Liputan6.com, Jakarta - Hong Kong kemungkinan mempersingkat masa karantina bagi para pelancong. Laporan ini muncul di tengah wabah Omicron, dengan isolasi orang-orang yang berisiko tinggi terkena COVID-19 masih dilakukan, lapor Bloomberg, Jumat (28/1/2022).
Varian Omicron menyebar lebih cepat daripada jenis virus sebelumnya. Catatan ini berpotensi mengurangi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk infeksi baru berkembang, menurut penelitian.
Advertisement
Baca Juga
"Karena Omicron mengambil alih Delta secara global, kami juga melihat data inkubasi Omicron," kata Sekretaris Pangan dan Kesehatan Hong Kong Sophia Chan. "Jika ada ruang untuk menyesuaikan periode karantina, kami akan melakukannya.”
Ia melanjutkan, "Setiap hari kami melakukan review. Setelah kami memiliki penyesuaian lebih lanjut, kami akan mengumumkannya.”
Otoritas Hong Kong sedang mempertimbangkan memotong karantina untuk kedatangan luar negeri jadi 14 hari dari 21 hari, Sing Tao Daily melaporkan, mengutip orang-orang yang tidak disebutkan namanya. Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam diperkirakan akan mengumumkan pemendekan periode karantina sore ini, lapor SCMP.
Tinjauan kebijakan dilakukan ketika karantina perjalanan Hong Kong dinilai semakin tidak sejalan dengan norma global, yang mencatat periode isolasi semakin pendek untuk pasien COVID-19. Bahkan, pejabat kesehatan di daratan utama China, yang juga menerapkan kebijakan Covid-Zero yang ketat, mengatakan bahwa karantina 14 hari sebagai "reaksi berlebihan."
Hotel-hotel karantina yang sempit dan berventilasi buruk juga disebut bertanggung jawab atas penyebaran virus. Setidaknya empat kasus pelancong terinfeksi oleh orang lain di fasilitas yang sama telah dilaporkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kondisi Hong Kong Terkini
Saat ini, Hong Kong sedang menghadapi salah satu wabah terbesarnya sejak pandemi, dengan sekitar 560 kasus lokal dilaporkan sejak akhir Desember. Pusat karantina utama kota, yang disebut Penny's Bay, menampung sekitar 2,5 ribu orang yang merupakan kontak dekat dari mereka yang terinfeksi atau pendatang baru dari bandara di 1.805 unit, menyisakan 382 unit.
Tapi, angka-angka itu tidak termasuk orang-orang yang terkait dengan wabah di kompleks perumahan umum, di mana para pejabat mengurung sekitar lima ribu orang di apartemen mereka di dua dari 16 blok perkebunan sejak pekan lalu. Wabah terus meningkat, dengan infeksi tambahan dilaporkan setiap hari.
Karantina rumah dipertimbankan jadi pilihan di masa depan jika pusat-pusat yang dikelola pemerintah penuh, kata Chan. Setiap perubahan harus terlebih dahulu menangani masalah operasional seperti mendapatkan pasokan dan dukungan pada mereka yang akan terdampak, katanya, seperti penduduk yang saat ini dikurung di Perumahan Kwai Chung.
Dengan munculnya varian Omicron dan Delta, wilayah administrasi khusus itu telah membatasi jam makan, menutup bar, bioskop dan pusat kebugaran, serta menutup sekolah untuk memperlambat penyebarannya. Pihaknya bahkan memusnahkan hamster, menempatkan anak-anak kecil dan pelancong di kamp karantina, serta melarang penerbangan dari delapan lokasi.
Advertisement
Kembali Hidup Normal
Chan mengatakan ia "optimis" Hong Kong dapat kembali ke beberapa kemiripan normal dalam setahun. "(Penyebaran) virus terkendali," katanya. Sementara sebagian besar pergerakan ekonomi telah beralih ke beberapa bentuk hidup dengan virus, pendekatan tanpa toleransi Hong Kong telah menodai reputasinya sebagai pusat keuangan global.
Kebijakan tersebut dapat membuat Hong Kong terputus dari sebagian besar dunia hingga 2024. Ini juga berpotensi memicu eksodus besar-besaran pekerja dan eksekutif internasional, menurut rancangan laporan European Chamber of Commerce.
Wabah yang sedang menyebar di Hong Kong berarti sekarang bukan waktunya untuk membuka kembali perbatasan dengan China daratan, kata Chan. Meski, pihaknya mencatat, kemajuan telah dicapai pada November dan Desember 2022.
Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan COVID-19 Varian Omicron
Advertisement