Liputan6.com, Jakarta - Sampah tekstil telah tercatat dalam jumlah mengkhawatirkan di seluruh dunia. Karena itu, perlu kesadaran dari setiap orang untuk menekan angka tersebut, bahkan dengan aksi-aksi yang dianggap kecil.
Anda juga tidak terkecuali. Tidak perlu langsung dengan langkah besar, kontribusi yang bisa dengan mudah Anda berikan adalah memperpanjang usia baju bekas, supaya tidak langsung jadi limbah yang akhirnya menambah beban tempat pembuangan akhir (TPA).
Advertisement
Baca Juga
Pendiri dan direktur kreatif Sejauh Mata Memandang, Chitra Subyakto, pun memberikan tips simpel terkait praktiknya berdasarkan pengalaman pribadi. Pertama, ia kerap kali memanfaatkan baju bekas jadi kantong belanja.
"Bagian tangan dipotong, bagian bawah dijahit. Jadi deh," katanya dalam jumpa pers virtual, pekan lalu. Selain itu, busana yang sudah tidak terpakai juga bisa dimanfaatkan sebagai sarung bantal.
Chitra berkata, "Sebenarnya bisa dijahit, tapi kalau aku tinggal dimasukin saja bantalnya (ke dalam baju bekas). Apalagi, kalau secara motif masih suka banget, itu enggak masalah."
"Karena aku punya hewan peliharaan," ia melanjutkan. "Aku juga memanfaatkan (baju bekas) jadi mainan mereka."
Chitra juga mengajak publik kreatif dalam rework busana. Pasalnya, baju bekas itu bisa dialih fungsi sebagai patch, memberi tampilan baru pada busana lama. "Tapi, kalau (pakaian) tidak berbahan poliester, sebenarnya bisa ditanam saja, nanti juga terurai," tuturnya.
Di samping, ia juga merekomendasikan untuk memberikan pakaian bekas ke pihak-pihak tertentu untuk didaur ulang. "Sejauh Mata Memandang juga ada program ini, bekerja sama dengan mitra kami. Biasanya akan diumumkan di akun media sosial kami," ucap Chitra.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Instalasi Seni
Dalam perpanjangan ide tersebut, Sejauh Mata Memandang tengah mempersembahkan instalasi seni bertajuk "Kisah Punah Kita" dalam pergelaran ARTJOG 2022. Pameran seni tahunan yang sudah eksis sejak 2008 ini kembali terselenggara di Jogja Nasional Museum (JNM), Yogyakarta pada 8 Juli sampai 4 September 2022.
Melalui itu, Chitra pun mengajak Anda jadi "bagian dari solusi, bukan polusi," merujuk pada krisis iklim di depan mata. Instalasi seni ini bermaksud jadi pengingat betapa dekatnya kita dengan kepunahan, namun hal tersebut sebenarnya masih bisa dicegah dengan melakukan hal-hal nyata.
Percaya seni adalah medium berkomunikasi lewat rama, dengan lebih mudah diterima dan diahami, instalasi seni ini dibuat pendekatan sederhana. Juga, memanfaatkan berbagai bahan sehari-hari sebagai medium untuk menyampaikan pesan. Pengunjung diajak berinteraksi dan berkaca, serta akhirnya sadar bahwa kita adalah spesies yang akan punah akibat ulah kita sendiri.
Kisah Punah Kita secara penuh didukung ARTJOG, LynxFilms, Samsung, Taco, Cuit, Haka Sumatra, Forum Konservasi Leuser, Magnifique, Yayasan Dian Sastrowardoyo, dan Mata Studio.
Advertisement
Pakai Bahan-Bahan Daur Ulang
Lebih lanjut Chitra bercerita bahwa instalasi seni ini dipersiapkan pihaknya selama tujuh bulan. Harus dipahami, ia menambahkan, isu krisis iklim tidak bisa diatasi sendiri. "Penanganannya butuh kerja sama yang panjang dan berkelanjutan," tuturnya.
Selaras dengan itu, lini mode slow fashion ini memanfaatkan dinding yang sebagiannya sudah terpakai. "Kainnya juga," kata Chitra. "75 persen kain (di instalasi seni) sudah pernah terpakai. Nantinya juga setelah pamerannya sudah selesai, barang seperti dinding dan panelnya akan digunakan lagi untuk pameran selanjutnya."
Sementara itu, barang yang tidak digunakan lagi akan diberikan pada mitra pengolah sampah untuk nantinya didaur ulang jadi produk lain. Chitra menyebut bahwa ada banyak hal yang sebenarnya ingin diutarakan pihaknya untuk menggerakkan upaya sekecil apapun guna menyelamatkan Bumi.
Karena itu, mereka membuat “Sejauh Rumah Kita” dari perpanjangan pesan instalasi seni di ARTJOG 2022. Chitra menyebutnya sebagai ruang belajar bersama untuk sama-sama bertindak nyata untuk ibu Bumi.
Ragam Workshop
Nantinya akan ada interaksi dengan berbagai komunitas di Sejauh Rumah Kita melalui sederet acara yang rutin diadakan secara terjadwal. "Biasanya hari Sabtu dengan jadwal yang berbeda-beda," Chitra mengatakan.
Acara workshop rutin ini dibagi dalam dua sesi, pagi dan sore, dengan materi beragam seputar slow living, praktik-praktik sederhana dalam menjaga lingkungan, serta berbagai tips yang akan dibagikan pemateri dari berbagai komunitas di Yogyakarta.
Chitra berkata, "Sejauh Rumah Kita adalah kegiatan lanjutan dari instalasi di ARTJOG yang memberi jawaban atas pertanyaan ‘setelah sadar, kegiatan nyata apa yang bisa kita lakukan?’ yakni dengan melibatkan berbagai komunitas yang telah menjalani slow living dan berbagi ilmu, serta berbagai tips dalam merawat Bumi yang bisa diaplikasikan sehari-hari."
Sejauh Rumah Kita berlokasi di Rumah Simbah Studio, sebuah bangunan yang kental nuansa Jawa dan didirikan pada 1950-an yang beralamat di NG I / 1301 Jl Kp. Ngadiwinatan, Ngampilan, Yogyakarta 55261.
Advertisement