Mengenal Wayang yang Jadi Warisan Budaya Indonesia

Wayang jadi Warisan Budaya Nonbenda Kemanusiaan asal Indonesia berdasarkan ketetapan UNESCO pada 7 November 2003.

oleh Komarudin diperbarui 17 Nov 2021, 08:27 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2021, 07:32 WIB
Wayang
Wayang (dok.wikimedia commons)

Liputan6.com, Jakarta - Wayang mendadak jadi mencuri perhatian publik usai Adidas Singapura mengatakan bahwa wayang kulit berasal dari Malaysia. Pihak Adidas akhirnya meralat pernyataannya dengan meminta maaf dan menyebut bahwa wayang kulit merupakan budaya Indonesia.

Menurut UNESCO, wayang merupakan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan yang diproklamasikan pada 2003. Indonesia terkenal karena wayangnya yang rumit dan gaya musiknya yang kompleks, bentuk cerita kuno ini berasal dari Pulau Jawa.

Selama sepuluh abad wayang berkembang di istana kerajaan Jawa dan Bali serta di daerah pedesaan. Wayang telah menyebar ke pulau-pulau lain, seperti Lombok, Madura, Sumatera dan Kalimantan, di mana berbagai gaya pertunjukan lokal dan iringan musik telah berkembang.

"Wayang dibuat dengan hati-hati ini bervariasi dalam ukuran, bentuk dan gaya, ada dua jenis utama yang berlaku: wayang kayu tiga dimensi (wayang klitik atau golèk) dan wayang kulit datar (wayang kulit) yang diproyeksikan di depan layar yang dinyalakan dari belakang. Kedua jenis ini dicirikan oleh kostum, fitur wajah dan bagian tubuh yang diartikulasikan," seperti dikutip dari laman UNESCO, Selasa, 16 November 2021.

Dalang menggerakkan lengan putar dengan tongkat ramping yang melekat pada wayang. Penyanyi dan musisi memainkan melodi yang rumit pada instrumen perunggu dan drum gamelan.

Dulu dalang dianggap sebagai ahli sastra yang menularkan nolai-nilai moral dan estetika melalui karya seninya. Wayang telah menjadi sarana untuk mengkritik tentang isu-isu sosial dan politik yang sensistif.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Hari Wayang Nasional

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Tradisi Wayang Kulit Gagrak Jawa Timuran khas budaya Suku Arek (Mojokerto, Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan bahkan hingga Jombang). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Hari Wayang Nasional diperingati sejak 2018. Wayang merupakan salah satu pilar seni budaya Indonesia yang adi luhung.

Dalam wayang mengandung pelajaran, fatwa, dan simbol-simbol yang menjadi nilai hidup dan moral bangsa Indonesia, terutama masyarakat Jawa. Peringatan Hari Wayang Nasional diatur melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 30 Tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional.

Keprres tersebut ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 11 Desember 2018. Dipilihnya 7 November sebagai Hari Wayang Nasional sebagai momentum UNESCO yang menetapkan wayang sebagai Warisan Budaya Nonbenda Kemanusiaan.

Dalang Legendaris Indonesia

Anies Baswedan Kenang Keris Pemberian di 100 Hari Wafatnya Ki Manteb Soedharsono
Anies Baswedan Kenang Keris Pemberian di 100 Hari Wafatnya Ki Manteb Soedharsono. (dok.Instagram @aniesbaswedan/https://www.instagram.com/p/CUzs4QFA2Oy/Henry)

Melansir laman Merdeka.com, berikut sejumlah dalang legendaris Indonesia. Nama mereka sangat dikenal saat berbicara tentang wayang.

Ki Nartosabdo

Ia adalah seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia. Nama asli Ki Nartosabdo adalah Soenarto. Ia merupakan putra seorang perajin sarung keris bernama Partinoyo.

Ki Nartosabdo dapat dikatakan sebagai pembaru dunia pedalangan di tahun 80-an. Gebrakannya dalam memasukkan gending-gending ciptaannya membuat banyak dalang senior yang memojokkannya. Ki Nartosabdo lahir di Klaten, 25 Agustus1925 dan meninggal di Semarang, 7 Oktober 1985.

Ki Anom Suroto

Ia adalah seorang dalang Wayang Kulit Purwa. Ia mulai terkenal sebagai dalang sejak sekitar tahun 1975-an. Ia lahir di Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu Legi 11 Agustus 1948.

Ilmu pedalangan dipelajarinya sejak umur 12 tahun dari ayahnya sendiri, Ki Sadiyun Harjadarsana. Selain itu secara langsung dan tak langsung ia banyak belajar dari Ki Nartasabdodan beberapa dalang senior lainnya.

Asep Sunandar Sunarya

Ia lahir 3 September 1955 di Kampung Jelengkong, Kecamatan Baleendah, 25 km arah selatan Kota Bandung. Bernama kecil Sukana, anak ketujuh dari tiga belas bersaudara keluarga Abah Sunarya yang dikenal sebagai dalang legendaris di tanah Pasundan.

Dia pernah menjadi dosen luar biasa di Institut International De La Marionnete di Charleville Prancis. Dari institut itu dia mendapat gelar profesor.

Ki Manteb Soedharsono

Ia adalah dalang wayang kulit meninggal dunia pada usia 72 tahun, tepatnya pada 2 Juli 2021. Ia juga dianggap sebagai pelopor perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern.

Manteb Soedharsono adalah putra seorang dalang pula, bernama Ki Hardjo Brahim. Ia dilahirkan di desa Jatimalang, Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada tanggal 31 Agustus 1948.

Ki Slamet Gundono

Hingga akhir hayat dia dikenal sebagai dalang kontroversial wayang suket. Gundono dilahirkan dari keluarga dalang di Tegal, Jawa Tengah.

Masa kecil Gundono dihabiskan di kampung halaman dengan menjadi siswa pesantren. Selepas SMA Gundono sempat menimba ilmu di Jurusan Teater di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Gundono mulai berkiprah sebagai dalang dan seniman kreatif sejak 1995. Sosoknya yang selalu kritis sempat menggegerkan dunia pewayangan.

 

Infografis Wayang Potehi

Infografis Wayang Potehi
Wayang Potehi menjadi salah satu warusan seni budaya Tionghoa - Jawa
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya