Upaya Tingkatkan Jumlah UMKM Terdigitalisasi yang Baru Mencapai 20 Persen

Literasi digital UMKM berpotensi meningkat di masa mendatang seiring dengan semaraknya penggiat UMKM melakukan transformasi digital di masa pandemi.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Sep 2022, 04:11 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2022, 22:38 WIB
Ilustrasi dompet digital, e-wallet, pembayaran dengan QR Code
Ilustrasi dompet digital, e-wallet, pembayaran dengan QR Code. Kredit: David Dvořáček via Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Sebuah hasil Riset dari Boston Consulting Group, Blibli, dan Kompas yang berjudul “Menciptakan Pertumbuhan Inklusif melalui Digitalisasi UMKM di Indonesia” menyebutkan 20 persen dari jumlah total UMKM di Indonesia yang melek digital dan menggunakan platform e-commerce untuk mengembangkan usahanya. Angka ini relatif rendah lantaran masih banyak UMKM yang belum terdigitalisasi.

Guna meningkatkan jumlah UMKM yang terkoneksi dengan platform e-commerce, Blibli mengedukasi dan mendampingi UMKM agar bisa meningkatkan skala bisnis dan daya saing dengan melakukan transformasi digital. Hal tersebut diungkapkan CEO & Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto di seminar virtual (webinar) pada Kamis, 8 September 2022.

Kusumo mengatakan literasi digital UMKM berpotensi meningkat di masa mendatang seiring dengan semaraknya penggiat UMKM melakukan transformasi digital di masa pandemi Covid-19 ini. “Ini menjadi tantangan bersama untuk meningkatkan literasi digital bukan hanya bagi UMKM atau entreprenuer yang baru akan memulai usahanya, namun juga untuk meningkatkan kapabilitas mereka yang sudah merasakan manfaat digitalisasi,” ujar Kusumo.

UMKM yang mempraktikkan digitalisasi telah menunjukkan praktik terbaik (best practices) dalam meningkatkan skala bisnis dan jangkauan pemasaran ke berbagai wilayah hingga luar negeri. Kusumo mencontohkan Bakmi Sundoro, produsen Mie Godhog Jogja, sebagai salah satu UMKM yang melakukan transformasi digital ke dalam platform e-commerce Blibli pada masa pandemi ini.

“Awalnya, Bakmi Sundoro merupakan bisnis konvensional, mereka mengubah haluan bisnisnya di masa pandemi ini memasarkan produknya ini melalui platform online dan terbukti bisnisnya tidak hanya berkembang di Indonesia karena mereka bisa mengirim produknya ke mancanegara, seperti Singapura dan Korea Selatan,” tutur Kusumo menjabarkan.

Bintari Saptanti, pendiri Bakmi Sindoro, seperti disampaikan Kusumo, menyebutkan dampak positif dari integrasi ekosistem digital UMKM dengan e-commerce itu mempeluas jangkauan pemasaran yang berefek terhadap penjualan. Hal ini selaras dengan riset Boston Consulting Group yang menjabarkan digitalisasi UMKM itu berefek domino terhadap berbagai aspek, semisal efisiensi biaya operasional, memperluas jangkauan pemasaran dan meningkatkan pendapatan.

Pada kesempatan yang sama ini, Haikal Siregar, Managing Director & Partner Boston Consulting Group, mengatakan digitalisasi UMKM itu berdampak terhadap efisiensi dan meningkatkan daya saing UMKM dan meningkatkan penjualan sebanyak 1 kali lipat hingga 2 kali lipat dibandingkan UMKM konvensional.

“Faktor penyebabnya karena jangkauan pemasaran UMKM online itu memiliki jangkauan yang lebih luas. Bahkan, aksesnya bisa menjangkau ke pasar internasional sehingga pendapatan mereka bisa naik 2 kali lipat dibandingkan dengan UMKM offline. Dampak lainnya dari UMKM online adalah potensi menyerap tenaga kerja sebanyak 1,3 kali lipat,” ucap Haikal.

Ia menambahkan, nilai transaksi UMKM di Tiongkok dan Jepang yang terkoneksi platform digital itu masing-masing naik menjadi 78% dari sebelumnya 48% dan 84% dari 54%.

Literasi Digital

Ilustrasi Bazar UMKM Banyuwangi (Istimewa)
Ilustrasi Bazar UMKM Banyuwangi (Istimewa)

Ia menambahkan, nilai transaksi UMKM di Tiongkok dan Jepang yang terkoneksi platform digital itu masing-masing naik menjadi 78% dari sebelumnya 48% dan 84% dari 54%. Peningkatan itu, menurut Haikal, merupakan hasil dari inisiatif pemerintah di kedua negara itu dengan membangun infrastruktur teknologi dan informasi, subsidi, mengimplementasikan peta jalan digitalisasi serta memacu UMKM untuk mengadopsi teknologi termutakhir.

Di 2024, nilai ekonomi UMKM yang go digital di Tiongkok itu berpotensi mencapai US$ 900 miliar dan Jepang US$300 miliar. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) bersama-sama seluruh pihak menggencarkan program digitalisasi UMKM di Indonesia. “Apabila platform digital mengalami pertumbuhan sebesar 50%, maka hal tersebut akan mampu membantu UMKM untuk berpotensi lebih berkembang di Indonesia dan nilai ekonomi UMKM di Indonesia berpeluang mencapai US$38 miliar pada 2024.

Untuk mencapai ini, beberapa hal harus dilakukan, diantaranya mengedukasi UMKM mengenai literasi digital, kebijakan bisnis dan akses capital,” ujar Haikal.Mira Tayyiba, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), mengapresiasi program digitalisasi UMKM untuk meningkatkan skala bisnis UMKM.

“Kemenkominfo mendukung pertumbuhan dan ketahanan UMKM melalui pembangunan infrastruktur digital, seperti kemudahan mengakses internet, membangun satelit baru untuk menjangkau seluruh wilayah di Indonesia,” jelas Mira.

Untuk literasi digital, Kemenkominfo mengimplementasikan tata kelola digital dan mendorong penyelenggara sistem elektronik (PSE) untuk melakukan pendaftaran serta merancang sistem keamanan untuk melindungi konsumen dalam bertransaksi online. Kemenkominfo mendorong kolaborasi seluruh pihak untuk menyokong integrasi UMKM terintegrasi ke platform digital serta ekosistem e-commerce.

”Kemenkominfo mendukung UMKM langsung ke platform digital dengan cara pembuatan ekosistem umum dan pembuatan ekosistem e-commerce,” sebut Mira. Berbagai upaya ini diharapkan mendongkrak jumlah UMKM yang terkoneksi di platform digital pada periode mendatang. Pemerintah menargetkan 30 juta UMKM terdigitalisasi di tahun 2024.

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya