Liputan6.com, Jakarta - Rakyat Negeri Ginseng telah menjatuhkan pilihan mereka pada Yoon Suk-yeol sebagai presiden terpilih Korea Selatan. Sosoknya dikenal sebagai seorang politisi konservatif yang anti-feminis.
Dikutip dari Vice World News, Jumat (11/3/2022), Yoon Suk-yeol mengalahkan saingan liberalnya, Lee Jae-myung, dengan selisih hanya 0,73 poin persentase ketika penghitungan suara selesai pada Kamis pagi, 10 Maret 2022. Hasil ini menjadikan pemilihan presiden terketat di negara itu sejak sistem pemilihan saat ini diadopsi pada 1987.
Yoon Suk-yeol akan menjabat selama lima tahun mulai Mei 2022. "Ini adalah kemenangan orang-orang hebat," kata Yoon pada Kamis dini hari.
Advertisement
Baca Juga
Yoon melanjutkan, "Sekarang kompetisi sudah berakhir. Kita semua harus bekerja sama untuk menjadi satu demi bangsa dan negara."
Yoon dikenal karena sikap tegas melawan korupsi saat bertugas sebagai jaksa penuntut negara. Ia akan menghadapi berbagai situasi kompleks di negerinya, seperti kenaikan harga perumahan, pengangguran kaum muda, dan ancaman nuklir yang berkembang dari negara tetangga Korea Utara.
Yoon juga ditugaskan untuk menjembatani kesenjangan politik yang parah dan membawa stabilitas ekonomi yang diredam oleh pandemi Covid-19. Yoon telah menjanjikan jeda dari politik liberal Presiden Moon Jae-in yang akan segera purnatugas.
Hal tersebut berpotensi mengantarkan era baru kebijakan yang semakin konservatif di hampir semua lini, terutama ketika menyangkut masalah gender. Meskipun baru mengenal politik, presiden terpilih Korea Selatan dengan cepat membangun basis penggemar di antara warga senior dan pria muda yang membenci feminisme.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Anti-Feminis
Pria berusia 61 tahun itu telah berjanji untuk menghapus Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga. Kementerian ini dibentuk pada 2001 untuk menetapkan kebijakan terkait gender dan mendukung korban kekerasan dalam rumah tangga dan seksual. Yoon mengatakan bahwa kementerian itu memperlakukan pria seperti "calon penjahat".
"Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga harus segera dihapuskan karena itu adalah lembaga yang paling tidak berguna di pemerintahan kita sejauh ini," kata Yu Jun-beom, pria berusia 23 tahun yang memilih Yoon, kepada VICE World News di luar sebuah tempat pemungutan suara di Seoul pada Rabu.
"Uang yang masuk ke dalamnya harus diinvestasikan pada sesuatu yang lebih berharga," tambahnya.
Advertisement
Kata Kelompok Solidaritas
Yoon juga telah berjanji untuk memberikan hukuman yang lebih berat bagi mereka yang membuat klaim palsu tentang kekerasan seksual dan menyangkal bahwa sistem politik dan sosial saat ini menguntungkan pria secara tidak adil.
"Dia hanya tidak mampu memahami itu masalah di sini. Kampanyenya menyangkal itu ada dan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka akan bekerja untuk mempromosikan kesetaraan gender," jelas Kwon Soo-hyun, presiden dari kelompok sipil Solidaritas Politik Perempuan Korea yang berbasis di Seoul kepada VICE World News.
Mengenai keamanan nasional, Yoon mengatakan dia ingin membangun teknologi untuk meluncurkan serangan pendahuluan ke Korea Utara jika diperlukan. Ini akan menandai perubahan drastis dari sikap Presiden Moon, yang mengedepankan diplomasi dan diskusi dengan tetangganya untuk meredakan ketegangan.
Sosok Yoon
Dibesarkan oleh orangtua profesor, Yoon berasal dari keluarga kaya dan belajar hukum di Seoul National University yang kompetitif. Ia telah menghabiskan sebagian besar kariernya selama 27 tahun sebagai jaksa negara di pemerintahan konservatif dan liberal dan menjabat sebagai jaksa agung negara di pemerintahan Moon.
Dia mengadili beberapa kasus korupsi profil tinggi, termasuk pemakzulan mantan presiden Park Geun-hye. Ia juga telah membangun reputasi sebagai jaksa antikorupsi tanpa kompromi.
Advertisement