Disneyland Paris Terancam Didemo karena Setop Hidangkan Jajanan Favorit Pengunjung

Di media sosial, kemarahan akan menghilangnya jajanan favorit di Disneyland Paris ini diluapkan melalui tagar #SaveMickeyWaffles.

oleh Asnida Riani diperbarui 20 Nov 2021, 17:30 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2021, 17:30 WIB
Disneyland Paris
Disneyland Paris mulai dibuka kembali pada 15 Juli 2020, setelah tutup berbulan-bulan karena pandemi corona Covid-19. (AURELIA MOUSSLY / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang taman bermain seperti Disneyland, salah satu agenda wajibnya adalah mencicip jajanan khas sambil menikmati meriah suasana sekitar. Pengalaman ini sepertinya sudah sangat melekat sampai-sampai Disneyland Paris terancam didemo karena menghilangkan salah satu jajanan laris mereka.

Melansir The Sun, Sabtu (20/11/2021), taman hiburan tersebut saat ini tidak lagi menawarkan wafel Mickey Mouse yang ikonis di Old Mill, menggantinya dengan mini Dutch Poffertjes. "Mickey Waffles tidak lagi disajikan di Disneyland Park, digantikan dengan 'Poffertjes' yang dibuat dengan adonan yang sama, tapi generik dan lebih mudah diproduksi," kicau seorang penggemar.

"Sebuah bukti ketidakmampuan departemen makanan Resort untuk memahami produk mereka sendiri," sambung yang lain. Seorang juru bicara Disney mengonfirmasi ini hanya sementara, dan wafel masih bisa dibeli di Walt Disney Studios.

Meski demikian, penggemar tetap menggunakan tagar #SaveMickeyWaffles untuk melancarkan protes di dunia maya. Tidak sedikit warganet yang menyarankan "turun ke jalan-jalan di Paris untuk memprotes." Sementara yang lain mengatakan mereka sedih dengan perubahan itu.

Seorang pengguna menulis, "Saya tidak selamat dari dua kali terinfeksi COVID-19 supaya kalian bisa mengambil Mickey Waffles." "Ini adalah pilihan yang buruk. Apa selanjutnya? Menyingkirkan pertunjukan kembang api, menjatuhkan Jungle Cruise, mengumumkan bahwa Fantasmic tidak akan pernah kembali?" imbuh pengguna lain.

Ada juga yang bertanya, "Mengapa kalian menghapus Mickey Waffles, salah satu camilan Disney paling unik dan ikonis yang dikenal pengunjung taman di seluruh dunia." Namun, tidak semua orang sedih dengan keputusan tersebut, salah satunya menuliskan, "Seriuskah kita benar-benar tidak suka karena lebih banyak pilihan makanan di DLP?"

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tidak Semuanya Protes

Disneyland
Waffle Mickey Mouse, salah satu jajanan favorit di Disneyland. (dok. Instagram @disneyfoodblog/https://www.instagram.com/p/CSjp1LbrlA4/)

Pengguna media sosial lain menambahkan, "Poffertjes jauh lebih masuk akal daripada wafel." Ini juga disetujui pengguna lain, "Saya suka wafel Mickey, tapi saya bersemangat untuk mencoba sesuatu yang baru."

Seperti cabang di kota-kota lain, Disneyland Paris juga telah buka-tutup selama pandemi. Mengutip New York Times, teman hiburan ini sempat tutup sejak akhir Oktober 2020, dan kembali dibuka Juni lalu. Pembukaannya terjadi ketika Prancis melonggarkan banyak pembatasan COVID-19.

Namun, mengingat catatan kasus harian kembali meningkat di beberapa negara Eropa, tidak terkecuali Prancis, kemungkinan pembatasan kembali berlaku tengah diantisipasi. NDTV melaporkan, penasihat ilmiah terkemuka pemerintah Prancis Jean-Francois Delfraissy menyebut, negara itu mungkin dapat mengatasi gelombang kelima infeksi COVID-19.

Ini terutama jika publik mengikuti langkah-langkah pembatasan anti-COVID seperti mengenakan masker wajah dan menjaga jarak. Juga, meningkatkan tingkat vaksinasi, bahkan kalau perlu menerima dosis penguat ketiga bagi mereka yang membutuhkan.

Memantau Gelombang Infeksi COVID-19

Kasus Kematian Corona di Prancis
Seorang perempuan yang mengenakan masker berjalan-jalan di Istana Trocadero tak jauh dari Menara Eiffel di Paris, 10 Juli 2020. Dengan 25 kematian baru yang dicatat dalam 24 jam terakhir, jumlah kematian terkait corona COVID-19 di Prancis naik menjadi 30.004 pada Jumat (10/7). (Xinhua/Gao Jing)

CNBC melaporkan, Menteri Perindustrian Prancis Agnès Pannier-Runacher menyebut pemerintah "sangat hati-hati" memantau gelombang infeksi COVID-19 terbaru di Eropa. Di samping, pihaknya mendesak warga untuk divaksin guna memastikan tindakan yang lebih ketat tidak diperlukan.

Itu terjadi saat banyak negara di Eropa memberlakukan pembatasan kesehatan masyarakat yang lebih ketat untuk mengatasi peningkatan tajam infeksi COVID-19. Austria jadi negara pertama di Eropa barat yang memberlakukan lockdown nasional penuh pekan ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekali lagi mengakui Eropa sebagai "pusat" pandemi virus corona baru, dengan wilayah tersebut menyumbang sebagian besar kasus baru dan kematian dalam beberapa pekan terakhir.

"Seperti yang Anda lihat, kami berhati-hati, sedikit lebih baik daripada di Austria dan Jerman. Mungkin karena kami telah mencapai tingkat cakupan vaksinasi yang cukup tinggi," kata Pannier-Runacher. 

Infografis Titik Lengah Makan Bersama

Infografis Titik Lengah Makan Bersama
Infografis Titik Lengah Makan Bersama (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya