiri adalah kue berbentuk bundar yang terbuat dari tepung beras.
Dalam pelaksanaanya ribuan apem akan disebar ke warga dan diperebutkan. Biasanya apem akan disebarkan dari panggung di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig. Nama "yaqowiyu" sendiri merupakan penyingkatan bacaan doa. "yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin," yang merupakan doa memohon kekuatan. Warga percaya kalau apem tersebut dapat membawa kesejahteraan bagi yang berhasil mendapatkannya.
Advertisement
3. Punya Banyak Candi
Klaten memiliki destinasi wisata sejarah berupa candi yang terbilang cukup banyak. Di antaranya terdapat candi merak di Kecamatan Karangnongko, Candi Bubrah yang berada di Kecamatan Prambanan, Candi Plaosan yang juga terdapat di Kecamatan Prambanan, dan lainnya.
Salah satu candi yang cukup terkenal di Klaten yakni Candi Sewu yang terletak di Kecamatan Prambanan. Candi ini merupakan Candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 Masehi. Candi Sewu ini juga merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah dan usianya lebih tua daripada Candi Borobudur dan Prambanan.
4. Dawet Bayat
Berkunjung ke Klaten anda dapat menemukan minuman bernama dawet bayat. Dawet Bayat ini merupakan salah satu warisan nenek moyang. Dawet ini konon digunakan sebagai alat tukar barang atau transaksi untuk menggantikan uang pada sebelum kemerdekaan.
Cara membuat cendol ini yakni pati aren dicampur air hingga mengendap. Endapan tepung pati itu kemudian dimasak menjadi bubur dan dicetak membentuk cendol. Untuk santanya dipilih yang berusia menengah, tidak terlalu muda maupun terlalu tua. Rasa cendol ini manis nan segar berkat gula jawa yang ditambahkan. Salah satu pusat pembuatan dawet ini berada di Desa Bogem, Kecamatan Bayat.
Advertisement
5. Kerajinan Lurik
Di Klaten ada Desa Wisata yang mengajak anda untuk mengenal Lurik. Destinasi wisata ini berada di Dukuh Cabean, Desa Mlese. Di sana, wisatawan dapat melihat detail proses pembuatan kain tenun lurik yang masih dikerjakan dengan alat tenun tradisional.
Kain lurik tersebut dibuat menjadi baju, kemeja, peci, tas, dompet, dan lainnya. Setelah puas melihat prosesnya, Anda pun bisa membeli kain lurik di sana untuk menambah koleksi. Harga lurik yang ditawarkan berkisar antara Rp200 ribu sampai Rp450 ribu. Lurik sendiri menjadi kerajinan andalan kabupaten ini. Bila akan memasuki Klaten, maka di pintu masuknya anda dapat melihat monumen berupa patung seseorang yang sedang menenun.
6. Payung Kertas Khas
Klaten punya kerjinan khas berupa payung kertas. Kerajinan ini biasa disebut Payung Juwiring. Nama Juwiring sendiri merupakan daerah tempat para pengrajin payung ini. Konon, payung ini dahulunya hanya digunakan untuk perlengkapan upacara kematian di desa setempat.
Payung ini memiliki motif dan warna yang cantik. Harganya sendiri sekitar Rp15 ribu, namun untuk corak-corak langka bisa dihargai sampai jutaan rupiah. Kini, payung tersebut sering digunakan sebagai hiasan dan pelengkap interior yang biasa dilihat di hotel, perkantoran, atau rumah mewah. (Jihan Karina Lasena)
Advertisement