Liputan6.com, Jakarta - Di masa pandemi ada berbagai alternatif untuk liburan atau berwisata. Misanya, staycation dan berkemah atau camping yang cukup diminati belakangan ini terutama glamping.  Staycation atau menginap di hotel di dalam kota atau tak jauh dari tempat tinggal kita dianggap sebagai cara liburan paling aman dari kemungkinan terpapar virus corona Covid-19.
Salah satu hotel yang jadi pilihan sebagian orang adalah butik hotel yang punya konsep beda dari hotel pada umumnya. Sementara wisata alam yang belakangan juga jadi pilihan banyak orang, membuat tempat penginapan di alam terbuka seperti glamping semakin mengemuka dan diminati.
Ciri utama yang paling mudah dikenali dari sebuah hotel butik adalah rancangan desainnya yang unik. Di Indonesia sendiri kehadiran hotel butik mulai banyak ditemui di kota-kota besar. Sementara itu, glamping merupakan singkatan dari glamorous camping yang merupakan inovasi baru di bidang akomodasi dan pariwisata yang sedang populer beberapa tahun belakangan.
Advertisement
Baca Juga
Glamping memberikan pengalaman menginap di tenda dengan fasilitas yang tidak kalah mewah dari hotel bintang lima. Lokasi glamping yang dekat dengan alam menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang selalu mencari kenyamanan. Menginap di hotel butik dan glamping memang cukup diminati belakangan ini, tapi bagaimana prospek dan nasibnya di masa mendatang? Apakah masih bisa tetap bertahan atau hanya sekadar bagian dari tren?
Menurut Yulia Maria, Director of Marketing Communications (Marcom) Artotel Group, butik hotel seperti Artotel mengusung seni kontemporer dan lifestyle. Konsep seni tersebut menjadi pembeda butik hotel dari hotel pada umumnya. Mereka biasanya punya banyak bagian atau spot foto yang Instagramable yang sekarang ini disukai banyak pengunjung hotel. Yulia menambahkan, prospek butik hotel dinilai cukup bagus dalam beberapa waktu mendatang.
"Di masa pandemi ini memang sempat terkena dampak, tapi sejak awal tahun 2021 pengunjung sudah mulai bertambah meskipun sempat turun lagi pada saat gelombang Covid varian delta di bulan juni dan Juli lalu," ungkapnya pada Liputan6.com, 30 Desember 2021. "Namun kami optimis prospek butik hotel sangat bagus. Salah satu buktinya, list property Artotel (pipeline) di masa mendatang ada 29 properti, jadi prospeknya sangat menjanjikan," tambahnya.
Pendapat hampir senada juga datang dari pengelola Sandalwood Boutique Hotel, sebuah butik hotel yang berlokasi di Lembang, Jawa Barat. Hotel tersebut bertema gaya Eropa dan modern minimalis dengan suasana ‘Feels Like Home’ atau terasa seperti tinggal di rumah sendiri.
Rizal Tan, Hotel Manager Sandalwood mengatakan, masing-masing kamar menghadirkan tema dan konsep desain yang bebeda. Begitu juga dengan interior ruangannya walaupun di type room yang sama.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prospek Cerah
Selama pandemi, para tamu yang menginap biasanya adalah mereka yang pernah atau sudah beberapa kali datang ke hotel tersebut. "Kita selalu mengikuti protokol kesehatang yang dianjurkan pemerintah. Hotel kami juga sudah punya sertifikat CHSE. Untuk sekarang ini jumlah tamu sudah lumayan meningkat, tapi memang belum normal seperti biasanya," jelas Rizal.
Ia menambahkan, sebagai butik hotel pihaknya selalu berusaha menghadirkan suasana asri seperti dengan menempatkan pohon pinus dan menyediakan beragam spot Instagamable untuk berfoto. "Kami percaya, butik hotel ini makin banyak pemintanya, karena hotel tematik seperti yang kami tawarkan cocok untuk banyak kalangan, baik untuk couple, mereka yang honeymoon, family ataupun corporate gathering," tutur Rizal pada Liputan6.com, Jumat, 31 Desember 2021.
Mengenai glamping, Maribaya Glamping Tent yang berlokasi di Maribaya Natural Hotspiring Resort di Lembang, Jawa Barat, juga meyakini prospek cerah dari tempat berkemah mewah ini, baik di tahun 2022 ini maupun di tahun-tahun berikutnya.Menurut Asep Heri selaku Front Office Manager, konsep glamour camping cukup simpel dan tidak ribet karena punya banyak fasilitas memadai.
"Di dalam tenda glamping seperti di Maribaya, konsepnya kita buat camping mewah dimana didalam tendanya sudah memiliki fasilitas seperti hotel. Ada bedroom, living room, cable TV, wifi, bathroom berikut amenities seperti bathtowel, shampo, soap, dan lain-lain," teramg Asep lewat pesan pada Liputan6.com, 30 Desember 2021.
Di Maribaya Glamping Tent, mereka menyediakan empat jenis tenda. Ada Deluxe Tent untuk dua orang, Executive Tent untuk empat orang, Family Tent untuk enam orang dan Family Suite untuk delapan orang. Untuk fasilitas di area glamping, mereka menyediakan api unggun dan grilled untuk barbekyu. Ada juga jacuzzi pool dan glamping resto.
Advertisement
Pilihan di Masa Pandemi
"Selain fasilitas yang ada di area glamping pengunjung juga bisa menikmati wisata Maribaya Natural Hotspring Resortnya. Bagi yang menginap di tempat glamping, sudah bisa free access ke kawasan Maribaya Resort, bisa juga berendam di pemandian air panas alami. Ada juga tempat bermain untuk anak-anak di Kids Playground," tutur Asep.
Mengenai tingkat hunian glamping saat ini, menurut Asep Heri terus mengalami peningkatan. Selain untuk keluarga banyak juga dari kantor-kantor yang mengadakan kegiatan meeting atau gathering. "Dengan konsep menyatu dengan alam dan areanya masih alami, justru di masa pandemi ini banyak dicari," ujar Asep.
"Bisa dibiang, untuk glamping kedepannya kalau melihat dari demand atau animonya, glamping akan terus semakin banyak peminatnya apalagi dengan konsep glamour camping di alam terbuka yang banyak jadi pilihan di masa pandemi," tutupnya.
Menurut pengamat pariwisata Robert Alexander Moningka, prospek butik hotel dan glamping cukup bagus karena punya market tersendiri. Pria yang akrab disapa Bob ini mengatakan, butik hotel biasanya tidak terlalu besar, jumlahnya kamarnya relatif lebih sedikit dan punya tema atau bentuk yang khas. .
"Butik hotel pelayanannya relatif lebih personal karena beda dengan hotel pada umumnya. Saya pernah menginap di butik hotel di Solo, Omah Sinten, lokasinya di seberang Puri Mangkunegaran. Kamarnya cuma ada sekitar 8 atau 10 kamar. Waktu itu saya yang pertama review," kata Bob pada Liputan6.com, Jumat, 31 Desember 2021.
Gaya Berlibur Baru
"Konsep dan idenya itu dari rekan seprofesi pak Jokowi yang waktu itu masih jadi Wali Kota Solo dan pimpinan asosiasi pengusaha furnitur di Solo. Konsepnya memang menarik dan terasa lebih personal kalau menginap di sana," sambungnya.
Untuk glamping, dosen Politeknik Sahid ini juga pernah menginap di Rumah Atsiri Indonesia, sebuah tempat glamping di daerah Tawangmangu, Jawa Tengah di akhir tahun 2000.
"Di sana pelayanannya dan fasilitasnya sekelas hotel bintang lima. Kamarnya ada dinding dan atap dari bahan tenda khusus kualitas primer. Saya tadinya mau ajak mahasiswa saya untuk melakukan survei di Rumah Atsiri di awal Desember kemarin tapi ternyata sudah fully booked, sudah penuh semua," ungkapnya.
Ia menambahkan, di masa pandemi ini tingkat hunian hotel butik dan glamping termasuk cukup tinggi. Mereka punya ciri khas dan membentuk gaya berlibur yang dianggap baru. "Terutama untuk glamping, peminatnya bisa semakin banyak karena sekarang ini wisata alam makin diminati, ya karena pengaruh pandemi juga," lanjut Bob.
"Dengan glamping, wisatawan bisa lebih menikmati fasilitas dan kebersamaan dengan orang-orang terdekat, khususnya keluarga, kerabat, dan sahabat. Saya rasa pandemi ini justru membuat kita menjadi wisatawan yang lebih baik," pungkasnya.
Advertisement