Liputan6.com, Jakarta - Pabrik Indarung I PT Semen Padang tengah diusulkan menjadi salah satu Warisan Dunia yang diakui The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Di tengah persiapan ini, seorang ahli teknik mesin dari Jerman bernama Albert Gieseler mengunjungi pabrik semen tersebut pada Jumat, 8 Juli 2022.
Albert didampingi oleh berbagai pihak yang terkait dengan pelestarian cagar budaya. Direktur Operasi PT Semen Padang Indrieffouny Indra menyampaikan kepada rombongan bahwa Pabrik Indarung I adalah pabrik semen pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, berdiri sejak 18 Maret 1910.
Advertisement
"Pabrik berusia 112 tahun itu tidak lagi dioperasikan sejak tahun 1999 karena masih menggunakan teknologi lama, yakni proses basah, dalam pengolahan bahan bakunya," kata Indrieffouny, dikutip Antara Sumbar, Rabu (27/7/2022).
Komisaris PT Semen Padang Khairul Jasmi menyebut terdapat ada empat pelopor modernisasi dan industrialisasi di Minangkabau, yakni jalur kereta api, tambang batu bara Ombilin-Sawahlunto (1892), Pabrik Indarung I (1910), dan Pelabuhan Teluk Bayur (Emmahaven, dibangun1888-1893).
"Jalur kereta api dan tambang tua batu bara Ombilin-Sawahlunto telah dikukuhkan sebagai World Heritage (warisan dunia) kota tambang tua pada 6 Juli 2019. Sementara Pabrik Indarung I belum," kata Khairul. Ia mengaku telah mengurus Pabrik Indarung I untuk menjadi salah satu Warisan Dunia UNESCO jauh sebelum pandemi Covid-19 ke Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Ristek RI.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentang Pabrik Indarung I
Dikutip dari Bisnis Liputan6.com, Pabrik Indarung I di kawasan PT Semen Padang adalah pabrik semen tertua di Asia Tenggara. Pabrik ini mulanya bernama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang dibangun oleh pemerintah Belanda.
Kehadiran pabrik semen ini kala itu mempermudah pembangunan tanpa harus mendatangkan bahan baku dari Eropa. Lokasi pabrik Indarung I membutuhkan waktu 30 menit dari pusat Kota padang dan 60 menit dari Bandara Minangkabau.
Pabrik semen ini berjarak sekitar satu kilometer dari pintu kawasan PT Semen Padang. Dahulu, lokasi pabrik tak jauh dari sumber baku pembuatan semen.
Begitu sampai di lokasi, pengunjung diwajibkan untuk mengenakan alat pelindung diri (APD). Hal tersebut bertujuan untuk melindungi para tamu dari hal yang tidak didinginkan, mengingat bangunan tersebut telah berusia ratusan tahun.
Saat berada di kawasan pabrik tembok tebal khas pabrik masih kokoh berdiri. Garis polisi juga terpasang di sejumlah titik. Tampak pula pipa-pipa besar yang telah berkarat masih bertahan di tempatnya.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Bangunan Ratusan Tahun
Pipa-pipa besar dahulu digunakan untuk salah satu proses pembuatan semen. Kala itu, pabrik Indarung I berkapasitas 700 ton per hari. Pabrik buatan Belanda ini lantas beralih nama menjadi Pabrik Semen Indarung pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dalam perjalanannya, pabrik sempat kembali dikuasai Belanda sebelum akhirnya resmi dinasionalisasi pada 5 Juli 1958. Karena bangunan yang menarik, Pabrik Semen Indarung I rencananya dikembangkan sebagai industrial heritage.
Dengan industrial heritage, nantinya masyarakat umum dapat melihat langsung pabrik yang menjadi pionir industri semen di Indonesia. Area pabrik saat ini baru bisa dikunjungi dengan izin pihak PT Semen Padang, misalnya untuk pemotretan.
Kepala Biro Humas Semen Padang Nur Anita Rahmawati menyatakan pihaknya masih mengupayakan agar Pabrik Indarung I dapat industrial heritage yang nantinya dapat terbuka untuk masyarakat. Hal terpenting yang dilakukan, adalah perawatan berkala dan menjaga sisa-sisa yang ada.
"Itu masih terus diupayakan ya (untuk industrial heritage). Kalau sekarang fokus perawatan dan penjagaan. Karena itu banyak besi tua yang dapat diincar orang tidak bertanggung jawab," kata Anita.
Sawahlunto
Sebelumnya, tambang batubara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Sawahlunto adalah kota di Sumatera Barat yang sangat terkenal sebagai salah satu kota penghasil batubara di dunia.
Penentuan pemenang nominasi Warisan Dunia dibahas pada pertemuan World Heritage Commitee (WHC) UNESCO ke-43 di Baku, Azerbaijan, pada 30 Juni--10 Juli 2019. Dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri, ada tiga nilai menakjubkan dari penominasian Tambang Batubara Ombilin di Sawahlunto sebagai Warisan Dunia.
Pertama, Dirjen Kerjasama Multilateral Kemlu Febrian Ruddyard menyebut bahwa Tambang Ombilin menunjukkan perkembangan teknologi perintis abad ke-19 yang menggabungkan antara ilmu teknik pertambangan bangsa Eropa dengan kearifan lingkungan lokal, praktik tradisional, dan nilai-nilai budaya dalam kegiatan penambangan batubara yang dimiliki oleh masyarakat Sumatera Barat.
Kedua, hubungan industri tambang batubara, sistem perkeretaapian, dan pelabuhan berperan penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial di Sumatera dan di dunia. Perpaduan antara pendekatan unik metode fusion dan hubungan sistemik ini bahkan diadopsi oleh tambang batu bara di Afrika Selatan pada pendudukan Belanda di sana.
Ketiga, nominasi Ombilin menggambarkan dinamisnya interaksi sosial dan budaya antara dunia Timur dan Barat, yang berhasil mengubah daerah tambang terpencil menjadi perkotaan dinamis dan terintegrasi, yang terdiri dari masyarakat multi-etnis dan multi-agama. Dilansir dari laman whc.unesco.org, Sawahlunto adalah kota tambang batubara tertua di Asia Tenggara dengan kawasan yang dikelilingi sejumlah bukit, seperti Bukit Pola, Bukit Pari, dan Bukit Mato.
Advertisement