Cara Simpel Hilangkan Bahan Kimia Forever di Peralatan Masak Versi Ilmuwan

Metode yang sebelumnya diperkenalkan untuk menghancurkan bahan kimia forever memerlukan "usaha keras."

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Agu 2022, 07:02 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2022, 07:02 WIB
Ilustrasi masak sayur asem
Ilustrasi masak sayur asem (Photo by cottonbro on Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Bahan kimia forever yang digunakan dalam barang sehari-hari, seperti berbagai peralatan masak, telah lama dikaitkan dengan masalah kesehatan yang serius. Ahli kimia di Amerika Serikat (AS) dan China mengatakan akhirnya menemukan metode terobosan untuk mendegradasi senyawa pencemar ini, yang disebut sebagai PFAS, menggunakan suhu relatif rendah dan reagen umum.

Hasil catatan mereka diterbitkan dalam jurnal Science, melansir Japan Today, Senin, 22 Agustus 2022. "Itulah sebabnya saya mendalami sains, sehingga saya dapat memberi dampak positif pada dunia," penulis senior, William Dichtel, dari Universitas Northwestern mengatakan.

PFAS, atau zat per dan polifluoroalkil, pertama kali dikembangkan pada 1940-an dan sekarang ditemukan dalam berbagai produk, termasuk panci antilengket, tekstil tahan air, dan busa pencegah kebakaran. Seiring waktu, polutan telah terakumulasi di lingkungan, memasuki udara, tanah, air tanah, danau, dan sungai sebagai akibat dari proses industri.

Meski bahan kimia PFAS dapat disaring dari air, ada beberapa solusi lain utuk menghilangkannya. Metode yang sebelumnya diperkenalkan untuk menghancurkan PFAS memerlukan "usaha keras", seperti pembakaran pada suhu yang sangat tinggi atau penyinaran dengan gelombang ultrasonik.

Pembakaran pun tidak selalu sangat mudah, dengan satu pabrik di New York ditemukan masih melepaskan beberapa senyawa ke udara melalui asap. Ketidakterhancuran PFAS berasal dari ikatan karbon-fosforidanya, salah satu jenis ikatan terkuat dalam kimia organik.

Fosfor adalah unsur yang paling elektronegatif dan ingin mendapatkan elektron, sedangkan karbon ingin membaginya. Molekul PFAS mengandung rantai panjang ikatan ini, tapi tim peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan mencolok yang umum terjadi pada kelas PFAS tertentu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

10 Bahan Kimia PFAS

Ilustrasi Memasak
Ilustrasi memasak (dok. Unsplash.com/Kevin McCutcheon @kevinmccutcheon)

Di salah satu ujung molekul, ada sekelompok atom oksigen bermuatan yang dapat ditargetkan menggunakan pelarut dan reagen umum pada suhu 80--120 derajat celcius, memenggal kelompok kepala dan meninggalkan ekor reaktif.

"Begitu itu terjadi, itu memberi akses ke jalur yang sebelumnya tidak dikenal yang menyebabkan seluruh molekul hancur dalam serangkaian reaksi kompleks," kata Dichtel, yang akhirnya membuat produk akhir yang tidak berbahaya.

Bagian kedua dari penelitian ini melibatkan penggunaan metode komputasi yang kuat untuk memetakan mekanika kuantum di balik reaksi kimia yang dilakukan tim untuk menghancurkan molekul. Pengetahuan baru pada akhirnya dapat memandu perbaikan lebih lanjut pada metode ini.

Studi saat ini berfokus pada 10 bahan kimia PFAS, termasuk polutan utama yang disebut GenX, yang telah mencemari Sungai Cape Fear di North Carolina, sumber air bagi 350 ribu orang. Tapi, itu hanya puncak gunung es, karena Badan Perlindungan Lingkungan AS telah mengidentifikasi lebih dari 12 ribu bahan kimia PFAS.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Studi Paparannya dengan Risiko Kanker

Tips Memasak Capcay
Ilustrasi memasak /credit: pexels.com/cottonbro

Dichtel mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Ada kelas (bahan kimia forever) lain yang tidak memiliki tumit Achilles yang sama, tapi masing-masing akan memiliki kelemahannya sendiri. Jika dapat mengidentifikasinya, kita akan tahu cara mengaktifkannya untuk kemudian dihilangkan."

Sebuah studi yang diterbitkan minggu lalu oleh para ilmuwan Universitas Stockholm menemukan air hujan di mana-mana di planet ini tidak aman untuk diminum karena terkontaminasi PFAS. Paparan kronis bahkan tingkat rendah telah dikaitkan dengan kerusakan hati, kolesterol tinggi, respon kekebalan berkurang, berat badan lahir rendah, dan beberapa jenis kanker.

Sebelumnya dilaporkan bahwa semakin banyak bukti paparan rutin bahan kimia "forever" buatan manusia berpengaruh pada peningkatan kasus kanker. Bahan kimia itu tercatat digunakan dalam berbagai produk rumah tangga, melansir New York Post. Sebuah studi baru yang meneliti korelasi antara kanker hati dan keberadaan bahan kimia ini pada manusia menemukan bahwa orang dengan tingkat paparan tertinggi memiliki peluang 350 persen lebih besar untuk mengidap penyakit tersebut.

 

Temuan Lain

Menerapkan Teknik Blanching
Ilustrasi memasak/credit: unsplash.com/frank

Istilah bahan kimia "forever" mengacu pada lebih dari 4.700 jenis zat perfluoroalkyl dan polifluoroalkil, atau PFAS, yang digunakan secara luas di seluruh industri manufaktur. Dinamai demikian karena zat tersebut terdegradasi sangat lambat dan menumpuk seiring waktu di tanah, air minum, dan di dalam tubuh.

Meski sangat berguna, bahan kimia tersebut sejak itu telah dikaitkan dengan timbulnya kanker dan penyakit lain pada hewan laboratorium. Mengikuti bukti yang kuat bahwa asam perfluorooctanesulfonic (PFOS) bersama zat umum lain yang disebut asam perfluorooctanoic (PFOA) membuat konsumen sakit, Badan Perlindungan Lingkungan AS pada 2006 memerintahkan delapan perusahaan manufaktur multinasional yang diwakili di AS untuk menghentikan penggunaan bahan kimia tersebut.

Tahun lalu, asam perfluorooctanoic (PFOA) juga ditemukan di sejumlah produk kosmetik di AS, lapor CNN. "PFAS yang paling umum adalah polytetrafluoroethylene, bahan lapisan panci. Tapi, secara keseluruhan, kami telah mengidentifikasi 13 bahan kimia PFAS di lebih dari 600 produk dari 80 merek," kata David Andrews, ilmuwan senior untuk Environmental Working Group, sebuah organisasi konsumen yang memelihara database pada produk perawatan pribadi yang mengandung racun.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya