Liputan6.com, Jakarta - Tak lagi terbantahkan industri pariwisata Indonesia begitu terdampak karena pandemi Covid-19. Begitu pula dengan wisata budaya yang menjadi salah satu andalan memperkenalkan keindahan dan kekayaan Nusantara di kancah dunia.
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila Devi Roza Kausar menyampaikan, para pelaku pariwisata kini banyak beralih ke sektor ekonomi lain di masa pandemi. Mereka menyadari bergantung dengan pariwisata bukan strategi yang benar-benar berkelanjutan, apalagi setelah pandemi melanda.
"Di Bali, banyak pekerja pariwisata kini kembali ke sektor yang lebih tradisional, seperti budidaya rumput laut dan sektor pertanian. Saya pikir itu akan menjadi cara terbaik untuk menggabungkan strategi pariwisata dengan strategi ekonomi lainnya," kata Devi di Global Tourism Forum, Kamis (16/9/2021).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Devi, bisnis tidak lagi bisa dijalankan seperti biasa karena pandemi. Pihaknya melihat adanya pendekatan baru dan pengelolaan akses dan kapasitas terkait wisata budaya.
"Orang-orang mulai harus pergi tur kelompok dengan pemandu ketika mengunjungi Borobudur, waktu berkunjung juga sempit. Mereka mengerti lebih baik karena mereka mengikuti panduan, keselamatan kesehatan dan keberlanjutan," tambahnya.
Pihaknya juga melihat komunikasi melalui storytelling dan interpretasi dengan teknologi turut ambil bagian, termasuk dalam wisata budaya. Langkah lainnya yang hadir adanya pemfokusan kembali soal anggaran untuk membantu industri pariwisata dan pekerja pariwisata untuk bertahan di masa pandemi.
"Inilah kebijakan dan strategi mengatasi dampak (pandemi), khususnya pada sektor pariwisata budaya. Storytelling menjadi cara untuk membuat destinasi lebih menarik bagi wisatawan domestik karena dapat benar-benar menemukan sesuatu yang baru di negara sendiri," lanjut Devi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Storytelling
Ia mengungkapkan, langkah tersebut juga untuk membuat destinasi tampak baru dan menarik dengan cerita yang belum didengar dan diceritakan sebelumnya. Storytelling menarik bagi masyarakat lokal benar-benar terlibat di daerah mereka sendiri.
Dalam pelaksanaannya, melibatkan berbagai pihak, yakni wisatawan, komunitas destinasi dan agensi pariwisata, serta pengelola destinasi. Menariknya, dikatakan Devi, ketika pariwisata bertemu dengan komunitas destinasi di era Covid, pengalaman yang diciptakan bersama dapat berupa cerita kelangsungan hidup sampai ketahanan yang dirasakan di dunia pariwisata.
"Juga komunitas destinasi dan agensi pariwisata serta pemerintah bertemu inilah saatnya bercerita soal aspirasi masyarakat, inklusivitas, dan perencanaan yang lebih baik benar-benar dapat didengar," ungkapnya.
Advertisement
Tur Virtual
Dilanjutkan Devi, begitu pula ketika agen pariwisata dan pengelola destinaswi pariwisata bertemu wisatawan dan calon pengunjung, storytelling yang disampaikan adalah promosi destinasi. Ini merespons perubahan perilaku perjalanan dan destinasi untuk membangun kepercayaan.
Ia juga mencontohkan apa yang dilakukan sektor industri budaya dan pariwisata budaya dalam menyikapi pandemi ini. Salah satunya dengan upaya menghadirkan tur virtual Candi Borobudur.
"Pemerintah Indonesia juga berinisiatif untuk memiliki situs web khusus untuk Borobudur yang disebut dengan Borobudur Virtual. Anda dapat melewati semua relief, melewati lorong Borobudur tanpa harus benar-benar mengunjungi," tambahnya.
Infografis . Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk
Advertisement