Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan Italia, Alitalia, mengumumkan tak lagi menjual tiket menjelang penutupan permanen. Maskapai ini telah berjuang selama bertahun-tahun dan kini berada di ambang kejatuhan.
"Setiap kali ia berhasil diselamatkan, meski dengan satu-satunya hasil dari memperpanjang penderitaannya", kata Giovanni Orsina, direktur School of Government di LUISS University, dilansir CNN, Senin (30/8/2021).
Maskapai penerbangan ini didirikan 74 tahun lalu. Alitalia sempat dikenal orang Italia sebagai "freccia alata" yang berarti "panah bersayap" untuk menghormati kecepatannya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Ekor pesawat maskapai ini berlogo populer, yakni huruf kapital "A" yang berbentuk sayap pesawat dan berwarna seperti bendera Italia.
Kembali ke masa kejayaan, Alitalia bangga dengan gaya dan makanan Italia. Pramugari di era 1950-an mengenakan seragam elegan yang dirancang oleh rumah couture Sorelle Fontana.
Di tahun-tahun berikutnya, daftar desainer ternama, termasuk Delia Biagiotti, Alberto Fabiani, Renato Balestra dan bahkan Giorgio Armani turut menciptakan pakaian bergaya dan kursi yang nyaman.
Masakan Italia panas yang disajikan di pesawat membuat maskapai ini menjadi favorit para turisinternasional. Bebas bea menjual parfum mewah Italia, jam tangan, syal, dan dasi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Terpaan Pandemi
Maskapai ini juga mendapat restu dari otoritas agama. Sejak 1964, Alitalia secara teratur melayani sebagai maskapai penerbangan resmi Paus, dengan ukuran pesawat yang bervariasi berdasarkan jarak yang ditempuh.
Pesawat yang membawa Paus biasanya disebut sebagai "Shepherd One", setara dengan Kepausan Air Force One dan diberi nomor penerbangan AZ4000. Selama 30 tahun terakhir, pemerintah Italia telah menggelontorkan miliaran Euro ke maskapai ini dalam upaya menyelamatkannya dari kepunahan dan mempertahankan karyawannya tetap bekerja.
Serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat sangat berdampak pada industri penerbangan dan menghantam Alitalia. Namun, serangan tak kalah hebat adalah pandemi Covid-19.
"Pihak berwenang terus menyadarkannya, percaya bahwa Alitalia tidak mungkin gagal, tetapi ada batasnya dan kami telah mencapai dasarnya," kata Orsina.
Advertisement
Masa Keemasan hingga Kejatuhan
Masa keemasan Alitalia dimulai pada 1950-an ketika rekonstruksi pasca-Perang Dunia II memicu ledakan ekonomi di Italia dan keluarga akhirnya mampu terbang ke lokasi yang jauh. Saat era jet tiba, Olimpiade Musim Panas 1960 di Roma membantu menyebarkan ketenaran Alitalia ke seluruh dunia.
Perusahaan ini bahkan membuat poster yang menunjukkan pelempar lembing dengan pesawat terbang di atas kepalanya. Masalah Alitalia dimulai pada 1990-an saat deregulasi Eropa membuat lalu lintas udara lebih kompetitif dan perkeretaapian Italia diperkuat, menurut pakar kedirgantaraan Alegi.
Situasi memburuk ketika pihak berwenang mencoba memprivatisasi Alitalia. Hal ini memicu pencarian tak terbatas untuk mitra operator dan pengusaha yang bersedia mendukung negara dalam mengatasi tantangan pasar bebas.
Semua kemitraan gagal, sementara serikat pekerja berjuang melawan rencana PHK. Sementara Alitalia dicintai sebagai simbol, ia sering dibenci oleh penumpangnya. Menurut Orsina, krisis tak berujung akhirnya menyebabkan penurunan kualitas layanan, dengan pemogokan personel, penerbangan tertunda atau dibatalkan dan lebih sedikit perjalanan jarak jauh.
Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!
Advertisement