Liputan6.com, Jakarta - Sejak tahun lalu, pandemi telah membuat roda sektor pariwisata tidak bergulir seperti biasanya. Dalam beberapa waktu, pergerakan itu bahkan terpaksa berhenti dalam upaya menangangi transmisi COVID-19.
Waktu-waktu ini, kata perwakilan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Alexander Nayoan, diisi staf hotel dan restoran dengan mengikuti berbagai pelatihan. "Karena keterbatasan dana, training ini juga dilakukan di dalam hotel oleh manajer mereka sendiri," katanya dalam diskusi virtual, Kamis, 30 September 2021.
Narasi serupa juga disepakati Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Regional II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Reza Rahmana Kaloka. Reza menyebut pihaknya menyiapkan kursus sebagai persiapan momentum kebangkitan sektor pariwisata Indonesia, kendati pandemi masih berlangsung.
Advertisement
"Kompetensi teknis seperti pemanduan dan pengelolaan homestay," katanya menjelaskan materi pelatihan seperti apa yang mendominasi.
Baca Juga
Alex mengatakan, jalannya pelatihan justru lebih lancar selama pandemi. Selain dilakukan secara mandiri, asosiasi seperti PHRI juga diklaim memfasilitasi semangat itu lewat penyelenggaraan webinar dan online training.
Mendukung itu, online platform pembelajaran Cakap menggelar pelatihan bahasa Inggris dan kemampuan keramahtamahan. Ini dilakukan guna meningkatkan kapasitas pelaku sektor pariwisata dalam menyikapi perubahan tren pariwisata di era pandemi.
CEO dan co-founder Cakap Tomy Yunus mengatakan, "Program ini sengaja dikembangkan khusus untuk pelaku pariwisata. Pembelajaran juga efektif, sekitar tiga sampai enam bulan," tuturnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hasil Kolaborasi
Dalam praktiknya, Cakap berkolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait seperti PHRI. Selain kemantapan praktik protokol kesehatan, pihaknya menilai kemampuan berbahasa Inggris dan keramahtamahan memegang peran penting dalam kebangkitan pariwisata dalam negeri.
Pihaknya ditunjuk sebagai mitra Kemenparekraf dan BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam program pendampingan dan pelatihan bahasa asing bagi pelaku sektor pariwisata. Dilakukan secara daring sejak tahun lalu, inisiatif ini menyasar desa-desa wisata di beberapa wilayah Indonesia.
Dalam keterangannya, Budi Aris Letluhur, salah satu peserta program ini, mengungkap pentingnya pelatihan dalam membangun kapasitas dirinya sebagai pramuwisata di Maluku. "Dengan semakin dikenalnya Pulau Kei, baik di dalam maupun luar negeri, kebutuhan para tour guide untuk berkomunikasi dengan baik semakin jadi tuntutan," ucapnya.
Advertisement
Pengembangan SDM di Destinasi Super Prioritas
Reza mengatakan, saat ini, pihaknya fokus pada pengembangan SDM di lima destinasi super prioritas. Mereka adalah Danau Toba, Sumatra Utara; Likupang, Sulawesi Utara; Borobudur, Jawa Tengah; Mandalika, Nusa Tenggara Barat; dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Sementara Tomy mengatakan, dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan keramahtamahan, Cakap juga akan bekerja sama dengan sejumlah pihak swasta demi meningkatkan pelayanan industri MICE Indonesia.
"Harapannya Cakap bisa mendapat kesempatan lagi ke depannya bersama rekan-rekan pemerintah untuk memberikan pelatihan dan pendidikan yang berkualitas bagi SDM Indonesia," tutupnya.
Infografis Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah COVID-19
Advertisement