Liputan6.com, Jakarta - Menutup akhir tahun 2021, retail brand lokal, The Goods Dept, terjun lebih dalam ke dunia digital melalui The Goods Society. Itu merupakan koleksi Non-Fungible Token (NFT) pertama mereka berisi 1,1 ribu karakter yang merepresentasikan para pelanggan The Goods Dept.
Koleksi NFT ini, berdasarkan keterangan yang diterima Liputan6.com, Rabu (29/12/2021), dibangun di atas basis blockchain Ethereum. Tidak seperti koleksi NFT pada umumnya yang menitikberatkan pada koleksi dan kegunaannya di dunia maya, pemilik aset The Goods Society akan dapat merasakan keuntungan asetnya di dunia nyata.
Ini merujuk pada tanda pengenal dan menerima berbagai keuntungan di jaringan retail The Goods Dept. Termasuk di dalamnya menerima segelas kopi gratis setiap hari Senin sampai Rabu selama 2022, serta diskon hingga 50 persen saat berbelanja di hari ulang tahun.
Advertisement
Juga, akan menikmati layanan premium, seperti pengiriman gratis saat belanja online di situs web mereka atau jalur bebas antrean saat masuk ke acara The Goods Dept. Implementasi NFT ke dunia retail ini merupakan yang pertama di Indonesia dan diklaim "akan merevolusi banyak hal."
Pemilik aset juga dapat mengganti atribut karakter, setiap karakter yang dibeli pada perkembangannya dapat mengganti pakaian atau aksesori lain. Mewujudkannya, tim The Goods Dept berkolaborasi dengan dua pihak.
Mereka adalah Iman Waskito, ilustrator yang membuat 1,1 ribu karakter unik tersebut, dan Gaspack, startup yang telah meluncurkan beberapa project NFT sebelumnya. Mereka memang fokus pada pengembangan ekonomi digital di era WEB 3.0.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Apa Itu NFT?
Kolaborasi ketiga pihak ini mengharapkan perkembangan sistem NFT. Dari situ, mereka bermaksud membuka peluang inovasi digital yang lebih banyak lagi.
Koleksi NFT pertama pihaknya telah dirilis resmi untuk umum dengan jumlah sangat terbatas pada Selasa, 28 Desember 2021 pukul 15.00 WIB melalui situs nft.thegoodsdept.com. Semua fitur dapat dinikmati mulai 2022.
NFT sendiri jadi topik yang terus-menurus disebut, terutama sepanjang tahun ini. Mengutip Forbes, NFT adalah aset digital yang mewakili objek dunia nyata seperti seni, musik, item dalam gim, dan video. Mereka dibeli dan dijual secara online, sering kali dengan cryptocurrency, dan umumnya dikodekan menggunakan perangkat lunak dasar, seperti banyak crypto.
NFT umumnya merupakan item "one of a kind," atau setidaknya salah satu dari koleksi sangat terbatas. Aset ini memiliki kode pengenal yang unik.
Karena itu, NFT memungkinkan pembeli memiliki barang asli. Ini juga berisi autentikasi bawaan yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan. Namun, narasi aset ini tidak ramah lingkungan terus muncul seiring popularitasnya yang naik dalam beberapa tahun belakangan.
Advertisement
Tidak Ramah Lingkungan?
Teknologi blockchain hadir dengan emisi gas rumah kaca yang sangat besar, lapor New York Times. Singkatnya, ketika seorang seniman mengunggah karya seni dan mengklik tombol untuk "mencetaknya," ia memulai proses yang dikenal sebagai penambangan.
Ini melibatkan teka-teki kompleks, daya komputasi yang luar biasa, dan banyak energi. Itu karena Ethereum, platform pilihan untuk NFT, menggunakan metode, yang disebut bukti kerja, untuk membuat aset digital seperti token yang tidak dapat dipertukarkan.
Agar berhasil menambahkan aset ke buku besar utama blockchain, para penambang harus bersaing memecahkan teka-teki kriptografi. Pada pertengahan April, penambang melakukan lebih dari 170 triliun upaya per detik untuk menghasilkan blok baru, menurut platform perdagangan Blockchain.com.
Penambang yang pertama memberi jawaban benar adalah pemenangnya dan mendapatkan aset untuk ditambahkan ke blockchain. Menurut perkiraan yang didukung peneliti independen, penciptaan NFT rata-rata memiliki jejak lingkungan lebih dari 200 kilogram karbon pemanasan planet. Upaya lain untuk menghitung penggunaan energi blockchain juga telah mencapai angka yang sangat besar.
"Saya tahu ini sulit untuk dipahami," kata Susanne Köhler, seorang ahli dalam analisis siklus hidup di Aalborg University di Denmark yang menilai teknologi blockchain. "Anda cukup mengklik tombol atau mengetik beberapa kata, tiba-tiba Anda membakar begitu banyak energi."
Yang memperburuk masalah, kata Dr. Köhler, adalah memecahkan teka-teki jadi lebih kompetitif dan lebih sulit karena minat pada blockchain tumbuh dan lebih banyak orang mulai menambang. "Jadi, tidak jadi lebih hemat energi dari waktu ke waktu, seperti teknologi lain," katanya. "Itu hanya mengarah pada dampak emisi lebih besar, kecuali energi yang digunakan bebas karbon."
Namun, di sisi lain, sebelum kemunculan NFT, seni digital tidak memiliki nilai seperti mahakarya dari Monet atau Picasso. Ini hanya karena digital dapat dengan mudah diduplikasi dengan mengklik tombol, sehingga hampir mustahil untuk membedakan yang asli, sementara NFT tidak dapat dipalsukan.
Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion
Advertisement