Liputan6.com, Jakarta - Ratu Elizabeth II dikenal sebagai pemilik barang koleksi seni terbanyak di dunia. Sebagian dari barang koleksi itu berkaitan dengan Kerajaan Inggris.
Koleksi barang-barang tersebut dikelola oleh Royal Collection Trust, atau RCT, yang merupakan badan amal yang memelihara koleksi seni monarki dan didanai dari penerimaan pengunjung ke istana kerjaan.
Baru-baru ini mereka mengkurasi benda-benda seni yang dianggap menyinggung soal ras, perbudakan, kedikdatoran dan disabilitas. Entah kebetulan atau tidak, keluarga Kerajaan Inggris mendapat tekanan mengenai masa lalu mereka yang dinilai berkaitan dengan isu-isu tersebut, terutama perbudakan.
Advertisement
Baca Juga
Barang-barang yang dianggap menghubungkan pihak kerajaan Inggris dengan keempat isu tersebut akan disingkirkan atau diremajakan atau diubah menjadi lebih modern.
Dilansir dari The Sun, 13 Juli 2022, selama setahun terakhir ini ada lebih dari 2.500 lukisan, foto dan karya seni lainnya termasuk yang dipajang di Istana Buckingham dan Kastil Windsor, telah dikurasi.
Hasinya, beberapa koleksi dianggap bisa menyinggung atau memprovokasi pihak-pihak tertentu sehingga harus dicabut atau diubah tulisan atau keterangan dari barang-barang tersebut.
"Untuk beberapa barang, mereka hanya mengubah nama atau keterangannya menjadi terkesan lebih modern agar tidak menyudutkan pihak kerajaan," ungkap seorang sumber. Pihak RCT sendiri belum pernah mengungkapkan barang-barang seni apa saja yang tidak lolos tes atau kurasi.
Namun kabarnya mereka menyertakan foto Sir Thomas Picton yang dijuluki ‘the Hero of Waterloo’ yang dikaitkan dengan perdagangan budak dalam daftar kurasi. Lalu ada tulisan karya seniman Italia Domenichino yang diubah dari “Epileptic Boy (bocah epilepsy)” menjadi “boy with epilepsy (bocah dengan epilepsy)”.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Anti Penghapusan Perbudakan
Koleksi lainnya yang masuk daftar kurasi adalah sekitar 1.500 foto bertema Imperium Britania yang memperlihatkan perjalanan Pangeran Edward dari Waes ke India pada 1921 yang menjadi negara jajahan mereka. Koleksi tersebut disingkrkan karena dikhawatirkan bisa menyinggung pihak-pihak tertentu.
Para kurator menyatakan mereka butuh riset lebih lanjut untuk mengkurasi sejumlah foto termasuk foto sekelompok pria di Singapura pada 1901 dan tamu dari Tiebt di Calcutta Turf Club pada 1905.
Potret lainnya yang juga dinilai berpotensi menjadi polemik adalah potret mantan Menteri Dalam Negeri Inggris Henry Dundas yang pernah menunda aturan penghapusan perbudakan. Hal serupa juga akan terjadi pada potret mantan Perdana Menteri Inggris Sir Robert Peel yang juga anti penghapusan perbudakan dan William Beckford yang pernah memiliki budak.
Entah kebetulan atau tidak, belakangan ini kunjungan anggota Kerajaan Inggris ke sejumlah negara yang pernah menjadi jajahan mereka kerap mendapat protes. Salah satunya adalah kunjungan Pangeran William dan Kate Middleton ke beberapa negara di Karibia di awal tahun ini yang disambut protes sejumlah pihak.
Advertisement
Komentar Rasis
Hal serupa juga terjadi di Jamaika yang menganggap negara-negara Britania berperan dalam masalah perbudakan di sana. Pangeran William pernah menanggapi hal tersebut dan mengatakan kalau hal seperti itu (perbudakan) seharusnya tidak pernah terjadi.
Di sisi lain, Pangeran Harry dan Meghan Markle juga ikut mengangkat isu tersebut di tahun lalu. Mereka menyebutkan salah seorang anggota keluarga Kerajaan Inggris membuat komentar rasis tentang anak mereka.
Tak hanya mengkoleksi barang-barang seni, Ratu Elizabeth II punya hobi atau koleksi lain yang cukup unik. Hobi tersebut juga disebut-sebut bernilai sangat mahal, yaitu mencapai 100 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,9 triliun.
Dilansir dari laman Mirror, hobi yang ditekuni Ratu Elizabeth sejak masih muda itu adalah mengoleksi prangko. Ia kini sudah berhasil mengumpulkan koleksi prangko langka dari berbagai masa dengan harga yang luar biasa.
Salah satu koleksi berharga Ratu Elizabeth adalah perangko tahun 1847 yang berasal dari Kantor Pos Mauritius. Prangko ini awalnya dibeli oleh kakek Ratu Elizabeth, Raja George V pada 1904.
Koleksi Prangko
Saat itu, Raja George V membeli prangko tersebut dengan harga 1.450 pound sterling atau sekarang setara dengan 60 ribu pound sterling (Rp1,1 miliar).
Prangko tersebut kemudian diberikan kepada Ratu Elizabeth dan dipamerkan ke publik pada 2002 dalam pameran keliling yang digelar untuk merayakan Queen's Golden Jubilee.
Ratu Elizabeth pernah menjual beberapa koleksinya pada 2001 dan 2002. Saat itu koleksi prangko Ratu Elizabeth laku terjual dengan harga 750 ribu pound sterling atau sekitar Rp14,2 miliar.
Ratu Elizabeth kemudian memakai uang hasil penjualan salah satu koleksinya untuk membeli prangko baru. Waktu itu ia membeli 10 set unik prangko berperekat pertama, Penny Blacks, dengan harga 250 ribu poundsterling (Rp4,8 miliar).
Selama puluhan tahun, Ratu Elizabeth terus menambah koleksinya. Sang Ratu memiliki lebih dari 300 album dan sekitar 200 kotak penyimpanan prangko. Saat tidak sedang dipamerkan, koleksi prangkonya akan disimpan di brankas Istana St. James. Pakar kerajaan, Phill Dampier, menyebut Ratu Elizabeth sangat suka memamerkan koleksinya kepada pengunjung istana.
Advertisement