Liputan6.com, Jakarta - DISC Jockey (DJ), sekaligus model, Robby Shine, melaporkan Billy Syahputra ke Polres Metro Jakarta Selatan, Kamis, 22 September 2022. Laporan tersebut dibuat terkait kasus pencemaran nama baik dan penghinaan yang diduga dilakukan adik kandung mendiang Olga Syahputra tersebut.
Mengutip kanal Showbiz Liputan6.com, Billy diduga berbicara kasar pada Natasha Shine, istri Robby, saat hadir di salah satu acara televisi. Robby menyadari bahwa Billy lebih senior darinya di dunia hiburan, sehingga ia berusaha menghormatinya. Pria berusia 39 tahun ini bahkan menanyakan kabar Billy terlebih dahulu.
Advertisement
Baca Juga
Namun, mantan kekasih Syahnaz Sadiqah ini justru disebut berucap tidak sopan pada Natasya, yang merupakan perempuan asal Rusia. Mendengar perkataan Billy pada Natasya, Robby pun sempat menegurnya. Hal itu diungkapkannya di kanal YouTube KH Infotainment, kemarin.
Mendapat teguran dari Robby, bukannya meminta maaf, Billy justru menyebut bahwa Natasya memang kerap "bicara yang tidak baik dan kotor." "Kapan istri saya ngomong kotor-kotor. Kalau kita becanda suami istri kita cuma batasan suami istri. Itu konten kita bikin, kita enggak pernah ngatain orang yang kotor-kotor," kata Robby.
Belajar dari kasus ini, penting untuk memahami batasan sikap kasar yang bisa saja berbeda bagi setiap orang. Mengutip Science of People, Jumat (23/9/2022), ada banyak akar penyebab kekasaran, seperti rasa tidak aman atau ketakutan.
Orang sering jadi kasar setelah menerima kekasaran. Para peneliti telah menemukan bahwa "sama seperti flu biasa, perilaku negatif umum dapat menyebar dengan mudah dan memiliki konsekuensi yang signifikan." Dengan kata lain, sikap kasar itu menular.
Tanda Awal yang Diabaikan Billy Syahputra
Di kasus Billy Syahputra, seharusnya ia segera meminta maaf ketika ditegur Robby bahwa dirinya telah berkata kasar pada Natasha. Pasalnya, itu merupakan tanda awal yang paling mudah diidentifikasi ketika seseorang dianggap berbuat maupun berkata kasar.
Tanggapan lain ketika Anda menganggap seseorang telah berbuat maupun berkata kasar adalah berhenti sejenak dan bertanya. Jangan bersikap ofensif atau balik kasar padanya.
Pertama, jeda sebentar ini mungkin mengingatkan mereka untuk mendengarkan apa yang baru saja mereka katakan dan mengoreksi diri mereka sendiri. Kedua, ini memberi Anda waktu untuk tetap tenang dan berpikir.
Selanjutnya, gunakan pertanyaan. Orang yang kasar terkadang tidak menyadari bahwa mereka bersikap atau berkata kasar. Jadi, bertanya dengan lembut dapat menarik perhatian mereka atas tindakan yang dianggap bermasalah tersebut.
Bertanya, "Apakah Anda bermaksud demikian?" atau "Saya tidak yakin saya mengerti apa yang Anda maksudkan. Apakah Anda mengatakan ___?" dianggap akan cukup membantu.
Advertisement
Menghargai Batasan
Selanjutnya, menghargai batasan yang ditetapkan. Anda disarankan memberi tahu orang lain bagaimana Anda akan membiarkan mereka memperlakukan Anda. Anda tidak memberi tahu mereka bagaimana mereka bisa atau tidak bisa bertindak, hanya apa konsekuensi dari perilaku kasar mereka.
Batasan ini bisa saja berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang tidak ingin diteriaki atau seseorang menggunakan nada tinggi saat berbicara dengannya, ada yang menolak disentuh, atau ada kata-kata tertentu yang sebaiknya tidak diucapkan karena akan menghubungkan pada trauma tertentu.
Dalam beberapa kasus, orang yang bertindak kasar mungkin tidak memahami budaya atau "cara kita melakukan sesuatu di sekitar sini." Juga, tidak menyadari bahwa mereka bersikap kasar. Kembali ke poin sebelumnya, menegur dengan baik jadi berperan penting.
Untuk sebagian besar, publik berada di halaman yang sama mengenai apa yang memenuhi syarat sebagai kasar dan apa yang tidak. Orang-orang melihat hal-hal, seperti memotong seseorang di tengah kalimat, meneriaki seseorang, atau mengatai seseorang sebagai tindakan kasar.
Komentar Negatif Lebih Berdampak
Menurut penelitian, komentar negatif lebih berdampak pada kita daripada komentar positif, dengan rasio 5 banding 1. Jika seseorang mengatakan sesuatu yang kasar pada Anda, luangkan waktu sejenak untuk mengingat lima hal positif tentang diri Anda.
Jika tidak ingin membawa persoalan ke ranah hukum seperti yang dilakukan Robby dan Natasha, menghindari orang yang Anda anggap kasar bisa jadi alternatif. Kendati, ini memang bukanlah pilihan terbaik, tapi tetap penting dilakukan jika ia menunjukkan sikap tidak ingin berubah.
Memutus siklus kekasaran itu sulit. Sering kali, korban sikap kasar malah jadi defensif ketika seseorang bersikap kasar. Survei menunjukkan bahwa adalah wajar menanggapi kekasaran dengan tanggapan yang lebih kasar. Namun, itu bukan bagian dari solusi.
Kehidupan orang-orang itu kompleks, dan sikap kasar mereka mungkin berasal dari itu. Saat Anda berada di tengah situasi berurusan dengan seseorang yang bersikap kasar, coba gunakan isyarat nonverbal untuk menunjukkan kehangatan.
Beberapa cara menunjukkan kehangatan melalui bahasa tubuh adalah menganggukkan kepala saat berbicara. Ini terkait dengan mendengarkan secara aktif. Sentuhan cepat, seperti jabat tangan, dapat membantu Anda terlihat lebih hangat. Juga, senyum yang mencapai sudut mata Anda meningkatkan persepsi orang tentang kehangatan Anda.
Jika tingkat sikap maupun perkataan kasarnya tidak lagi bisa ditolerir dan Anda sudah melakukan semua yang Anda bisa, menuntut melalui jalur hukum seperti yang dilakukan Robby dan Natasha pun bisa jadi opsi lain.
Advertisement