Liputan6.com, Jakarta - Tren pesta gender reveal kian menjamur. Dari sekian banyak komponen, umumnya akan ada benda berwarna biru atau merah muda sebagai penanda gender bayi.
Sayangnya, acara gender reveal ini tak selalu berjalan mulus. Ada pula acara yang sampai dikecam publik karena dianggap berlebihan.
Advertisement
Baca Juga
Salah satunya pasangan suami istri alias pasutri di Brasil yang baru-baru ini memicu kemarahan publik. Hal ini terjadi karena mereka mewarnai air terjun di sebuah kawasan wisata dengan warna biru cerah untuk mengumumkan jenis kelamin calon bayi mereka.
Melansir India Times, Senin (3/10/2022), pasangan itu menghadapi kemarahan warganet setelah mereka mengunggah video di Instagram saat air terjun membiru untuk menunjukkan bahwa mereka akan memiliki anak laki-laki. Setelah banyak kemarahan dan kecaman, mereka kemudian menghapus klip tersebut.
Meski begitu, salinan video itu sudah terlanjur ramai beredar di media sosial. Tak hanya mendapat kecaman, pihak Kementerian Lingkungan Brasil pun sedang melakukan penyelidikan atas kejadian ini.
Mereka mengatakan telah mengetahui insiden yang diduga terjadi pada minggu lalu itu di sebuah air terjun di Tangará da Serra yang merupakan bagian dari Sungai Queima Queima Pé. Pihaknya akan mencari tahu bahan apa yang dipakai untuk mewarnai air terjun dan apakah berbahaya bagi kelangsungan air terjun tersebut.
Kawasan Wisata Populer
Sungai ini populer di kalangan wisatawan yang mengunjungi wilayah Mato Grosso. Selain, air terjun ini juga berfungsi sebagai sumber air utama untuk kota terdekat di Tangará da Serra.
Apa yang dilakukan pasutri di Brasil mungkin tak jauh beda dengan pasutri asal California, Amerika Serikat (AS). Bedanya, apa yang dilakukan pasutri dari AS dampak buruknya langsung terasa.Â
Mereka menggelar pesta gender reveal yang berujung pada 30 dakwaan. Ulah warga di Southern California itu memicu kebakaran hutan hebat di El Dorado pada 2020.
Otoritas setempat mengumumkan pada 19 Juli 2021 bahwa bom asap yang dilemparkan pasangan di Yucaipa, California, pada 5 September 2020 sebagai bagian pesta gender reveal telah memicu kebakaran di hutan. Lebih dari 22 ribu hektare lahan di dua daerah habis terbakar karenanya.
Jaksa Distrik Wilayah San Bernardino, Jason Anderson mengatakan, kebakaran hebat itu juga menyebabkan seorang petugas pemadam kebakaran meninggal dunia ketika berjuang mematikan api.
Â
Advertisement
Pembunuhan Tidak Disengaja
Anderson menambahkan, dua petugas lainnya terluka dalam kebakaran tersebut. Kebakaran juga merusak sejumlah rumah. Pemadam Kebakaran California memastikan kebakaran itu dipicu perangkat kembang api yang menghasilkan asap.
"Kalian jelas menyebabkan kehilangan nyawa seseorang, menyebabkan lainnya terluka, dan menyebabkan kediaman sejumlah warga terbakar, dan tanah mereka juga terbakar. Itu mencakup banyak, tidak hanya emosi, tapi juga kerusakan, baik secara finansial maupun psikologis," Anderson mengatakan, dilansir dari CNN.
Salah satu dakwaan yang dialamatkan pada pasangan itu adalah pembunuhan tidak disengaja. Namun, keduanya mengaku tidak bersalah selama proses hukum berlangsung. Mereka sempat ditahan, tapi kemudian dilepaskan dengan jaminan hingga menghadapi persidangan.
Anderson mengatakan, dakwaan itu sudah didaftarkan setelah dewan juri mendengarkan kesaksian 34 orang selama empat hari berturut-turut. Sebanyak 434 bukti ditunjukan kepada dewan juri yang mengarah pada 30 dakwaan.
Hal itu mencakup satu tuduhan kejahatan pembunuhan tidak disengaja, tiga tuduhan kejahatan karena secara sembrono menyebabkan kebakaran dengan luka parah pada tubuh, empat tuduhan kejahatan menyebabkan kebakaran secara sembrono, dan kerusakan bangunan berpenghuni.
Â
Pemadam Kebakaran
Selain itu, ada 22 pelanggaran ringan menyebabkan kebakaran properti orang lain. "Kebakaran telah berdampak besar pada masyarakat San Bernardino," ucap Anderson, menambahkan setidaknya enam badan terlibat dalam penanganan, pemadaman, dan penyelidikan kasus kobaran api yang mematikan itu.
Seorang petugas pemadam kebakaran, Charles Morton, yang bertarung dalam pemadaman kebakaran juga terbunuh. Petugas berusia 39 tahun itu meninggal dalam usaha mencegah meluasnya kebakaran. Morton bertugas sebagai pemadam kebakaran selama 18 tahun, termasuk 14 tahun di Layanan Hutan.
Sementara, Anderson mengatakan, alasan proses investigasi dan penuntutan berjalan sangat lama karena pihaknya ingin memastikan semua keadilan terpenuhi. "Mengingat ruang lingkup dan dampak kebakaran El Dorado di tanah dan kehidupan begitu banyak orang, terutama Charles Morton dan keluarganya, sangat penting bahwa setiap penyelidikan diselesaikan di dalam lembaga federal dan negara bagian untuk memberikan presentasi yang lengkap dan adil kepada anggota komunitas kami," ia menjelaskan.
Advertisement