Tidak Semua Orang Jepang Ingin Turis Asing Kembali ke Negaranya

Mulai Juni 2022, Jepang akan melonggarkan pembatasan masuknya turis asing ke negara itu. Tapi, aturan ini ternyata tidak disambut semua orang Jepang.

oleh Asnida Riani diperbarui 16 Mei 2022, 14:02 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2022, 14:02 WIB
Jepang Nikmati Musim Bunga Sakura di tengah Kekhawatiran COVID-19
Orang-orang melihat bunga sakura yang bermekaran dari bus wisata terbuka di Tokyo, Kamis, 31 Maret 2022. Bunga sakura, atau "sakura", adalah bunga favorit Jepang dan biasanya mencapai puncaknya pada akhir Maret hingga awal April. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Mulai Juni 2022, Jepang akan melonggarkan pembatasan masuknya turis asing ke negara itu, Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida mengumumkan pada 5 Mei 2022. Menurut Fuji News Network, seperti dirangkum Mothership, Senin (16/5/2022), pemerintah Negeri Sakura akan mengizinkan wisatawan yang telah menerima tiga suntikan vaksinasi COVID-19 untuk memasuki wilayahnya.

Wisatawan mancanegara ini perlu membeli paket wisata dengan jadwal tetap. Pertimbangan ini bermaksud agar biro perjalanan dan pihak terkait dapat mengelola arus masuk pelancong dengan lebih baik. Batasan wisatawan yang masuk juga akan ditingkatkan dari saat ini 10 ribu jadi 20 ribu, Nikkei Asia melaporkan. Namun, hal itu akan tetap dipantau.

Jika situasi COVID-19 tetap stabil, program akan diperluas ke lebih banyak wisatawan. Tapi, pelonggaran itu tak disambut baik sebagian orang Jepang. Mereka tidak berharap menyambut kembali wisatawan mancanegara, menurut CNBC. Pada 2019, Jepang menyambut 32 juta turis, sehingga terjadi over-tourism di beberapa lokasi.

Dai Miyamoto, pendiri biro perjalanan Jepang, Japan Localised, mengatakan bahwa di kota yang kaya akan budaya seperti Kyoto, banyak turis asing di kota itu yang bersikap kasar pada penduduk setempat dan berbicara dengan lantang. Karena itu, penduduk setempat jadi menghargai "keheningan" yang telah kembali selama pandemi, tambahnya.

Pernyataan ini disepakati Lee Xian Jie, kepala pengembang perusahaan tur lainnya, Craft Tabby. Ia menyoroti bahwa "banyak orang" cukup kecewa dengan pariwisata massal di Kyoto. Orang Jepang sekarang jadi menghargai situasi saat ini, tambahnya, dengan mengatakan, "Rasanya seperti Kyoto 20 tahun lalu. Kyoto tua yang baik."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bergantung pada Pariwisata Lokal

Kyoto, Jepang
Kyoto, Jepang. (Liputan6/Pixabay)

The New York Times lebih lanjut mengutip jajak pendapat yang dilakukan outlet media Jepang NHK. Tercatat di sana bahwa lebih dari 65 persen responden menyetujui tindakan perbatasan saat ini atau percaya bahwa aturan tersebut justru harus diperkuat.

Miyamoto mengatakan, banyak agen tur Jepang telah beralih ke pariwisata domestik, dengan sedikit orang Jepang yang bepergian ke luar negeri. Agen tur sekarang melayani permintaan domestik untuk pengalaman luar ruangan, seperti berkemah dan kunjungan onsen.

Menurut Badan Pariwisata Jepang, bahkan sebelum pandemi, konsumsi pariwisata domestik di Jepang melebihi volume pariwisata internasional. Pada 2019, konsumsi pariwisata domestik mencapai 21,9 triliun yen. Sebagai perbandingan, konsumsi pengunjung internasional mencapai 4,81 triliun yen untuk tahun yang sama.

Selain itu, mengingat pengeluaran wisatawan asing berkontribusi kurang dari lima persen produk domestik bruto Jepang secara keseluruhan, tidak mengherankan bahwa pemerintah telah memprioritaskan industri lain dan perbatasan tetap ditutup, Shintaro Okuno, mitra dan ketua perusahaan konsultan bisnis Bain & Company Jepang, mengatakan.

 

 

Tidak Semua Orang Jepang

Mengunjungi Kuil yang Jadi Situs UNESCO di Kyoto
Wisatawan mengunjungi kuil Buddha Kiyomizu-dera di Kyoto, Jepang (31/10/2019). Kuil ini adalah situs Warisan Dunia UNESCO dan salah satu tempat wisata paling terkenal di Kyoto. (AP Photo / Aaron Favila)

CNBC mencatat bahwa tidak semua orang Jepang memiliki sentimen yang sama atas turis asing. Beberapa profil yang diwawancarai di Tokyo mengatakan bahwa pemerintah harus melonggarkan aturan untuk mengizinkan lebih banyak orang asing dan normal untuk melanjutkan pelonggaran perbatasan saat ini.

Sebelumnya, Jepang telah menyebut berencana mencabut larangan masuk bagi warga dari 106 negara, menurut pernyataan pemerintah negara itu, 6 April 2022. Namun, keterangan ini menyebabkan kebingungan di media sosial dan disebut memberi harapan palsu bahwa turis akan segera diizinkan masuk ke Negeri Sakura, menurut Japan Times.

"Pada kenyataannya, tidak akan ada perubahan siapa yang bisa masuk ke Jepang," kata seorang pejabat Kementerian Kehakiman Jepang. "Tidak akan ada orang baru yang bisa masuk ke Jepang sebagai akibat dari perubahan ini."

Artinya, pelajar asing, peneliti, dan pelancong bisnis yang telah diizinkan masuk ke Jepang sejak 1 Maret 2022 akan terus dapat memasuki negara itu. Meski begitu, harus digarisbawahi bahwa turis tetap dilarang masuk, setidaknya sampai Juni 2022 merujuk aturan terbaru.

Tutup Perbatasan karena Pandemi

Hutan Bambu Sagano di Jepang
Wisatawan menaiki becak untuk berkeliling Hutan Bambu Sagano di Arashiyama, Kyoto, Jepang pada 8 Desember 2018. Hutan ini juga menjadi tempat yang cocok untuk jalan-jalan santai atau bersepeda. (Behrouz MEHRI / AFP)

Kementerian Kehakiman Jepang telah melarang masuknya orang asing dari negara-negara di mana Kementerian Luar Negeri mereka mengeluarkan peringatan perjalanan tentang penyebaran penyakit menular. Pengecualian aturan ini adalah dalam kasus, seperti pasangan warga negara Jepang.

Peringatan berkisar dari level satu (rendah) hingga empat (tinggi). Jika suatu negara ditetapkan sebagai level tiga atau lebih tinggi, Kementerian Kehakiman Jepang secara otomatis melarang kedatangan orang dari negara-negara tersebut, dan sebaliknya.

Menurut pejabat Kementerian Kehakiman Jepang, revisi aturan awal bulan lalu didasarkan pada Kemlu menurunkan tingkat siaga 106 negara itu pada 1 April 2022. Namun, karena Kemlu masih membatasi penerbitan visa di kedutaan besar di luar negeri, Jepang terus membatasi siapa yang bisa masuk ke wilayah mereka.

Negeri Matahari Terbit menutup perbatasannya bagi turis asing pada April 2020, dan beberapa waktu lalu membuka pintu kembali untuk pelajar, akademisi, dan pekerja asing. Jepang, yang dulunya merupakan "destinasi terpencil turis" yang menarik hanya lima juta pengunjung pada 2003 kemudian mengalami lonjakan. Kunjungan wisatawan mancanegara membengkak jadi lebih dari 30 juta pada 2019.

Infografis 4 Cara Tampil Menawan Saat Foto Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 4 Cara Tampil Menawan Saat Foto Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya