Liputan6.com, Jakarta - Persoalan Monosodium glutamate (MSG) masih jadi pembicaraan yang hangat dan hingga saat ini topik tersebut masih menarik dibicarakan, meski orang mengonsumsi MSG sejak 100 tahun lalu. Di Indonesia pun orang sudah lama mengonsumi MSG.
"Namun, masih banyak ibu yang merasa bersalah ketika menyiapkan menu seimbang untuk keluarganya jika ditambahkan MSG, termasuk juga para ahli gizi di rumah sakit yang sedang menghidangkan makanan kepada pasiennya yang mengalami penurunan selera. Isu MSG padahal sudah muncul sejak 1969," kata Guru Besar Keamanan Pangan IPB University, Prof Dr Ahmad Sulaeman MS dalam webinar "Benarkah Umami Menyebabkan Obesitas?" yang diselenggarakan PERGIZI Pangan dan PT Ajinomoto Indonesia, Rabu, 2 Februari 2022.
Advertisement
Baca Juga
MSG atau umami, kata Ahmad Sulaeman, ditemukan pada 1908. Sekitar 100 tahun lebih Profesor Kikunae Ikeda merasakan satu rasa yang unik dan universal di luar rasa manis, asin, asam, dan pahit. Rasa tersebut terdapat dalam beberapa makanan yang menimbulkan rasa gurih atau lezat.
Kata Ahmad, Ikeda lalu mempresentasikan temuannya pada 1912 di Amerika Serikat. Namun, baru pada 1985 rasa umami diakui oleh kalangan ilmiah dunia sebagai rasa dasar yang kelima.
"Umami memiliki banyak manfaat, mengontrol nafsu dan selara makan, membantu pencernaan, menjaga kesehatan mulut. Umami juga bahkan dapat dimanfaatkan, seperti sekarang untuk mengurangi asupan natrium," papar lelaki yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PERGIZI Pangan Indonesia.
Ahmad berkata, MSG itu zat gizi, bukan bahan kimia berbahaya. Meski begitu, banyak orang yang menghindari MSG atau mecin sehingga makanan terasa hambar.
"Banyak kekhawatiran dengan mengonsumi MSG atau mecin membuat anak jadi bodoh, bahkan bisa di-bully, pasti kebanyakan mecin atau generasi mecin. Perasaan bersalah juga sering dipicu karena saran dokter atau ahli gizi yang menyatakan bahwa MSG tidak boleh digunakan," imbuh Ahmad Sulaeman.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Digunakan Secukupnya
Ahmad Sulaeman menambahkan, MSG juga digunakan sebagai penambah rasa pada pangan dan masakan secukupnya, tidak banyak. Jika penggunaannya berlebihan, makan mulut akan menolak.
"Sebenarnya, sampai eneg pun, MSG masih aman," tutur Ahmad. Secara regulasi, terang Ahmad, MSG aman dan halal yang sudah dijelaskan oleh BPOM dan LLPOM MUI serta badan-badan pangan dunia.
"Cara pembuatan MSG pun sama dengan cara membuat kecap, tauco, tempe, dengan cara fermentasi, peragian," imbuh Ahmad. Semuanya itu menggunakan bakteri yang mengubah gula, asam glutamat, natrium, hingga menjadi MSG.Â
Advertisement
Tidak Obesitas
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia dari IPB University, Prof Dr Ir Hardinsyah, MS, mengatakan MSG tidak membuat orang mengalami obesitas. "Berdasarkan penelitian, tidak ada yang menyebutkan bahwa MSG bisa meningkatkan berat badan seseorang," ujar Hardinsyah.
Hardinsyah berkata, dalam sebuah penelitian yang dilakukan di China, penggunaan MSG pun tidak terbukti bisa membuat orang obesitas. Penelitian juga dilakukan di Vietnam pada 2013 dan hasilnya pun tak terbukti mengonsumsi MSG bisa membuat kegemukan.
"Karena itu tadi mengonsumsi MSG itu pada batas tertentu, karena jika kebanyakan makanannya pun menjadi tidak enak. Makanannya jadi tidak dimakan," tegas Hardinsyah.
Infografis Obesitas
Advertisement