Bagaimana Cara MSG Bantu Kurangi Konsumsi Garam Sehari-hari?

Mayoritas orang Indonesia berlebihan dalam mengonsumsi garam sehari-hari. Jumlah yang direkomendasikan sebenarnya hanya satu sendok teh saja.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 27 Sep 2021, 07:53 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2021, 07:30 WIB
Menaburkan Garam atau Tepung Terigu
Ilustrasi Garam Credit: pexels.com/Kaboompics

Liputan6.com, Jakarta - Di antara gula, garam, dan lemak yang tingkat konsumsinya harus dibatasi, ternyata garamlah yang dinilai paling sulit mengendalikannya. Padahal, mengurangi garam berarti bisa menekan risiko terkena penyakit tidak menular, seperti stroke, diabetes, dan penyakit jantung.

Tingkat konsumsi garam orang Indonesia lebih dari yang direkomendasikan pemerintah, yakni 2.000 mg (2g) atau sekitar satu sendok teh. Bahkan, survei menyebut rata-rata orang Asia mengonsumsi sekitar 12 gram per hari.

Hal itu diungkapkan oleh Annis Catur Adi, ahli gizi dan dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, dalam webinar Rasa Umami Sebagai Salah Satu Cara Mengatur Asupan Makanan dalam Meningkatkan Kesehatan Gizi dan Kesehatan, beberapa waktu lalu. 

"Pemerintah sudah berkomitmen untuk mengurangi tingkat konsumsi garam, yakni dengan mengurangi jumlah garam yang ditambahkan ke dalam makanan. Tapi, kenyataannya susah karena taste-nya berkurang, makanan jadi enggak enak," kata dia.

Solusi berikutnya adalah dengan mengganti garam substitusi, dalam hal ini adalah KCl. Tapi, hal itu masih bermasalah lantaran ada after taste yang pahit. Maka, ide berikutnya adalah mensubstitusi sebagian dengan MSG yang disebut micin karena kandungan natriumnya hanya sekitar seperempat dari kandungan sodium di garam. 

"MSG sudah ditemukan lama oleh Kikunae Ikeda. MSG itu hanya terdiri dari glutamat, sodium, dan air. Na dibutuhkan sebagai enhancer dan pelarut sehingga ketika MSG masuk ke tubuh dapat larut sempurna," sambung Annis.

MSG jadi bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan rasa umami, yakni rasa yang enak. Komponen glutamat secara alami terdapat dalam berbagai bahan makanan, seperti kerang, jamur, dan tomat. Bahkan, ASI mengandung glutamat enam kali lebih banyak susu sapi dan kambing.

"Sehingga enak untuk bayi, tapi sayang masih banyak yang memberi bayi susu sapi," ucapnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kadar yang Aman

Inilah 13 Nama Lain MSG dalam Makanan
Inilah 13 Nama Lain MSG dalam Makanan

Annis mengatakan MSG aman digunakan menurut BPOM. Namun, tingkat konsumsinya harus dimoderasi. Ia menyebut 2-3 gram sehari atau seujung sendok teh cukup untuk sehari.

"Indonesia sendiri rata-rata 0,65 gram per hari. Trennya masih sangat rendah. Dengan kebijakan, edukasi, bisa mengerem," sambung dia.

Glutamat juga diperlukan oleh otot dan otak untuk berfungsi sehari-hari. Salah satunya adalah berperan sebagai neurotransmitter yang penting untuk komunikasi antar sel pada susunan saraf otak. Saat penurunan konsentrasi glukosa, otak akan menggunakan glutamat sebagai energi.

"Masyarakat perlu diedukasi dengan benar agar tidak terjadi kesalahpahaman," sahut Annis.

 

Tips Mengurangi Konsumsi Garam

ilustrasi MSG/unsplash
ilustrasi MSG/unsplash

Menurut dokter ahli gizi komunitas, Tan Shot Yen, ada cara aman dalam mengonsumsi gula, garam, dan lemak agar kebutuhan tubuh terpenuhi tanpa menimbulkan risiko penyakit serius. Dikutip dari kanal Health Liputan6.com, berikut adalah cara mengontrol konsumsi garam sehari-hari:

-Garam berasal dari sumber aslinya seperti ikan, sayur, dan buah.

-Garam boleh digunakan sebagai bumbu agar masakan tidak tawar.

-Sedapat mungkin hindari bumbu kemasan dan racikan.

-Hindari pangan praktis kemasan.

-Biasakan membaca label pangan.

Impor Garam Indonesia

infografis Impor Garam
infografis Impor Garam
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya