Suka Duka Petugas Layanan Kebersihan Rumah Panggilan di Masa Pandemi

Layanan kebersihan rumah panggilan sempat mati suri di masa pandemi karena orang khawatir memasukkan orang asing ke rumah.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 26 Nov 2021, 11:25 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2021, 11:02 WIB
Suka Duka Petugas Layanan Kebersihan Rumah Panggilan di Masa Pandemi
Ilustrasi bersih-bersih rumah. (dok. CDC/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Baru sembilan bulan ini Sri Hertanti bekerja sebagai petugas layanan kebersihan rumah panggilan. Ibu dua anak itu bergabung dengan Pinhome sebagai rekan jasa Pinhome untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Pekerjaannya menjadi pedagang tisu keliling dirasa kurang, terutama di awal pandemi Covid-19. Dari yang awalnya bisa menjual hingga dua karton sehari, ia hanya bisa menjual 5--10 pieces sehari di masa pandemi. Komisi yang didapat tidak bisa menghasilkan uang jajan untuk anaknya. 

"Saya lihat temen saya yang gabung di Pinhome bisa sampai kuliahin anaknya. Saya tergiur dengan itu," ujarnya dalam Special Media Interview Pinhome Home Service (PHS), Jumat, 19 November 2021.

Sri bermodal nekat. Ia sengaja berutang untuk membeli peralatan kebersihan yang disyaratkan oleh Pinhome, seperti lap pel, sapu, dan vacuum cleaner. Total semuanya menghabiskan Rp1,2 juta.

"Harus modal sendiri, jadi modalnya ngutang. Tapi, hasilnya alhamdulillah. Enggak lumayan lagi, super lumayan," ucapnya sembari tersenyum lebar. 

Ia mengaku harus menjalani pelatihan sebagai cleaning service untuk menperoleh sertifikasi. Selama ini, ia mengaku bisa mendapat lima panggilan membersihkan hunian dalam sehari. "Alhamdulillah saat kerja di rumah customer, aplikasi bunyi terus," sambung dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Suka Duka

Suka Duka Petugas Layanan Kebersihan Rumah Panggilan di Masa Pandemi
Sri Hertati, salah seorang petugas layanan kebersihan rumah panggilan Pinhome. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Jenis pekerjaan yang dilakukan Sri mulai dari memvakum, mengepel, mengelap perabot, membersihkan tempat tidur, dan kamar mandi. Rata-rata menghabiskan waktu dua jam untuk membereskannya.

Ia mengatakan tak pilih-pilih hunian yang akan dibersihkan. Namun, ada tantangan tersendiri bila diminta membersihkan hunian berupa rumah tapak. 

"Tulisannya rumah, tapi ternyata ruko empat lantai. Naik turunnya yang berat. Soalnya kalau di lantai dua enggak ada kamar mandi, saya harus ambil dari bawah," celotehnya.

Belum lagi bila konsumen sedikit bawel saat petugas membersihkan rumah. Ditambah, penghuninya bisa lebih dari dua orang dalam satu hunian yang menambah repot saat bersih-bersih.

"Kalau apartemen itu satu emang kecil, kebanyakan tipe-tipe studio atau kamar dua. Kedua, apartemen cenderung udah bersih, orangnya juga cuma satu atau dua," sambung Sri.

Khusus di masa pandemi, ia juga menyebut ada ekstra permintaan dari klien, yakni hasil negatif tes antigen atau tes PCR. Hal itu untuk memastikan keamanan dan kesehatan orang-orang selama proses pembersihan berlangsung.

 

Gandeng Disabilitas

Ilustrasi Membersihkan Rumah
Ilustrasi membersihkan rumah. (dok. The Honest Company/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Sementara, Dayu Dara Permata, CEO-Founder Pinhome, menerangkan layanan jasa kebersihan itu sekaligus menjadi wadah baru bagi para mitra Go-Life yang sudah tak beroperasi lagi. Tidak hanya layanan kebersihan rumah, tetapi juga servis AC, cuci mobil, disinfektan dan fogging, serta layanan pijat dan relaksasi.

"Program ini untuk pemberdayaan yang sempat berhenti. 10 ribu rekan jasa yang tergabung berasal dari platform sebelumnya," kata dia.

Para mitra didominasi oleh perempuan dengan persentase 53,65 persen perempuan dan 46,35 persen laki-laki. Kaum disabilitas juga ikut serta, tetapi jumlahnya masih kurang dari 100 orang.

"Angkanya akan ditingkatkan lagi supaya lebih inklusif lagi bagi rekan jasa disabilitas. 96 persen dari mereka adalah breadwinner, tulang punggung," ujarnya.

Mengingat beroperasi di masa pandemi, petugas diklaim rutin dicek kesehatan secara berkala. Sekitar dua minggu sekali mereka akan dites antigen. Mereka juga diwajibkan memakai alat pelindung diri, seperti masker dan sarung tangan. "Tidak boleh ada kontak fisik (antara pelanggan dan rekan jasa), prosedur pun yang memenuhi protokol kesehatan dan disiplin menggunakan perlengkapan pelindung demi keselamatan pelanggan dan rekan jasa," imbu Dara.

Sejauh ini, layanan sudah tersedia di 27 kota di Indonesia. Ia optimistis minat orang untuk menggunakan layanan ini akan kembali meningkat di masa datang.

8 Benda di Rumah yang Wajib Dibersihkan

Infografis 8 Benda di Rumah Wajib Dibersihkan Cegah Penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 8 Benda di Rumah Wajib Dibersihkan Cegah Penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya