Menteri LHK Dorong UMKM Manfaatkan Madu dan Kelor untuk Tembus Pasar Dunia

Madu hutan dan daun kelor sangat berpotensi memiliki nilai jual yang tinggi baik dipasar nasional maupun internasional.

oleh Henry diperbarui 15 Agu 2022, 21:33 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2022, 21:06 WIB
5 Poin Penting Era Baru Pengelolaan Sampah di Indonesia yang Diluncurkan di HPSN 2021
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam puncak peringatan HPSN 2021. (dok. Biro Humas KLHK)

Liputan6.com, Jakarta - Melalui Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSI LHK) Kuok, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar memberikan dukungan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) petani hutan di Kampar lebih siap menembus pasar nasional bahkan dunia.

Hal itu dikatakan Menteri LHK saat meresmikan Eco Bee Park yang terletak di Arboreatum Balai Penerapan Standarisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSI LHK) Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Minggu 14 Agustus 2022.

Taman ini akan menjadi lokasi pameran pengolahan hasil hutan bukan kayu dari hulu hingga hilir khususnya madu hutan agar semakin dikenal dan disukai masyarakat. Selain itu untuk memajukan UMKM yang berusaha dalam pemanfaatan madu hutan di Kabupaten Kampar.

"Perintisan Eco Bee Park ini termasuk bagian dari Perhutanan Sosial karena ada akses bagi masyarakat bisa masuk untuk mengelola kawasan hutan dengan cara cara, teknik dan aturan atau syarat tertentu," ucap Menteri Siti Nurbaya Bakar, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Di depan para pelaku UMKM, Forkompimda Kabupaten Kampar dan para tokoh masyarakat Menteri Siti menekankan agar semua pihak bersatu, bekerjasama saling dukung mengembangkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan produk hutan bukan kayu. Contohnya adalah madu hutan, daun kelor, dan tanaman taxsus yang sangat berpotensi memiliki nilai jual yang tinggi baik dipasar nasional maupun internasional.

Menteri Siti juga meminta para tokoh, anggota dan pimpinan kelompok masyarakat serta kelompok tani hutan bisa melihat bersama-sama, tentunya dengan para ahli dan peneliti dari kementerian untuk melihat ada spesies-spesies yang bernilai sangat tinggi atau nama lainnya bioprospeksi.

"Itu barang-barang yang ada di alam yang bernilai mahal, yang kalau kita nggak tahu itu diteliti oleh orang luar lalu diambil dibawa keluar, itu tidak boleh terjadi lagi, jadi mari kita semua sama sama menjaga," terangnya.

BPSI LHK Kuok sebagai Unit Pelaksana Tugas (UPT) KLHK di lapangan diharapkan oleh Menteri Siti bisa menjadi pemicu pengembangan berbagai usaha masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pemberdayaan Masyarakat

Menteri LHK Dorong UMKM Manfaatkan Madu dan Kelor untuk Tembus Pasar Dunia
Menteri LHK Dorong UMKM Manfaatkan Madu dan Kelor untuk Tembus Pasar Dunia.  foto: dok. KLHK

"Kita berupaya di jajaran Kementerian dan UPT UPT kita untuk melihat bagaimana di lapangan apa yang terbaik dan apa yang harus kita bisa kembangkan untuk rakyat," tuturnya.

Selain melakukan peresmian Eco Bee Park dan berdialog dengan para pelaku UMKM serta Kelompok Wanita Tani, pada kesempatan tersebut Menteri Siti juga memberi dukungan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan di Kabupaten Kampar. 

Salah satunya melalui Bantuan Pengembangan Perhutanan Sosial Nusantara (Bang Pesona) untuk dua Kelompok Tani Hutan, yaitu KTH Tuah Tani Tonggak Negeri, Desa Kepau Jaya, Kec. Siak Hulu, dan KTH Bukit Keramat Desa Silam, Kec. Kuok.

Selain Menteri LHK, acara tersebut juga dihadiri Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (DASRH), Kepala Badan Standarisasi Instrumen LHK, Tenaga Ahli Menteri Bidang Komunikasi Digital dan Media Sosial. Lalu ada Direktur Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengaman Hutan, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan jajaran pemerintah daerah setempat.

Sementara itu, Bupati Kampar, Kamsol merasa terbantu dengan keberadaan BPSI LHK yang telah memberikan bantuan penelitian untuk pengembangan usaha masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan berupa madu, daun kelor, dan tanaman taxsus.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tak Selebar Daun Kelor

Menggunakan Masker Madufi
Ilustrasi Madu Credit: unsplash.com/Alexander

Menurut Kamsol, UMKM di wilayahnya yang sudah bisa berdagang hingga pasar ekspor merupakan hasil dari bimbingan yang dilakukan oleh BPSI LHK Kuok.  "Berkat dukungan kepala BPSI Kuok sudah banyak UMKM yang saat ini telah bisa masuk dalam pasar ekspor," ungkapnya.

Madu, daun kelor menjadi komoditas yang didorong untuk dikembangkan. Komoditas madu dari berbagai spesies lebah telah banyak dikenal sebagai makanan memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Begitu pula dengan daun kelor. Ada istilah dunia tak selebar daun kelor. Tapi faktanya, daun kelor (Moringa oleifera) semakin dikenal karena punya kandungan gizi yang sangat tinggi sehingga menyehatkan tubuh.

Daun kelor juga kerap dikaitkan dengan berbagai hal mistis. Sebagian masyarakat daerah meyakini bahwa daun ini bisa melunturkan susuk dan mengusir setan.  Terlepas dari berbagai hal mistis terkait, secara ilmiah daun kelor punya segudang manfaat.

Ini adalah tanaman asli India dan ditemukan juga di berbagai negara lain seperti Indonesia. Daun berwarna hijau dan berukuran kecil ini mengandung protein, vitamin, dan mineral, sehingga berguna untuk melawan kekurangan gizi.

Tak Ada Bukti Ilmiah

Ilustrasi daun kelor
Ilustrasi daun kelor. (Gambar oleh S V dari Pixabay)

Dikutip dari kanal Health Liputan6.com yang melansir dari Webmd, kelor merupakan sumber makanan penting di beberapa bagian dunia. Daun ini dapat ditanam dengan mudah dan mampu mempertahankan banyak nilai gizinya saat dikeringkan. Sebagai antioksidan, kelor membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan. Daun ini juga dapat membantu mengurangi peradangan dan mengurangi rasa sakit.

Di masyarakat umum kelor sering digunakan untuk asma, diabetes, menyusui, dan banyak tujuan lainnya, namun tidak ada bukti ilmiah yang baik untuk mendukung penggunaan daun ini.

"Namun, penelitian awal menunjukkan bahwa mengonsumsi 3 gram kelor dua kali sehari selama 3 minggu dapat mengurangi keparahan gejala asma dan meningkatkan fungsi paru-paru pada orang dewasa dengan asma ringan hingga sedang," mengutip Webmd, Sabtu 16 Agustus 2022.

Sedangkan, efek kelor pada pengendalian diabetes belum begitu jelas. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa mengonsumsi tablet kelor bersama dengan jenis obat yang disebut sulfonilurea tidak meningkatkan kontrol gula darah yang diukur dengan kadar hemoglobin A1C.

Namun, pada penderita diabetes tablet kelor tampak mengurangi kadar gula darah puasa dan pasca makan dibandingkan dengan mengonsumsi sulfonilurea saja.

Infografis Petani Kendeng
Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya