Jelajah Ekowisata Sungai Mudal di Desa Wisata Jatimulyo

Desa Wisata Jatimulyo menyimpan potensi alam yang kaya, mulai dari ekowisata hingga gua.

oleh Putu Elmira diperbarui 06 Apr 2022, 08:01 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2022, 08:01 WIB
Ekowisata Taman Sungai Mudal
Ekowisata Taman Sungai Mudal. (dok. Ekowisata Taman Sungai Mudal)

Liputan6.com, Jakarta - Desa Wisata Jatimulyo jadi salah satu lokasi keanekaragaman hayati, juga budaya di Yogyakarta. Ini diketahui usai dilakukan beragam penelitian dan identifikasi potensi di desa yang terletak di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo ini.

Dikutip dari Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kemenparekraf, Selasa, 5 April 2022, desa wisata ini memiliki keunggulan baik dalam potensi alam, fungsi ekologis dan hidrologis, serta keragaman budaya. Itu membuatnya punya segudang daya tarik wisata.

Salah satunya, Ekowisata Taman Sungai Mudal yang dikelola oleh warga setempat. Berawal pada 2015, saat warga bergotong royong membersihkan dan mempercantik sekitar sungai.

"Di beberapa bibir sungai, kanan-kiri kita bersihkan pelan-pelan, bikin tempat duduk, taman untuk menghias di Sungai Mudal," kata Mudiheriyanto selaku Ketua Pengelola Ekowisata Taman Sungai Mudal saat dihubungi Liputan6.com, pada 2020 lalu.

Awalnya, Sungai Mudal hanya dimanfaatkan sebagai sumber air oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Lalu, warga berinisiatif membersihkan dan mengubah wajah Sungai Mudal.

"Di bawahnya kurang terawat. Ada ranting dan sampah-sampah dedaunan berserakan di sungai. Inisiatif dari masyarakat sekitar sini karena kalau kita bersihkan bareng-bareng, gotong royong, kerja bakti biar sungai terlihat indah, bersih, dan sehat," lanjutnya.

Ekowisata Sungai Mudal lantas kian dikenal dan mendorong perputaran roda ekonomi warga. "Selama ada wisata ini berdampak positif. Alhamdulillah kita bersyukur dulunya belum ada warung, sekarang ada beberapa," kata Mudiheriyanto.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Ekowisata Taman Sungai Mudal

Ekowisata Taman Sungai Mudal
Ekowisata Taman Sungai Mudal di Dusun Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, D.I. Yogyakarta. (dok. Ekowisata Taman Sungai Mudal)

Selain bersantai dan berenang, Ekowisata Taman Sungai Mudal juga menyediakan atraksi, dari flying fox hingga area berkemah. Wisata tersebut menghadirkan fasilitas, seperti musala, toilet, pendopo, gazebo kecil, dan free WiFi.

Harga tiket masuk Rp10 ribu untuk dewasa dan Rp2 ribu untuk anak-anak. Parkir motor dikenakan biaya Rp2 ribu, Rp5 ribu untuk mobil, dan Rp10 ribu untuk mini bus hingga bus.

Wisatawan bisa berkemah di Ekowisata Taman Sungai Mudal dan pengelola menyediakan tenda dengan kisaran Rp35 ribu per orang untuk satu hari satu malam. Tersedia juga kayu untuk api unggun dan ada pihak setempat yang berjaga di lokasi.

Paket Wisata

Desa Ramah Burung Jatimulyo (Foto: Fransisca Noni)
Desa Ramah Burung Jatimulyo (Foto: Fransisca Noni)

Desa wisata ini juga menyediakan beberapa paket wisata, yakni paket Live In selama tiga hari dua malam dengan harga Rp326 ribu per orang. Paket ini menawarkan paket wedus, paket dawet, paket bubut, makan delapan kali, dan menginap dua malam.

Ada juga Paket Agroforestry Wanapaksi dengan tarif Rp299 ribu per orang. Fasilitas yang didapatkan mulai dari welcome drink, guide, tracking burung, budidaya lebah klanceng, pengolahan gula, belajar tentang kopi, coffee cuping, makan siang, tracking kembang soka, suvenir, dan makanan lokal.

Wisata Kuliner

Dawet Sambel
Dawet Sambel (Tangkapan Layar Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kemenparekraf)

Wisatawan juga bisa ikut atraksi Kuliner Dawet Sambel senilai Rp19 ribu per orang. Aktivitas ini mengajak wisatawan belajar membuat dawet sambel dan mendapat welcome drink, mencari bahan baku, proses pembuatan dawet sambel, dan satu porsi dawet sambel.

Dawet Sambel adalah kuliner khas pegunungan Menoreh, terkhusus kelurahan Jatimulyo. Sajian ini bercita rasa gurih, pedas, dan manis, perpaduan antara dawet (cendol) dengan taburan bawang goreng, irisan tahu goreng, tauge, nira kelapa, dan sambal.

Bahan baku pembuatan cendol adalah sari pathi umbi tanaman ganyong. Kuliner unik ini telah ada sejak puluhan tahun dan bisa didapatkan di pasar-pasar tradisional seputaran perbukitan Menoreh.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya