Suka Duka Perawat Indonesia Bertugas Merawat Lansia di Negeri Sakura

Jauh dari orangtua dan merawat lansia di Negeri Sakura memberi beragam pengalaman tak terlupa bagi seorang perawat Indonesia.

oleh Putu Elmira diperbarui 22 Sep 2021, 15:01 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2021, 20:02 WIB
Ilustrasi Lansia
Ilustrasi lansia. (dok. Unsplash.com/Micheile Henderson @micheile)

Liputan6.com, Jakarta - Mengejar asa dapat ditempuh dengan beragam cara, tentunya juga dibarengi kemauan dan kemampuan. Semangat ini pula yang ditunjukkan oleh seorang perawat Indonesia yang merawat para lansia di Negeri Sakura.

Perawat bernama Khaerunnisa, atau akrab disapa Nisa, saat ini bertugas di sebuah rumah lansia bernama Toyota Hottokan. Oktober 2021 mendatang tepat dua tahun sudah ia bekerja di rumah lansia yang berlokasi di di Prefektur Aichi, Jepang tersebut.

Nisa sempat berbagi cerita terkait pengalamannya dalam acara International Forum on Spice Route (IFSR) dalam tajuk "Building a Network of Young Indonesian Scholars Overseas" pada Senin, 20 September 2021. Ia menjelaskan bahwa perawat di usia produktif dari berbagai negara sangat dibutuhkan di Jepang.

Mengingat, negara ini masih dibayangi masalah kependudukan. Sebut saja, Jepang memiliki angka kelahiran yang sangat jauh dari harapan sehingga jumlah usia produktif juga tak dapat tercapai.

"Di Jepang begitu banyak lansia karena angka kehidupannya yang cukup panjang. Ini menyebabkan salah satu masalah lagi, seiring angka usia meningkat, usia produktif berkurang. Jepang membuka kesempatan kerja bagi orang asing dengan usia produktif yang mau bekerja di Jepang," kata Nisa dalam acara tersebut.

Liputan6.com berkesempatan berbincang dengan Nisa seputar hari-harinya bertugas hingga suka duka yang dirasa. Perempuan asal Makassar, Sulawesi Selatan ini pertama kali menjejakkan kaki di Jepang pada Oktober 2019.

Perjalanannya dimulai dari keinginan besar untuk bekerja ke Negeri Matahari Terbit setelah menyelesaikan studi D3 Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Makassar pada 2018. Nisa mengikuti tes wawancara program swasta di PT. Os Selnajaya yang berbasis di Jakarta.

Ia pun bertolak ke Ibu Kota guna mengikuti pelatihan selama satu tahun. Saat itu pula, ia berhasil memegang sertifikat N4 dan N3, yakni Japanese-Language Proficiency Test (JLPT) dikembangkan di Jepang dan telah menjadi standar sertifikasi kompetensi bahasa Jepang di seluruh dunia.

"Saat sampai 40 hari di Jepang, selalu ikut pelatihan, belajar budaya Jepang, sopan santun, ijigi (tradisi membungkuk), peraturan diperkenalkan, lalu lintas, keamanan, dan cara pelatihan bekerja," kata Nisa saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 20 September 2021.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Suka Duka

Kisah Perawat Indonesia Bertugas Merawat Lansia di Negeri Sakura
Khaerunnisa, seorang perawat Indonesia yang bertugas di rumah lansia di Jepang. (Tangkapan Layar Zoom)

Perawat berusia 24 tahun ini juga mengungkapkan suka duka yang dirasa selama merawat para lansia. Salah satu pengalaman yang dibagikan ketika dibentak oleh seorang lansia.

"Mereka apa adanya, mau marah ya marah dan waktu itu sempat kaget. Sering ada yang demensia, tapi kita harus tetap bersikap manis dengan perkataan baik dan menghargai. Mengajarkan lebih dewasa menghadapi berbagai macam karakter orang," lanjutnya.

Tentu tak melulu duka, suka juga kerap dirasa Nisa. Ia memuji keindahan Jepang dan menyebut negara ini begitu menaati dan menjaga peraturan.

"Jepang punya empat musim dan ada tempat indah setiap musimnya, luar biasa. Bisa datang dan have fun di setiap musim salah satu kebahagiaan saya," ungkap Nisa.

Cerita Nisa

Ilustrasi Jepang
Ilustrasi Jepang (Dok.Unsplash)

Sementara dari sisi kehidupan, sebagai muslim Nisa mengaku kesulitan membeli makanan saat awal tinggal di Jepang. Namun, ia mendapatkan arahan dari pembimbingnya untuk beli makanan halal, berbelanja, hingga fasilitas kesehatan.

"Beradaptasi saya tidak butuh waktu lama sekitar sebulan, karena saya berani dan tipikal yang suka bicara," ungkap Nisa.

Ia pertama kali menjejakkan kaki di Jepang saat musim gugur peralihan ke musim dingin. Ia pun harus berteman dengan suhu dingin yang membuatnya alergi.

"Karena saya alergi dingin, seluruh tubuh gatal-gatal dan langsung lapor ke pembimbing dan dibawa ke rumah sakit," jelasnya.

Sebelum mengakhiri bincang, Nisa sempat mengutarakan dukungannya kepada mereka yang tengah menuntut ilmu keperawatan juga bagi yang mencari pekerjaan. "Saya berharap semuanya semangat untuk para perawat, lapangan pekerjaan tidak sedikit dan dunia membutuhkan kalian," tutupnya.

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang
Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya